Gedung Putih Belum Dapat Informasi soal 5 Sandera Warga AS di Gaza

- Lima warga AS disandera Hamas di Gaza. Tiga sandera lainnya ditemukan meninggal.
- Penasihat Keamanan Nasional AS kunjungi Arab Saudi dan Israel untuk negosiasi penyanderaan.
- Invasi Rafah oleh Israel menjadi problematik, Sullivan akan menganjurkan pendekatan yang lebih tepat sasaran terhadap militan Hamas.
Jakarta, IDN Times – Sebanyak lima warga Amerika Serikat (AS) yang disandera Hamas di Gaza belum diketahui kabarnya oleh Gedung Putih. Hal itu disampaikan oleh Penasihat Komunikasi Keamanan AS, John Kirby, Jumat (17/5/2024).
Kirby mengatakan tidak ada informasi sama sekali yang menyebutkan kelima sandera itu masih hidup atau sudah mati. Tiga sandera lainnya yang diumumkan meninggal, telah ditemukan pada Jumat.
Terlepas dari itu, ia yakin, kondisi sandera AS tidak akan berdampak besar pada upaya negosiasi penyanderaan dan gencatan senjata bersama Hamas.
“Seperti yang Anda tahu, pembicaraan tidak menghasilkan apa-apa minggu lalu. Sayangnya, kami tidak mencapai kesimpulan yang sukses,” katanya, dilansir The Jerusalem Post.
1. Sullivan akan kunjungi Arab Saudi dan Israel

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengadakan kunjungan ke Arab Saudi pada Sabtu dan dilanjutkan ke Israel pada Minggu esok untuk bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Sullivan disebut bakal membahas terkait penyerangan Rafah bersama Israel.
Sementara pembicaraan dengan Saudi akan mencakup ketegangan regional dan upaya perdamaian yang bisa dilakukan.
”Keduanya akan membahas masalah bilateral dan regional termasuk perang di Gaza dan upaya berkelanjutan untuk mencapai perdamaian dan keamanan abadi di wilayah tersebut,” kata Kirby, dilansir Reuters.
Seorang pejabat AS mengatakan, utusan Biden untuk Timur Tengah, Brett McGurk, berada di wilayah tersebut minggu ini untuk berkonsultasi. Ia akan ke Doha untuk membahas upaya pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. McGurk akan bergabung dengan Sullivan untuk kunjungan ke Saudi dan Israel.
2. Cekcok Israel dan AS soal invasi ke Rafah

Invasi terhadap Rafah kini menjadi problematik dalam hubungan AS dan Israel. Israel telah mengancam akan melakukan serangan besar-besaran di Rafah namun operasi tersebut ditentang oleh AS. AS mengkahwatirkan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi akibat pertempuran di tempat lain di Gaza.
Rafah merupakan titik terakhir pengungsian bagi warga Gaza. Setidaknya, 2,5 juta orang berada di wilayah ini. Invasi Israel ke Rafah berpotensi menimbulkan banyak korban jiwa.
Kirby mengatakan Sullivan akan menganjurkan pendekatan yang lebih tepat sasaran terhadap militan Hamas di Rafah.
Dia juga mengatakan Sullivan akan membahas upaya yang terhenti baru-baru ini untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pembebasan sandera yang ditawan sejak 7 Oktober 2023.
3. Krisis di Gaza berlanjut

Sementara itu, jumlah korban jiwa di Gaza terus bertambah seiring dengan meningkatnya intensivitas serangan Israel. Lebih dari 35 ribu warga Gaza tewas akibat serangan Israel, sementara 79 ribu lebih lainnya harus menderita luka-luka.
Laporan langsung Al Jazeera, Sabtu (18/5/2024), menyebutkan bahwa 630 ribu orang Palestina kini kembali bergerak akibat serangan di Rafah. Sementara di utara Gaza, 100 ribu lainnya kembali mengungsi karena serangan yang intensif.
Perundingan gencatan senjata kedua pihak belum menemukan titik terang. Di saat yang sama, Hamas mengatakan bahwa rakyat Palestina akan terus berjuang menghadapi Israel di penjuru Gaza bagaimanapun dan sampai kapan pun.