Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Dituduh Lakukan Genosida Lewat Pembatasan Air di Gaza 

potret krisis air di Gaza. (Sharon Azran, B’Tselem, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Human Rights Watch (HRW) menuduh Israel melakukan tindak genosida melalui pembatasan akses air bersih di Gaza. Organisasi hak asasi manusia internasional ini merilis laporan setebal 184 halaman pada Kamis (19/12/2024) berdasarkan wawancara dengan 115 orang dan analisis citra satelit.

Pembatasan akses air bersih ini telah berlangsung sejak Israel melancarkan serangan di Gaza pada Oktober 2023. Tindakan tersebut mengakibatkan ribuan kematian warga sipil Palestina serta memicu penyebaran penyakit secara massal.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Oren Marmorstein, menyebut laporan HRW berisi kebohongan mengerikan. Pihaknya mengklaim telah memfasilitasi aliran air dan bantuan kemanusiaan ke Gaza secara berkelanjutan.

1. Cara Israel batasi akses air Gaza

Laporan HRW mengungkap empat cara sistematis Israel membatasi akses air di Gaza. Pertama, Israel memblokir pipa-pipa air utama yang mengalirkan air bersih dari wilayahnya ke Gaza. Tiga jalur pipa air utama diputus saat awal perang.

Israel juga memutus pasokan listrik Gaza sehingga pompa air, fasilitas desalinasi, dan pengolahan air limbah tidak bisa beroperasi. Panel surya yang menjadi sumber energi alternatif di empat dari enam fasilitas pengolahan air limbah diratakan buldoser militer Israel.

Citra satelit yang dianalisis HRW menunjukkan kerusakan masif pada infrastruktur air Gaza. Sebanyak 11 dari 54 reservoir air hancur total, sementara 20 reservoir lainnya mengalami kerusakan. Sebuah video yang viral di media sosial pada Juli 2024 bahkan memperlihatkan insinyur tempur Israel meledakkan reservoir air di distrik Tal Sultan, Rafah.

Bukan hanya menghancurkan, Israel juga menghalangi upaya perbaikan infrastruktur. Pihak militer Israel mencegah masuknya material perbaikan dan membunuh staf teknis yang berusaha melakukan perbaikan. Uni Emirat Arab sempat membangun pipa air dari Mesir pada Februari lalu, namun pipa tersebut rusak akibat serangan Israel di Rafah.

Pihak militer Israel membantah adanya krisis air di Gaza.

"Kami memfasilitasi air dari sisi Israel melalui tiga pipa besar ke utara Gaza serta bagian tengah dan selatan Gaza. Kami tidak punya informasi yang mengatakan ada masalah air di Gaza," ucap Kolonel Abdullah Halabi, kepala Administrasi Koordinasi dan Penghubung Israel untuk Gaza.

2. Krisis air picu wabah penyakit di Gaza

Pembatasan akses air telah memaksa setiap warga Gaza hidup dengan 2-9 liter air per hari. Jumlah ini jauh di bawah standar minimum kebutuhan air untuk bertahan hidup yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 15-20 liter per hari.

Krisis air memicu wabah penyakit di Gaza. Kasus diare akut mencapai 670 ribu kasus, sementara kasus penyakit kuning atau hepatitis A tercatat 132 ribu kasus sejak perang dimulai. Melansir The Guardian, tingkat kematian akibat hepatitis A melonjak dari 1 persen menjadi 5-10 persen.

Virus polio kembali muncul di Gaza setelah 25 tahun bebas polio. WHO menemukan virus ini dalam sampel air limbah dari tenda-tenda pengungsi pada Juli 2024. Kasus polio pertama dikonfirmasi pada seorang bayi berusia 10 bulan pada Agustus lalu.

Seorang warga Gaza yang diwawancarai HRW menuturkan pengalamannya mengonsumsi air dari sumur kotor.

"Saya sakit, anak-anak saya muntah dan diare, saya juga diare. Ini terjadi sejak kami mulai minum air kotor," katanya, dilansir dari CNN. 

3. Tindakan Israel tergolong genosida

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, sendiri pernah secara eksplisit pernah memerintahkan pembatasan air di Gaza. Pernyataan ini disampaikan saat ia  mengumumkan pengepungan total di Gaza pada 9 Oktober 2023. 

"Tidak akan ada listrik, makanan, air, bahan bakar. Semuanya ditutup," ucap Gallant saat itu.

Mahkamah Internasional (ICJ) pada Januari 2024 telah mengeluarkan perintah sementara agar Israel melindungi warga Gaza dari genosida. ICJ secara spesifik memerintahkan Israel memastikan pasokan air, makanan, listrik, dan bahan bakar ke Gaza.

Tirana Hassan, Direktur Eksekutif Human Rights Watch, menyatakan tindakan Israel termasuk genosida.

"Ini bukan sekadar kelalaian. Ini adalah kebijakan yang telah diperhitungkan sehingga menyebabkan ribuan kematian akibat dehidrasi dan penyakit. Hal ini tak lain merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan dan sebuah tindakan genosida," ujar Hassan, dilansir dari website HRW. 

Laporan Amnesty International juga menghasilkan kesimpulan senada dengan HRW. Organisasi tersebut telah merilis laporan pada awal Desember yang juga menyimpulkan tindakan Israel di Gaza sebagai genosida. Namun, Israel tetap menolak tuduhan tersebut dengan dalih tindakannya merupakan pembelaan diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us