Houthi Akan Terus Menyerang jika Israel Langgar Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times - Houthi di Yaman mengancam akan melanjutkan serangan jika Israel tidak menghormati gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas. Pemimpin kelompok tersebut, Abdul Malik al-Houthi, berjanji akan terus memantau implementasi gencatan senjata kedua pihak.
"Jika ada pelanggaran, pembantaian atau serangan Israel, kami akan memberikan dukungan militer kepada rakyat Palestina," kata pemimpin Houthi pada Kamis (16/1/2025), dikutip dari AFP.
Pernyataan itu diungkap sehari setelah pengumuman gencatan senjata Israel-Hamas selama enam minggu, yang akan melibatkan pembebasan 33 sandera Negara Yahudi yang ditahan oleh militan Palestina. Gencatan senjata itu diperkirakan akan dimulai pada Minggu (19/1/2025).
"Musuh Israel gagal mencapai tujuan yang (telah) dinyatakan dan jelas, serta gagal total dalam memulihkan tahanannya tanpa kesepakatan pertukaran," kata pemimpin kelompok militan tersebut.
1. Serangan Houthi mengganggu pelayaran global
Houthi telah menargetkan Israel dan kapal komersial di Laut Merah selama genosida Gaza untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap Palestina. Kelompok itu telah lama mengatakan bakal menghentikan operasinya, jika genosida Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan itu berakhir.
Houthi telah meluncurkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal sejak November 2023, serta menenggelamkan dua kapal, menyita satu kapal, dan membunuh sedikitnya empat pelaut. Intensitas serangan telah mengganggu pelayaran global dan mendorong perubahan rute.
Serangan-serangan Houthi telah mengganggu perdagangan internasional, sehingga memaksa beberapa kapal mengambil rute panjang di sekitar Afrika bagian selatan daripada Terusan Suez. Itu telah menyebabkan peningkatan tarif asuransi, biaya pengiriman, dan waktu yang memicu kekhawatiran inflasi global, mengutip Reuters.
2. Serangkaian misi Barat mengamankan perdagangan di Laut Merah

AS dan Inggris telah meluncurkan operasi multinasional pada Desember 2023 untuk menjaga perdagangan di Laut Merah. Keduanya juga sering melakukan serangan udara terhadap benteng Houthi yang menargetkan fasilitas penyimpanan senjata.
Selain itu, Uni Eropa pada Februari juga meluncurkan misinya sendiri di Laut Merah yang bertujuan mencegah serangan Houthi yang semakin intensif dan membantu melindungi jalur perdagangan utama. Aliansi itu juga mencakup Hamas, Hizbullah Lebanon, dan kelompok bersenjata Syiah di Irak.
Sumber industri pelayaran mengatakan akan menunggu untuk melihat apakah gencatan senjata oleh Houthi akan dihormati dan belum bersiap untuk melanjutkan pelayaran melalui Laut Merah.
Seorang mitra di firma hukum Reed Smith, Laura-May Scott, mengimbau pihak pengirim barang untuk berhati-hati dan memantau dengan cermat perkembangan di kawasan.
3. Israel masih bombardir Gaza setelah umumkan gencatan senjata

Warga Palestina di Jalur Gaza pada Kamis kembali terbangun dengan suara pemboman yang kembali terjadi. Itu menambah rasa gentar pada kegembiraan yang mereka rasakan ketika mendengar berita bahwa gencatan senjata telah disepakati antara Israel dan Hamas pada malam sebelumnya.
Menurut pertahanan sipil daerah kantong Palestina, setidaknya 101 warga tewas, termasuk 27 anak-anak dan 31 wanita, dalam serangan Israel di Gaza sejak pengumuman kesepakatan gencatan senjata yang akan dimulai pada Minggu.
Dilansir Al Jazeera, genosida Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 46.788 warga Palestina dan melukai 110.453 orang sejak 7 Oktober 2023. Sementara itu, setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan Hamas dan lebih dari 200 orang ditawan.