Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hamas Kibarkan Spanduk Tolak Relokasi Gaza saat Pembebasan Sandera 

Pasukan Hamas dalam Peringatan 25 tahun Hamas yang dirayakan di Gaza pada Desember 2012. (commons.wikimedia.org/Hadi Mohammad)

Jakarta, IDN Times – Hamas mengibarkan spanduk yang menyatakan penolakan terhadap rencana Israel untuk mengusir pimpinan Hamas keluar dari wilayah Gaza. Spanduk itu ditampilkan selama proses pembebasan sandera warga Israel di Kota Deir Al Balah, Sabtu (8/2/2025).

"Kami adalah gelombang besar. Kami lah masa depan," bunyi spanduk yang ditulis dalam bahasa Arab, Ibrani, dan Inggris itu, dilansir Anadolu Agency.

Media Turki itu mengungkap ada upaya dari pihak Israel untuk memaksa Hamas keluar dari wilayah Gaza. Namun kelompok itu menolak untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Pesan Hamas juga muncul di tengah seruan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk merelokasi warga Gaza ke negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania.

1. Hamas serahkan tiga sandera warga Israel

Pesan Hamas disampaikan pada Sabtu dalam prosesi pertukaran tahanan. Hamas membebaskan tiga sandera warga Israel yakni Eli Sharabi, Ohad Ben Ami, dan Or Levy.

Pelepasan itu diikuti pula dengan pembebasan 183 sandera Palestina yang dipenjara oleh Israel. Pertukaran sandera pada Sabtu merupakan yang kelima kalinya sejak gencatan senjata disepakati.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan foto tiga sandera yang dibebaskan di Gaza begitu mengejutkan.

"Gambar-gambar mengejutkan yang kami lihat hari ini tidak akan luput dari perhatian," kata Kantor Perdana Menteri, dikutip Al Jazeera.

Para pejuang Hamas juga memberikan kesempatan kepada para sandera untuk membuat pernyataan publik sebelum akhirnya diserahkan kepada Palang Merah. Itu adalah kali pertama para sandera memberikan pernyataan publik saat pembebasannya.

2. Hamas sebut AS ingin menduduki Gaza

Ilustrasi (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)

Hamas telah menolak seruan Trump terkait relokasi warga Gaza. Kelompok tersebut kemudian menuntut pertemuan negara-negara Arab untuk menghadapi rencana tersebut.

"Kami menyerukan kepada negara-negara Arab untuk menolak tekanan Trump dan tetap teguh pada posisi mereka menolak pengungsian," kata Hamas, dilansir Jerusalem Post pada Kamis.

Kelompok tersebut menambahkan bahwa mereka tak akan menerima pihak manapun untuk berpatroli di Gaza atau bahkan menduduki wilayah itu kembali. Hamas kemudian menyerukan persatuan di kalangan warga Palestina untuk menolak rencana tersebut.

“Pembicaraan Trump tentang penerimaan Washington atas Jalur Gaza dapat dibandingkan dengan deklarasi keinginannya AS untuk menduduki Jalur Gaza,” kata kelompok itu.

3. Trump sebut tak akan ada penempatan tentara AS di Gaza

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Pada Kamis, Trump membuat pernyataan tambahan. Ia mengatakan bahwa jika Israel menyerahkan Jalur Gaza kepada AS pada akhir perang, tak akan ada tentara AS yang ditempatkan di sana.

"Jalur Gaza akan diserahkan kepada AS oleh Israel setelah pertempuran berakhir. Warga Palestina, seperti Chuck Schumer, sudah akan dimukimkan kembali di komunitas yang jauh lebih aman dan lebih indah, dengan rumah-rumah baru dan modern, di wilayah tersebut,” kata Trump melalui media sosialnya di Truth Social.

Trump berdalih bahwa rencana tersebut akan memberikan kesempatan bagi warga Gaza untuk hidup bahagia, aman, dan bebas.

“AS bekerja sama dengan tim pengembangan hebat dari seluruh dunia akan perlahan dan hati-hati memulai pembangunan. Stabilitas di kawasan akan terwujud!” bebernya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us