Internet Afghanistan Lumpuh, Taliban Dituding Jadi Biangnya

- Pemadaman lumpuhkan ekonomi dan kehidupan warga.
- Transportasi dan perdagangan terganggu, aliran dana dari luar negeri terputus, aktivitas ekonomi menurun drastis.
- Internet mulai kembali pulih pada Rabu malam waktu setempat.
Jakarta, IDN Times – Taliban membantah telah memberlakukan larangan internet di Afghanistan. Pemadaman komunikasi yang dimulai sejak Senin (29/9/2025) disebut terjadi karena kerusakan kabel serat optik lama yang sedang diganti.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menolak rumor pembatasan internet yang beredar luas. Namun, seorang pimpinan senior Taliban di Kabul mengaku kondisi tetap tidak menentu.
“Kami tidak tahu apa yang terjadi di negara ini. Tidak ada yang memberi tahu kami karena mayoritas orang tidak bisa saling mengakses,” katanya, dikutip dari NBC News.
Pemadaman yang berdampak pada lebih dari 40 juta penduduk mengganggu sektor vital seperti perbankan, penerbangan, dan perdagangan. NetBlocks mencatat gangguan hampir merata di seluruh negeri, yang kemudian disusul pemadaman total hanya beberapa jam setelahnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga meminta Taliban segera memulihkan akses internet karena situasi ini menghambat operasi kemanusiaan.
1. Pemadaman lumpuhkan ekonomi dan kehidupan warga
Transportasi dan perdagangan lintas perbatasan dengan Pakistan ikut terganggu akibat jaringan terputus. Wakil presiden senior Kamar Dagang Bersama Pak-Afghan, Zia ul Haq Sarhadi, mengatakan ratusan truk bermuatan barang tertahan di perbatasan. Pembatalan penerbangan keluar masuk Kabul semakin menambah kekacauan di tengah warga.
Gangguan komunikasi juga memutus aliran dana dari luar negeri yang menjadi penopang jutaan keluarga Afghanistan. Bank dan pusat perbelanjaan di Kabul terpaksa tutup, sementara pasar penukaran uang lumpuh karena transfer internasional tidak berjalan. Kondisi itu membuat kota terasa lengang dan aktivitas ekonomi menurun drastis.
Dampaknya juga dirasakan di sektor perjalanan yang hampir berhenti total. Banyak agen perjalanan menutup layanan, sementara beberapa hanya melayani sebagian untuk memberi informasi. Seorang pedagang di Kabul menggambarkan situasi kepada BBC sebagai kematian bertahap, menyebut hilangnya harapan, stabilitas, dan kebebasan berbicara sebagai pukulan besar bagi masyarakat.
2. Diaspora Afghanistan terputus dari keluarga dan operasi bantuan terganggu

Warga Afghanistan di luar negeri kesulitan menghubungi keluarga mereka yang masih tinggal di dalam negeri. Sofia Ramyar, penasihat di Afghans for Progressive Thinking (APT), menuturkan bahwa pemadaman ini memperdalam rasa keterasingan. Ia menilai perjuangan perempuan di Afghanistan semakin terhambat karena komunikasi daring ikut terputus.
Naseer Kawoshger, kasir berusia 29 tahun di Chicago, juga berbagi kesulitan yang sama.
“Ketika saya mengirim pesan ke kakak perempuan saya, kakak laki-laki saya, hanya ada satu centang dan saya melihat bahwa pesan itu tidak terkirim,” ujarnya.
Pemadaman turut mengganggu organisasi bantuan internasional yang bekerja di Afghanistan. Save the Children menyebut komunikasi yang andal adalah syarat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mengoordinasikan bantuan. Situasi yang berlangsung hingga 48 jam ini memperdalam ketakutan banyak warga, terutama perempuan dan anak perempuan, yang sejak lama menghadapi pembatasan ketat di bawah Taliban.
3. Pemulihan internet disambut suka cita masyarakat

Internet mulai kembali pulih pada Rabu (1/10/2025) malam, memicu ratusan warga Kabul turun ke jalan merayakannya. NetBlocks mengonfirmasi adanya pemulihan sebagian layanan, sementara sumber dekat pemerintah Taliban menyebut pemulihan diperintahkan langsung oleh perdana menteri Taliban. Seorang warga mengatakan bahwa semua orang, termasuk anggota Taliban, tampak sibuk menelpon keluarga mereka.
Bagi diaspora, kabar pemulihan membawa kelegaan mendalam. Mah, mahasiswa Afghanistan berusia 24 tahun di Inggris, mengaku menangis lega saat mendengar suara ibunya kembali. Sopir pengantar barang di Kabul, Sohrab Ahmadi, bahkan menyamakan momen itu dengan kebahagiaan Idul Adha.
Meski begitu, bantahan Taliban soal larangan internet mendapat sorotan baru. Laporan dari Al Jazeeramenyebut sejumlah provinsi memang sempat diberi instruksi pembatasan akses internet untuk alasan moralitas. TOLOnews juga mengungkap tenggat waktu satu minggu bagi operator seluler untuk mematikan layanan 3G dan 4G, sementara pejabat Taliban menyebut ribuan pilar telekomunikasi akan dimatikan hingga pemberitahuan lebih lanjut.