Houthi Rilis Video Tanker Yunani, PBB Khawatir Tumpahan Minyak

- Houthi meledakkan kapal tanker Shounion Yunani sebagai protes terhadap Amerika dan Israel, menyebabkan kekhawatiran tumpahan minyak di Laut Merah.
- Kapal perang Prancis melakukan penyelamatan terhadap 29 awak kapal, sementara Eropa menghubungi Houthi untuk izinkan kapal tunda dan penyelamat.
- Houthi menargetkan kapal sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, meskipun banyak yang tidak berhubungan dengan konflik Israel-Hamas.
Jakarta, IDN Times - Kelompok Militan Houthi telah merilis rekaman peledakan kapal tanker Shounion, milik Yunani, pada hari Jumat (30/08/2024) setelah sebelumnya kapal itu diserang pada tanggal 21 Agustus. Rekaman tersebut menunjukkan proses peledakan kapal, dimulai dari menaiki kapal dan meledakkan bahan peledak sambil mengutuk Amerika dan Israel.
Sebelumnya, Kementerian Perkapalan Yunani dan Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) mengatakan bahwa kapal tanker milik Yunani yang melewati Laut Merah telah diserang oleh dua kapal kecil di sebelah barat kota Pelabuhan Hodeidah, Yaman. Kapal tersebut membawa 150.000 metrik ton minyak mentah dari Irak dan bergerak ke pelabuhan dekat Athena.
Serangan dilancarkan oleh dua kapal kecil dengan baku tembak senjata ringan, dan serangan selanjutnya dilancarkan dengan tiga proyektil. Dilaporkan tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut.
1. PBB Khawatirkan tumpahan minyak ke Laut Merah
Kapal perang Prancis yang sedang beroperasi telah melakukan penyelamatan terhadap awak kapal Shounion yang terdiri dari 29 orang. Namun, negara-negara Barat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) masih mengkhawatirkan jika sekitar satu juta barel minyak tumpah ke Laut Merah.
Tumpahan tersebut dapat menjadi ancaman serius terhadap lingkungan karena akan merusak ekosistem terumbu karang dan membunuh hewan laut. Sementara itu, angkatan laut Uni Eropa mengatakan belum melihat adanya tumpahan minyak dan kapal tersebut masih terbakar serta tidak hanyut.
"Terdeteksi kebakaran di beberapa lokasi di dek utama kapal. Tidak ada tumpahan minyak, dan kapal masih berlabuh dan tidak hanyut," kata Operasi Aspides.
2. Yaman mengizinkan kapal penyelamat untuk mendekati kapal tanker
Misi Iran di PBB pada Rabu malam (28/08/2024) mengatakan bahwa kelompok Houthi menyetujui untuk mengizinkan kapal tunda dan penyelamat untuk menyelamatkan kapal tanker Yunani yang masih terbakar di Laut Merah. Keputusan tersebut diambil setelah beberapa negara, terutama Eropa, menghubungi Houthi dan dengan menimbang masalah kemanusiaan dan lingkungan.
Sebelumnya, pihak Pentagon pada hari Selasa (27/08/2024) mengatakan bahwa pengiriman dua kapal tunda oleh pihak ketiga dihalangi oleh Houthi. Hal ini menunjukkan pengabaian Houthi terhadap kemanusiaan dan potensi bencana lingkungan, menurut Mayor Jenderal Angkatan Udara, Pat Ryder.
"Setelah beberapa pihak internasional menghubungi kami, terutama pihak Eropa, mereka diizinkan untuk menarik kapal tanker minyak Shounion yang terbakar," kata juru bicara Ansarallah, Mohammad Abdul Salam. Namun, ia juga mengatakan bahwa tidak ada gencatan senjata sementara dan hanya mengizinkan penarikan kapal tanker.
3. Houthi serius terhadap pelanggaran dan solidaritas terhadap Palestina
Kelompok Houthi Yaman melancarkan serangan di Laut Merah, Teluk Aden, Laut Arab, Samudra Hindia, dan Mediterania sejak bulan November sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan menekan Israel untuk menarik pasukan di Gaza. Tindakan Houthi dinilai mengancam pelayaran internasional dan mengganggu rute perdagangan dunia. Setidaknya sudah ada dua kapal tenggelam dan satu kapal disita.
Meskipun Houthi mengklaim menargetkan kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel, AS, atau Inggris, tetapi banyak kapal yang diserang tidak memiliki hubungan dengan konflik Israel-Hamas. Alasan Houthi untuk menyerang kapal Shounion juga dibantah oleh Pusat Informasi Maritim Gabungan, yang mengatakan bahwa Shounion tidak memiliki hubungan langsung dengan Israel, AS, atau Inggris dalam struktur bisnis perusahaan.
“Kami tegaskan bahwa pembakaran kapal tanker minyak tersebut adalah salah satu bentuk keseriusan Yaman dalam menindak tegas kapal mana pun yang melanggar keputusan larangan Yaman untuk mencegah kapal apa pun menyeberang ke pelabuhan Palestina yang diduduki dengan tujuan memberikan tekanan kepada entitas musuh Zionis agar menghentikan agresinya terhadap Gaza.
“Semua perusahaan pelayaran yang terkait dengan entitas musuh Zionis harus menyadari bahwa kapal mereka akan tetap rentan terhadap serangan Yaman di mana pun angkatan bersenjata Yaman dapat menjangkau mereka hingga agresi berhenti dan pengepungan di Gaza dicabut,” kata juru bicara Ansarallah, Mohammad Abdul Salam.