Gawat, 250 Lebih Sekolah di Thailand Tutup akibat Polusi Udara

- Lebih dari 250 sekolah di Bangkok ditutup karena polusi udara musiman.
- Kota Bangkok berjuang melawan kualitas udara yang berbahaya dengan AQI mencapai 159, terburuk ke-8 di dunia.
- Perdana Menteri Thailand menyerukan tindakan lebih keras untuk mengatasi polusi udara dan meminta kerja sama negara tetangga.
Jakarta, IDN Times - Lebih dari 250 sekolah di Bangkok ditutup pada Kamis (23/1/2025), karena adanya polusi udara musiman. Para pejabat mengimbau warga untuk bekerja dari rumah dan membatasi operasional kendaraan berat di kota tersebut.
Sudah sejak lama polusi udara musiman melanda Thailand. Namun, kondisi berkabut pada minggu ini menjadi yang terparah sejak 2020, menutup sebagian besar sekolah.
"Pemerintah Kota Bangkok telah menutup 352 sekolah di 31 distrik akibat polusi udara," kata otoritas kota tersebut, dikutip dariRadio France Internationale (RFI).
1. Kota Bangkok menduduki kota paling tercemar ke-8 di dunia
Dilansir Al Jazeera, Kota Bangkok telah berjuang melawan kualitas udara yang berbahaya sejak pertengahan minggu. Menurut mitra Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (IQAir), Indeks kualitas udara (AQI) di kota tersebut telah mencapai angka 159.
IQAir menjelaskan, hingga Kamis pukul 11.00 pagi waktu setempat, Bangkok menduduki kota paling tercemar ke-8 di dunia setelah Dhaka, Lahore, Katmandu, Karchi, Delhi, Mumbai dan Kota Ho Chin Minh. Kondisi ini terjadi di Bangkok saat udara musim dingin bercampur dengan asap pemabakaran sisa tanaman musiman dan asap mobil.
Dilansir France24, pada Jumat, IQAir juga melaporkan bahwa tingkat polutan PM2,5-- mikropartikel penyebab kanker yang cukup kecil untuk memasuki aliran darah dan paru-paru mencapai 108 mikrogram per meter kubik di kota Bangkok.
2. Tingkat polusi diperkirakan akan mereda selama akhir pekan
IQAir memperkirakan tingkat polusi akan mereda selama akhir pekan dan mencapai angka 71 pada Senin. Pusat Penelitian Kasikorn yang berupusat di Bangkok menuturkan bahwa minggu ini polusi di kota Bangkok telah menimbulkan kerugian sekitar 88 juta dolar-177 juta dolar (Rp1,4 triliun-Rp2.8 triliun).
Hingga Jumat pagi, 352 sekolah dari 437 sekolah yang berada di bawah Otoritas Metropolitan Bangkok telah ditutup. Penutupan sekolah berdampak pada ribuan siswa. Ini adalah angka penutupan sekolah tertingi sejak tahun 2020.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri, Anutin Charnvirakul pada Kamis telah memerintahkan larangan pembakaran jerami hingga pembakaran sisa tenaman secara sengaja untuk membuka ladang. Bagi mereka yang sengaja melanggar larangan tersebut akan menghadapi resiko tuntutan hukum.
3. Perdana Menteri Thailand serukan tindakan lebih keras untuk atasi polusi udara
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra menyerukan tindakan lebih keras untuk mengatasi polusi udara di Kota Bangkok. Shinawatra juga menyerukan agar membatasi pembangunan di ibu kota dan mencari kerja sama dari negara-neagra terdekat.
Di lain sisi, Kamboja yang merupakan negara tetangga Thailand mengaku tidak mengalami masalah polusi. Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup Kamboja, Khavay Atitaya, mengatakan bahwa udara di negaranya berada di tingkat aman.
"Negara lain punya standarnya sendiri. Kamboja punya standar sendiri untuk menentukan kualitas udara," katanya, seraya menambahkan bahwa pihak berwenang belum mengeluarkan tindakan darurat apa pun.