Gawat! 30 Juta Anak di 15 Negara Menderita Kekurangan Gizi Akut

Jakarta, IDN Times – Lebih dari 30 juta anak di 15 negara dilaporkan mengalami malnutrisi akut akibat konflik, perubahan iklim, COVID-19, dan peningkatan biaya hidup. Hal itu diungkapkan oleh 5 badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pernyataan bersama, pada Kamis (12/1/2023).
Ke-15 negara tersebut adalah Afghanistan, Burkina Faso, Chad, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Haiti, Kenya, Madagaskar, Mali, Niger, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, dan Yaman.
“Gizi buruk menyakitkan bagi anak, dan dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan kematian atau kerusakan permanen pada pertumbuhan dan perkembangan anak,” ungkap Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, sebagaimana dikutip dari laman WHO.
PBB juga memperingatkan sudah ada 8 juta anak yang kini berada di ambang kematian, yakni 12 kali berpotensi meninggal akibat gizi buruk.
1. Perlu kolaborasi dari berbagai pihak
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, menegaskan dalam pernyataan bersama bahwa penting untuk mengadakan kolaborasi dalam menciptakan jaring pengaman sosial.
“Sangat penting bagi kami untuk berkolaborasi demi memperkuat jaring pengaman sosial dan bantuan makanan untuk memastikan Makanan Bergizi Khusus tersedia untuk wanita dan anak-anak yang paling membutuhkannya,” katanya.
PBB juga telah menyerukan untuk melakukan percepatan dalam program Global Action Plan on Child Wasting. Program ini secara khusus ditujukan pada upaya pencegahan dan pengentasan gizi buruk di 15 negara terdampak paling parah.
Rencana Aksi Global ini membahas perlunya pendekatan multi-sektoral dan menyoroti tindakan prioritas nutrisi ibu dan anak melalui makanan, kesehatan, air dan sanitasi, serta sistem perlindungan sosial.
2. Peningkatan investasi diperlukan

PBB mendesak pihak-pihak terkait untuk mengambil peran secara tegas dan tepat waktu untuk menegah krisis terus berlanjut. Badan itu membutuhkan investasi dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan dalam mengentaskan krisis yang dianggap belum pernah terjadi sebelumnya itu.
“Dukungan mendesak diperlukan sekarang di negara-negara yang paling terpukul untuk melindungi kehidupan dan kesehatan anak-anak, termasuk memastikan akses penting ke makanan sehat dan layanan gizi, terutama bagi perempuan dan anak-anak," kata Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
3. Diprediksi memburuk di tahun ini

Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Qu Dongyu, mengungkapkan situasinya kemungkinan akan semakin memburuk di tahun 2023 ini.
"Kita harus memastikan ketersediaan, keterjangkauan, dan aksesibilitas makanan sehat untuk anak-anak, perempuan, dan ibu hamil dan menyusui. Kita perlu tindakan segera sekarang untuk menyelamatkan nyawa dan mengatasi akar penyebab malnutrisi akut, bekerja sama di semua sektor," katanya.