Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Sebut Pendeta Yahudi Dibunuh di UEA, 3 Orang Ditangkap

ilustrasi penangkapan (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi penangkapan (pexels.com/Kindel Media)

Jakarta, IDN Times - Seorang rabbi berkewarganegaraan Israel-Moldova, yang dilaporkan hilang di Uni Emirat Arab (UEA) pekan lalu, ditemukan tewas pada Minggu (24/11/2024). Israel mengatakan bahwa pendeta Yahudi tersebut dibunuh dan berjanji akan memburu pelakunya.

Badan intelijen Israel, Mossad, dan otoritas UEA telah meluncurkkan penyelidikan atas hilangnya Zvi Kogan setelah ia dilaporkan hilang sejak Kamis (21/11/2024). Pria berusia 28 tahun itu terakhir kali terlihat di Dubai.

“Pembunuhan Zvi Kogan adalah insiden kriminal antisemit teroris. Israel akan bertindak semaksimal mungkin untuk mengadili para penjahat yang bertanggung jawab atas kematiannya,” kata kantor Perdana Menteri Israel pada Minggu.

1. Tiga pria Uzbekistan ditangkap oleh otoritas UEA

Dilansir dari Reuters, Kementerian Dalam Negeri UEA, pada Senin (25/11/2024), menyatakan bahwa tiga orang telah ditangkap sehubungan dengan pembunuhan Kogan. Ketiga pria tersebut diidentifikasi sebagai warga negara Uzbekistan, dengan dua di antaranya berusia 28 tahun dan satunya lagi berusia 33 tahun.

Kementerian menambahkan bahwa penyelidikan oleh otoritas Emirat masih berlanjut, tanpa menyebutkan apakah mereka telah didakwa. Tel Aviv mengatakan bahwa badan-badan Israel turut ambil bagian dalam penyelidikan tersebut.

Presiden Israel, Isaac Herzog, mengutuk pembunuhan tersebut sebagai serangan antisemit yang keji. Ia juga berterima kasih kepada pihak berwenang Emirat atas tindakan cepat mereka.

Usai kematian Kogan, Israel kembali memperingatkan warganya agar tidak melakukan ke perjalanan ke UEA kecuali ada alasan penting.

“Ada kekhawatiran bahwa masih ada ancaman terhadap warga Israel dan Yahudi di wilayah tersebut,” demikian peringatan pemerintah yang dikeluarkan pada Minggu.

2. Kogan telah tinggal di UEA selama beberapa tahun

Menurut otoritas setempat, Kogan adalah penduduk UEA dan juga warga negara Moldova. Ia telah tinggal di negara Arab tersebut selama beberapa tahun dan mengelola supermarket kosher di Dubai. Ia bekerja dengan gerakan Chabad Lubavitch, cabang Yahudi Ortodoks terkemuka yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS).

Gerakan tersebut mengatakan bahwa ia akan dimakamkan di Israel.

“Penargetan terhadap Rabbi Kogan adalah upaya untuk menghancurkan nilai-nilai suci Yahudi yang dia wakili: cahaya, kebaikan dan kebaikan. Tidak ada negara, tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat yang mampu menanggung hilangnya nilai-nilai yang menopang ini," kata Chabad Lubavitch, dilansir dari Associated Press.

UEA melakukan normalisasi hubungan dengan Israel pada 2020. Sejak itu, warga Israel mulai datang ke negara tersebut untuk mendirikan bisnis dan berlibur. Komunitas Yahudi pun berkembang di sana. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya sejumlah sinagoga dan bisnis yang melayani kebutuhan kuliner kosher

3. AS kecam pembunuhan tersebut

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Sean Savett menyebut pembunuhan Kogan sebagai kejahatan mengerikan terhadap orang-orang yang memperjuangkan perdamaian, toleransi, dan hidup berdampingan.

“Kami mengutuk keras pembunuhan Rabbi Zvi Kogan di UEA dan doa kami menyertai keluarganya, komunitas Chabad-Lubavitch, komunitas Yahudi yang lebih luas, dan semua yang berduka atas kehilangannya,” kata Savett.

Duta Besar UEA untuk Washington, Yousef Al Otaiba, juga mengatakan bahwa pembunuhan Kogan adalah kejahatan terhadap negara Teluk tersebut.

Sementara itu, mantan politisi Druze Israel, Ayoob Kara, pada Minggu, menuduh Iran terlibat dalam kematian Kogan. Namun, Kedutaan Besar Iran di Abu Dhabi membantah tuduhan tersebut.

Kasus ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran. Teheran sebelumnya telah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Tel Aviv setelah negara itu melancarkan serangan yang menghantam pangkalan militer mereka pada Oktober 2024.

Badan intelijen Iran juga diketahui pernah melakukan penculikan di UEA sebelumnya. Teheran diduga terlibat dalam penculikan dan pembunuhan warga negara Inggris-Iran, Abbas Yazdi, di Dubai pada 2013, meskipun pemerintah membantahnya.

Iran juga menculik Jamshid Sharmahd, warga negara Jerman keturunan Iran, pada 2020 di Dubai, dan membawanya kembali ke Teheran, di mana ia dieksekusi pada Oktober 2024.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us