Iran Ancam AS soal Rencana Serangan Israel ke Situs Nuklir

Jakarta, IDN Times - Iran memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan ikut bertanggung jawab jika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyampaikan ancaman ini pada Kamis (22/5/2025) setelah muncul laporan bahwa Israel sedang mempersiapkan serangan ke situs nuklir Iran.
Peringatan ini muncul sehari sebelum putaran kelima negosiasi nuklir Iran-AS yang berlangsung Jumat (23/5/2025) di Roma, Italia. Negosiasi yang dimediasi Oman ini merupakan upaya diplomatik tingkat tinggi pertama sejak AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015.
Sebelumnya, CNN melaporkan bahwa intelijen AS mengetahui Israel sedang menyiapkan serangan ke fasilitas nuklir Iran. Namun, belum diketahui pasti apakah rencana itu akan dilaksanakan.
1. Iran kirim surat ancaman ke PBB dan badan nuklir dunia
Araghchi mengirim surat resmi kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, untuk meminta langkah pencegahan terhadap ancaman Israel. Iran mengancam akan mengambil langkah khusus untuk melindungi fasilitas nuklirnya jika ancaman berlanjut.
Melansir Anadolu Agency, Araghchi juga menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha menggagalkan diplomasi dengan AS untuk mengalihkan perhatian dari tuduhan kejahatan perang di Gaza.
"Iran mewanti-wanti tindakan sembrono apapun oleh Israel dan akan membalas tegas setiap ancaman atau tindakan ilegal dari rezim ini. Kami meminta komunitas internasional mengambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap ancaman Israel," kata Araghchi, dilansir The Guardian.
Sebelumnya, Iran juga pernah memperingatkan untuk mengurangi kerja sama dengan inspektur nuklir PBB atau memindahkan uranium yang sudah diperkaya ke lokasi rahasia.
2. Pengayaan uranium jadi batu sandungan utama negosiasi
Pengayaan uranium jadi batu sandungan utama negosiasi yang berlangsung sejak April ini. AS menuntut Iran menghentikan semua pengayaan uranium, berbeda dengan kesepakatan 2015 yang membolehkan Iran memperkaya hingga 3,67 persen untuk pembangkit listrik.
Iran saat ini memperkaya uranium hingga 60 persen, mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk senjata nuklir. Ini jauh melampaui kesepakatan 2015 yang ditinggalkan AS pada 2018.
AS menyarankan Iran mengimpor uranium seperti Uni Emirat Arab, tapi Teheran menolak karena merasa punya hak memperkaya sendiri.
Iran bersikeras akan terus memperkaya uranium dengan atau tanpa kesepakatan. Teheran mengatakan tidak akan ada kesepakatan jika Washington melarang pengayaan uranium. Iran menyangkal berusaha membuat senjata nuklir dan mengatakan program nuklirnya untuk keperluan sipil, dilansir Al Jazeera.
"Tuntutan AS kepada Iran untuk menghentikan pemurnian uranium berlebihan dan keterlaluan. Saya tidak yakin pembicaraan dengan AS akan berhasil," kata Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Selasa (20/5/2025).
3. AS tetap optimis terhadap perundingan dengan Iran

Pemerintahan Trump tetap optimistis menjelang negosiasi putaran kelima meski ada kebuntuan soal pengayaan uranium. Trump mengatakan kepada Netanyahu bahwa negosiasi Iran berjalan ke arah positif, dilansir France24.
Di sisi lain, Iran justru memperkuat persiapan militer dengan meluncurkan tiga drone baru pada Kamis (22/5/2025), termasuk dua drone pengintai dan satu drone kamikaze.
Demonstrasi dukungan program nuklir juga terjadi di dekat fasilitas pengayaan Fordo dengan para demonstran meneriakkan slogan mendukung hak nuklir Iran.
"Mereka berusaha menakut-nakuti kami dengan ancaman perang, tapi Israel salah perhitungan karena tidak menyadari dukungan rakyat dan kekuatan militer yang dimiliki Iran. Israel akan mendapat balasan yang menghancurkan di wilayahnya yang kecil dan mudah diserang," kata juru bicara Garda Revolusi Ali Mohammad Naini.