Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Demo di Gedung Putih, Desak Blokade Gaza Diakhiri

seorang pengunjuk rasa memegang bendera Palestina (Matt Hrkac from Melbourne, Australia, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
seorang pengunjuk rasa memegang bendera Palestina (Matt Hrkac from Melbourne, Australia, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Protes di Gedung Putih menyerukan AS setop pengiriman senjata ke Israel.
  • 133 orang meninggal akibat kelaparan sejak Oktober 2023, dengan 87 di antaranya adalah anak-anak.
  • Krisis kemanusiaan di Gaza membutuhkan penanganan yang lebih besar dan akses bantuan yang cepat dari Israel.

Jakarta, IDN Times - Puluhan orang menggelar demonstrasi di luar Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), pada Minggu (27/7/2025). Mereka memprotes blokade Israel yang berlangsung di Jalur Gaza, yang telah mengakibatkan lebih dari 2 juta warga Palestina berada di ambang kelaparan.

Dilansir dari Anadolu, para demonstran memukul-mukul peralatan dapur dari logam sambil membawa papan bertuliskan “Biarkan truk makanan masuk” serta “Israel, hentikan kelaparan di Gaza". Mereka juga menampilkan foto anak-anak di Gaza yang meninggal akibat kekurangan gizi dan melakukan teatrikal untuk menggambarkan kematian warga Palestina yang terbunuh saat mencari makanan.

Penyelenggara aksi, Hazami Barmada, mengatakan bahwa protes tersebut bertujuan untuk menyerukan pengiriman makanan ke Gaza dan bantuan tanpa batas bagi warga Palestina. Ia mendesak AS untuk membantu mengakhiri blokade.

1. Pengiriman senjata ke Israel harus dihentikan

Protes ini terjadi di tengah meningkatnya kemarahan internasional atas bencana kemanusiaan di Gaza. Badan-badan bantuan melaporkan terjadinya pengungsian massal, kelaparan, dan meningkatnya angka kematian anak akibat pembatasan bantuan kemanusiaan oleh Israel selama berbulan-bulan.

“Orang-orang dibiarkan kelaparan di depan mata kita. Israel sepenuhnya didukung oleh AS dan telah diberi lampu hijau. Mereka mengubah Timur Tengah di depan mata kita. Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kami di sini untuk mengatakan bahwa hal tersebut harus dihentikan," kata Lucha Bright, anggota Refuse Fascism.

Sejak 27 Mei, Israel meluncurkan program bantuan tersendiri melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang beroperasi tanpa melibatkan PBB dan organisasi bantuan utama lainnya. Sejak saat itu, ratusan warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel saat berkumpul di sekitar titik distribusi bantuan.

“Mereka harus menghentikan seluruh pengiriman senjata ke Israel. Harus ada sanksi internasional. PBB dan lembaga-lembaga internasional harus diizinkan masuk, dan Israel harus dipaksa memberikan akses penuh kepada mereka secepat mungkin," kata Carolyn Karcher dari Jewish Voice for Peace.

2. 133 orang meninggal akibat kelaparan sejak Oktober 2023

Pada Minggu, Israel mengumumkan rencana untuk menghentikan sementara pertempuran di sejumlah wilayah di Gaza tengah dan utara. Mereka juga berjanji akan membuka koridor bantuan untuk konvoi makanan dan medis. Namun, para pengunjuk rasa menilai langkah ini masih terlalu sedikit.

“Warga Palestina saat ini sedang menghadapi kelaparan. Kalaupun diberi makan sekarang, mereka tetap tidak akan bisa bertahan tanpa perawatan medis," kata pengunjuk rasa bernama Joseph Ip.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa enam warga Palestina telah meninggal akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, jumlah kematian akibat kelaparan sejak Oktober 2023 telah mencapai 133 orang, termasuk 87 anak-anak.

Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa satu dari tiga warga Gaza telah berhari-hari tidak makan, sementara hampir 500 ribu orang mengalami kondisi yang menyerupai kelaparan. Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui mengalami kekurangan gizi.

3. Krisis di Gaza butuh penanganan lebih besar

Liz Allcock, kepala perlindungan Bantuan Medis untuk Palestina, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat Gaza dalam kondisi separah ini.

“Tingkat kelaparan dan jumlah orang yang terlihat berjalan dalam kondisi benar-benar tinggal kulit dan tulang sungguh mengejutkan. Uang sama sekali tidak berarti di sini ketika tidak ada apa pun yang bisa dibeli,” katanya kepada Al Jazeera.

PBB menyatakan bahwa pengiriman bantuan hanya dapat berhasil jika Israel menyetujui pergerakan cepat konvoi bantuan melalui pos pemeriksaannya. Kepala bantuan PBB Tom Fletcher mencatat bahwa meskipun beberapa pembatasan tampaknya telah dilonggarkan, skala krisis memerlukan tindakan yang jauh lebih besar.

“Ini merupakan kemajuan, namun bantuan dalam jumlah besar diperlukan untuk mencegah kelaparan dan krisis kesehatan yang parah,” ujarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us