Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Italia Mulai Operasikan Pusat Penampungan Migran di Albania

Bendera Italia. (Pexels.com/JÉSHOOTS)

Jakarta, IDN Times - Salah satu pusat penampungan migran milik Italia yang dibangun di Albania mulai dibuka pada Kamis (1/8/2023). Kamp yang dibuka berlokasi di pelabuhan Shengjin di Albania utara, sementara pembukaan pusat kedua di dekat Gjader ditunda karena belum selesai dibangun.

Para migran baru akan dipindahkan ke kamp-kamp itu setelah keduanya dibuka dan beroperasi. Kedua pusat migran itu dapat menampung hingga 3000 migran per bulan. Di sana mereka akan diizinkan untuk meminta suaka untuk tinggal di Italia. Jika ditolak, mereka akan dikirim kembali ke negara-negara yang dianggap aman untuk kembali.

1. Program pusat penampungan migran akan dilanjutkan jika berhasil

Ilustrasi kamp pengungsi. (Unsplash.com/Julie Ricard)

Dilansir BBC, pusat migran tersebut akan sepenuhnya dikelola oleh pemerintah Italia, dan akan digunakan untuk menampung migran yang diselamatkan di laut. Namun, fasilitas tersebut bukan untuk perempuan, anak-anak, atau mereka yang dianggap rentan.

“Peraturan perundang-undangan Italia dan Eropa akan diterapkan di pusat-pusat ini. Ini seperti memiliki pusat di Italia, tapi di Albania," kata Fabrizio Bucci, duta besar Italia di Albania.

Pembangunan tempat tersebut disepakati oleh Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dan Perdana Menteri Albania Edi Rama pada tahun lalu. Kesepakatan kedua negara itu akan berlaku selama lima tahun, dengan opsi perpanjangan jika terbukti berhasil mengurangi beban migran di Italia dan mencegah beberapa orang mencoba datang.

Jumlah kedatangan di Italia melalui laut tahun ini mencapai sekitar 31 ribu orang, turun lebih dari setengahnya dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Meloni telah berjanji untuk menekan migrasi secara ketat dan rencana Albania telah menjadi prinsip utama dari upayanya.

2. Pusat migran di Albania ditentang

Bendera Albania. (Pexels.com/Petrit Nikolli)

Kebijakan penampungan migran di Albania mendapat dukungan dari Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang dianggap dapat membantu menangai masalah migrasi di Uni Eropa (UE). Namun, kesepakatan tersebut dikecam oleh kelompok hak asasi manusia karena dianggap sebagai preseden berbahaya.

“Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyoroti risiko yang terkait dengan skema tersebut dan mendesak UE untuk tidak menggunakan model berbahaya ini sebagai cetak biru bagi pendekatan mereka sendiri terhadap suaka dan migrasi,” kata IRC pada 23 Juli.

Awal tahun ini, organisasi kemanusiaan itu menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai kebijakan mahal, kejam, dan kontraproduktif.

Riccardo Magi, seorang anggota parlemen dari partai sayap kiri +Europa juga mengkritik kesepakatan tersebut yang dianggap mahal, yang diperkirakan menghabiskan lebih dari 650 juta euro (Rp11,3 triliun).

Politisi tersebut membandingkan bangunan itu dengan koloni hukuman. Dia juga meragukan kemampuan penyelamat saat malam hari untuk menyaring dengan baik mereka yang dijemput guna memastikan tidak ada individu rentan yang dikirim ke Albania.

3. Pembangunan salah satu pusat migran terhambat

Ilustrasi kamp pengungsi. (Unsplash.com/Julie Ricard)

Dilansir Associated Press, pusat penampungan di Shengjin telah siap selama lebih dari sebulan. Namun, pusat di dekat bekas bandara militer di Gjader masih jauh dari selesai dan hanya tinggal seminggu lagi sebelum tanggal pembukaan yang dijadwalkan.

Bucci mengatakan, penundaan terjadi karena tanah di lokasi kamp Gjader yang runtuh, sehingga perlu intervensi untuk mengonsolidasikannya. Selain itu, gelombang panas pada sepanjang Juli memaksa pihak berwenang untuk memberlakukan jeda selama jam-jam terpanas dalam sehari.

“Perhatian utama kami adalah keselamatan dan perlindungan mutlak bagi para pekerja di lokasi tersebut dan pada akhirnya para migran yang akan ditampung di Gjader,” kata Bucci.

Pembangunan fasilitas tersebut dilaporkan masih intensif, dengan dua ekskavator dan sebuah derek tinggi bekerja menggali untuk mempersiapkan pemasangan pagar pembatas di sekitar lokasi seluas sekitar 20 hektare dan memindahkan pipa-pipa besar.

Bangunan kontainer yang akan menyediakan perumahan bagi penghuni kamp sudah terpasang, tapi tumpukan panel dan rangka untuk membangun unit perumahan lebih lanjut tergeletak di pintu masuk utama.

Kepala desa terdekat dan penduduk setempat mengatakan pekerjaan di pusat itu masih jauh dari selesai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us