Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jepang Catat Penurunan Populasi di Tengah Pandemi COVID-19

Potret jalanan padat kota tokyo, Jepang. Sumber: Unsplash.com/ Timo Volz
Potret jalanan padat kota tokyo, Jepang. Sumber: Unsplash.com/ Timo Volz

Tokyo, IDN Times - Jepang kembali mencatatkan penurunan populasi dan rendahnya angka kelahiran yang terangkum sepanjang tahun 2020. Dalam pengumuman yang dirilis oleh Kementerian pada Rabu (4/8/2021), data populasi yang dikumpulkan dari daftar penduduk menunjukkan bahwa hanya ada sekitar 843.000 kelahiran yang terjadi di tahun lalu, dimana jumlah itu merupakan yang terendah sejak catatan mulai disimpan di tahun 1979.

Data tersebut telah menambah beban tekanan di pemerintahan PM Yoshihide Suga yang kini tengah berjuang mengatasi pelonjakan kasus COVID-19, dengan rekor harian yang terus meningkat dan sistem kesehatan yang semakin kewalahan tangani pasien.

1. Banyak warga asing yang meninggalkan Jepang

Potret jalanan padat kota tokyo, Jepang. Sumber: Unsplash.com/ Timo Volz
Potret jalanan padat kota tokyo, Jepang. Sumber: Unsplash.com/ Timo Volz

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Jepang, jumlah warga negara asing yang tinggal di Jepang selalu mengalami peningkatan selama enam tahun berturut-turut. Tetapi pada tahun 2020 lalu, angka itu telah merosot sebanyak 55.000 atau 1,92 persen.

Di sisi lain, jumlah warga Jepang yang kembali pulang ke negara mencatatkan peningkatan sebesar 101.000 orang. Tetapi populasi Jepang berdasarkan data per 1 Januari, tetap turun bila dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan populasi itu terjadi selama 12 tahun berturut-turut dengan angka kematian yang melebihi jumlah kelahiran, lapor The Asahi Shimbun.

2. Tingkat kelahiran di Jepang yang terus menurun

Siswa sekolah di Jepang. Sumber: Unsplash.com/Bna Ignacio
Siswa sekolah di Jepang. Sumber: Unsplash.com/Bna Ignacio

Pemerintah Jepang telah lama mengkhawatirkan situasi penurunan populasi, ditambah jumlah kasus kelahiran yang terus merosot. Di tahun lalu, presentase lansia di sana bahkan tercatat lebih tinggi dari manapun di dunia.

Pada 24 Oktober 2020, media Kyodo News pernah memberitakan bahwa penurunan kelahiran itu mungkin disebabkan faktor semakin banyaknya orang memilih untuk menikah di usia tua atau bahkan tidak menikah sama sekali. Tingkat kelahiran yang terus menurun dan populasi yang menyusut akan semakin memperumit upaya pemerintah untuk mempertahankan sistem pensiun nasional, perawatan medis dan kebutuhan lainnya di tahun-tahun mendatang.

3. Jepang hadapi situasi genting lonjakan kasus harian COVID-19

Perdana Mwnteri Jepang, Yoshihide Suga. Twitter.com/JPN_PMO
Perdana Mwnteri Jepang, Yoshihide Suga. Twitter.com/JPN_PMO

Sementara itu, Jepang saat ini masih berkutat dengan terus melonjaknya kasus harian infeksi COVID-19. Pada kamis lalu (5/8), ibu kota Tokyo dikonfirmasi mengalami kenaikan kasus hingga melampaui angka 5.000 untuk pertama kalinya.

Kondisi Tokyo yang tengah berjuang menghadapi pandemi sembari menjadi tuan rumah Olimpiade, dilaporkan berada pada titik kewalahan yang mengkhawatirkan karena sistem medisnya disebut sangat terbebani. "Infeksi menyebar pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah metropolitan dan di tempat lain," kata Perdana Menteri Yoshihide Suga. "Dengan bertambahnya mereka yang terinfeksi, jumlah pasien dalam kondisi serius juga meningkat," lanjutnya.

Saat ini, pemerintah tengah memperluas aturan pengetatan ke sejumlah perfektur lainnya dan berharap dapat menekan penyebaran virus semaksimal mungkin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Calledasia Lakawa
EditorCalledasia Lakawa
Follow Us