Israel Serang Suriah Selatan, 2 Tewas dan 19 Luka-luka

Jakarta, IDN Times - Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Daraa, Suriah selatan pada Senin malam (17/3/2025), menewaskan dua orang dan melukai 19 lainnya. Korban luka-luka termasuk empat anak-anak dan seorang wanita.
Target serangan meliputi pusat komando dan situs militer yang berisi senjata serta kendaraan militer peninggalan rezim Bashar al Assad. Lokasi tersebut kini digunakan pasukan pemerintah baru Suriah.
1. Israel ingin lemahkan Suriah
Pasukan Israel (IDF) menargetkan kompleks militer di pinggiran kota. Al Jazeera melaporkan Israel melancarkan empat serangan udara ke wilayah tersebut. Serangan dinilai bertujuan mengurangi kapasitas militer Suriah, terutama kemampuan pertahanannya.
"Keberadaan aset militer di Suriah selatan menjadi ancaman bagi Israel. Kami tidak akan membiarkan adanya ancaman militer di Suriah selatan dan akan bertindak melawannya," kata pernyataan militer Israel, dilansir France24.
Serangan menimbulkan kebakaran di lokasi kejadian. Sejumlah ambulans bergegas ke tempat kejadian setelah laporan adanya korban jiwa.
2. Israel semakin gencar serang Suriah
Israel sebelumnya juga menargetkan beberapa aset militer Suriah di area yang sama pada awal bulan ini. Sejak jatuhnya Assad pada Desember lalu, Israel telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah.
Pemerintah baru Suriah dinilai kesulitan mengendalikan kota-kota di selatan negaranya.
"Ini merupakan tantangan sangat besar bagi pemerintah di Damaskus. Secara praktis, mereka tidak mengendalikan kota-kota selatan Suriah," ujar koresponden Al Jazeera, Resul Serdar dari Damaskus.
Israel telah mengerahkan pasukan ke zona penyangga yang diawasi PBB di Dataran Tinggi Golan. IDF bahkan telah mendirikan lebih banyak pos-pos militer di perbatasan dengan Suriah.
3. Israel juga serang Damaskus

Pada Kamis (13/3/2025) sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengumumkan angkatan udara negaranya juga melakukan serangan di Damaskus. Serangan tersebut menargetkan gedung yang diklaim sebagai pusat komando kelompok Jihad Islam Palestina.
Ismail Sindawi, perwakilan Jihad Islam di Suriah, membantah klaim Israel tersebut.
"Gedung yang ditargetkan telah ditutup selama 5 tahun dan tidak ada anggota kami yang mengunjunginya. Israel hanya mengirim pesan," katanya, dilansir Arab News.