Kisah Warga Gaza Dipaksa Jadi Perisai Manusia Tentara Israel

Jakarta, IDN Times - Ramez al-Skafi dipaksa menjadi perisai manusia oleh tentara Israel selama 11 hari setelah rumah keluarganya di Shuja'iya, Gaza dibakar. Ia ditahan dan dipaksa memeriksa rumah serta terowongan sebelum pasukan Israel masuk. Praktik ini melanggar Konvensi Jenewa dan hukum Israel.
The Guardian mengumpulkan kesaksian tiga warga Palestina yang mengalami nasib serupa. Mereka mengaku disiksa, diancam dibunuh, dan diperlakukan tidak manusiawi selama menjadi perisai manusia bagi tentara Israel.
"Mereka memukuli saya ketika mencoba menolak. Perwira itu memaksa saya melakukan semua perintah mereka tanpa pilihan," ungkap Skafi.
1. Skafi sempat disiksa tentara Israel
Setiap hari selama penahanan, Skafi dipaksa memasuki rumah-rumah di distriknya untuk mencari jebakan dan memberikan informasi tentang pemilik rumah. Ia diperintahkan membawa drone kecil untuk merekam bagian dalam rumah sebelum tentara Israel masuk.
Setelah selesai bertugas, Skafi selalu diborgol dan ditutup matanya. Mereka hanya melepas borgol saat memberi makanan atau mengizinkannya ke kamar mandi.
Pada hari keenam, Skafi terjebak dalam baku tembak antara tentara Israel dan pejuang Hamas.
"Mereka menjadikan saya tameng dan mengancam akan membunuh saya di depan pejuang Hamas jika mereka tidak menyerah," tuturnya.
Setelah insiden baku tembak, tentara Israel menuduh Skafi menyembunyikan keberadaan penembak jitu Hamas di salah satu rumah yang ia periksa. Ia disiksa selama empat hari hingga komandan unit tersebut akhirnya membenarkan bahwa Skafi tidak bersalah.
2. Korban dipasangi GPS dan diancam ditembak bila kabur
Ismail al-Sawalhi, pandai besi berusia 30 tahun dari kamp Jabaliya, dipaksa menjadi perisai hidup selama 12 hari di Rafah. Ia mengaku dipaksa memeriksa rumah-rumah terlebih dahulu sebelum tentara Israel masuk dan merasa diperlakukan seperti mainan di tangan mereka.
Sementara itu, Abu Said dari Beit Lahia dipasangi pelacak GPS dan dipaksa menelusuri rumah serta sekolah.
"Mereka memasang pelacak di tangan saya dan mengancam akan menembak jika saya mencoba kabur," katanya, dilansir dari Arab News.
Kesaksian para korban ini diperkuat rekaman video Al Jazeera pada Juni-Juli 2024. Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan tentara Israel menyebut para tahanan ini sebagai shawish, istilah Turki untuk seorang sersan.
Dalam salah satu insiden terbaru, seorang tahanan Palestina yang dipaksa menjadi perisai berhasil merebut senjata tentara Israel. Ia sempat menembak kaki tentara tersebut sebelum akhirnya ditembak mati oleh tentara lainnya.
Para tahanan diberikan bendera putih saat dibebaskan agar tidak menjadi target tembak tentara Israel dalam perjalanan pulang. Mereka juga diberi tas berisi makanan dan air yang menandai mereka sebagai orang yang telah bekerja dengan IDF.
3. Ratusan warga Palestina dijadikan perisai manusia
IDF membantah menggunakan taktik perisai manusia. Mereka menyatakan bahwa peraturan melarang penggunaan warga sipil Gaza yang ditangkap untuk misi militer berbahaya.
Namun, organisasi veteran Israel Breaking The Silence (BTS) melaporkan bahwa praktik ini tersebar luas.
"Ada ratusan warga Palestina di Gaza yang telah dipaksa menjadi perisai manusia dalam operasi militer," ungkap Direktur BTS, Nadav Weiman.
Bill van Esveld dari Human Rights Watch (HRW) menyoroti ini sebagai masalah berulang. Menurutnya, meski Israel sudah sadar soal masalah ini, tidak ada tindakan yang diambil untuk menghentikannya.
Sumber anonim dari tentara Israel mengungkap bahwa praktik ini disetujui oleh para komandan IDF. Mereka juga mengaku mengambil warga Palestina, termasuk remaja, dari koridor kemanusiaan untuk dijadikan perisai hidup.
Praktik serupa sebenarnya telah dilarang Mahkamah Agung Israel sejak 2002. Saat itu Israel melarang penggunaan prosedur "tetangga" yang memaksa warga Palestina memeriksa rumah tetangga mereka.
Sementara, pada 2010, dua sersan IDF diturunkan pangkatnya karena memaksa anak Palestina berusia sembilan tahun memeriksa tas yang diduga berisi bahan peledak.