Gaza Butuh 350 Tahun untuk Pulihkan Ekonomi ke Kondisi Prakonflik

- Ekonomi Gaza membutuhkan 350 tahun untuk pulih ke level sebelum konflik, menurut laporan UNCTAD.
- Hampir seluruh sektor ekonomi Gaza lumpuh total, dengan penurunan drastis dalam sektor konstruksi, pertanian, manufaktur, dan jasa.
- Infrastruktur vital Gaza mengalami kerusakan masif, termasuk sekolah, rumah sakit, fasilitas kesehatan primer, dan bangunan tempat tinggal.
Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan ekonomi Gaza membutuhkan waktu 350 tahun untuk kembali ke level sebelum konflik jika tetap berada di bawah blokade. Peringatan ini disampaikan dalam laporan yang disiapkan oleh Konferensi PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).
Dilansir The Guardian, Rabu (23/10/2024), aktivitas ekonomi Gaza hampir terhenti total, kecuali layanan kesehatan dan pangan darurat yang beroperasi di tengah kelangkaan air, bahan bakar, dan listrik. Bank Dunia memperkirakan kerusakan mencapai 18,5 miliar dolar AS (sekitar Rp288 triliun) per Januari 2024.
PBB menyebut pertempuran yang berlangsung telah mengakibatkan bencana kemanusiaan, lingkungan, dan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya. Produk Domestik Bruto (PDB) Gaza tercatat anjlok drastis sebesar 80,8 persen pada kuartal keempat 2023 dibandingkan kuartal sebelumnya.
1. Kehancuran total sektor ekonomi Gaza
Berdasarkan laporan UNCTAD yang disampaikan pada sidang umum PBB bulan lalu, hampir seluruh sektor ekonomi Gaza mengalami kelumpuhan. Sektor konstruksi mencatat penurunan paling dalam hingga 96 persen, diikuti sektor pertanian 93 persen, manufaktur 92 persen, dan sektor jasa 76 persen.
Dilansir Associated Press, tingkat pengangguran di Gaza mencapai 81,7 persen pada kuartal pertama 2024. Angka ini diprediksi akan terus memburuk selama operasi militer masih berlangsung. PDB per kapita juga tercatat turun 81,4 persen pada kuartal keempat 2023.
Kerugian PDB potensial Gaza selama periode 2007-2023 diperkirakan mencapai 35,8 miliar dolar AS (sekitar Rp558 triliun). Jumlah ini setara dengan 17 kali lipat PDB Gaza pada tahun 2023.
"Operasi militer di Gaza telah mengakibatkan bencana kemanusiaan, lingkungan, dan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mendorong Gaza dari kondisi kemunduran menjadi kehancuran total," tulis laporan tersebut.
2. Kerusakan parah infrastruktur vital
Data PBB hingga akhir Juli 2024 menunjukkan kerusakan masif pada infrastruktur vital Gaza. Sebanyak 88 persen gedung sekolah mengalami kerusakan, sementara 21 dari 36 rumah sakit tidak dapat beroperasi.
Sebanyak 45 dari 105 fasilitas kesehatan primer juga tidak dapat berfungsi. Lebih dari 62 persen bangunan tempat tinggal rusak atau hancur total akibat pertempuran yang terus berlangsung.
Kerusakan parah juga terjadi pada 59 persen infrastruktur air, sanitasi, dan kebersihan. Hal ini berdampak serius pada layanan air dan sanitasi bagi penduduk Gaza yang masih bertahan di wilayah konflik.
3. Prospek suram pemulihan Gaza
Shelter Cluster, koalisi internasional penyedia bantuan yang dipimpin Norwegian Refugee Council, memperkirakan dibutuhkan waktu 40 tahun hanya untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur di Gaza.
Program Pembangunan PBB (UNDP) memproyeksikan ekonomi Palestina secara keseluruhan, termasuk Tepi Barat, bisa pulih pada 2034. Namun, ini hanya dapat dicapai jika ada investasi besar dan pencabutan pembatasan ekonomi.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi Gaza selama periode 2007-2022 hanya mencapai 0,4 persen. Saat ini, sekitar 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi. PBB memperingatkan dampak perang akan bertahan selama bertahun-tahun mendatang.