Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jerman Akui Tindakan Genosida Selama Era Kolonial di Namibia

Peristiwa genosida di Namibia yang dilakukan oleh pasukan Jerman pada awal abad ke-20 lalu. (Twitter.com/AfricaFactsZone)

Berlin, IDN Times - Jerman belum lama ini akhirnya mengakui peristiwa pembunuhan pada era kolonial di Namibia sebagai peristiwa genosida pada hari Jumat, 28 Mei 2021, waktu setempat. Peristiwa tersebut terjadi pada awal abad ke-20 lalu. Bagaimana awal ceritanya?

1. Menteri Luar Negeri Jerman mengatakan pihaknya akan meminta pengampunandari Namibia

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas (kiri), dan Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias (kanan), bertemu di Yunani membahas perselisihan Laut Mediterania Timur, pada 25 Agustus 2020. twitter.com/GreeceMFA

Dilansir dari BBC, Jerman secara resmi mengakui bahwa melakukan tindakan genosida selama pendudukan era kolonial di Namibia serta mengumumkan isyarat dukungan finansial. Pasukan Jerman telah membunuh sebanyak puluhan ribu orang Herero dan Nama pada saat itu dan Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengakui pembantaian tersebut sebagai peristiwa genosida. Ia juga mengatakan mengingat sejarah dan tanggung jawab moral Jerman, pihaknya akan meminta pengampunan dari Namibia dan keturunan para korban.

Maas menambahkan bahwa Jerman dalam isyarat untuk mengakui penderitaan besar yang menimpa para korban serta mendukung pembangunan negara melalui program bernilai lebih dari 1,1 miliar euro atau setara dengan Rp19,2 triliun. Perjanjian tersebut dilaporkan akan melihat pendanaan dibayarkan selama 30 tahun melalui pengeluaran untuk infrastruktur, perawatan kesehatan, dan program pelatihan yang bermanfaat bagi masyarakat yang terkena dampak. Seorang juru bicara pemerintah Namibia mengatakan bahwa pengakuan pemerintah Jerman adalah langkah pertama ke arah yang benar, akan tetapi beberapa pemimpin adat menuduh pemerintah Namibia menjual dan menolak untuk mendukung paket yang ditawarkan.

2. Seorang profesor sejarah mengatakan sejumlah besar keturunan korbangenosida merasa dikucilkan

Peristiwa genosida di Namibia yang dilakukan oleh pasukan Jerman pada awal abad ke-20 lalu. (Twitter.com/AfricaFactsZone)

Pejabat pemerintah Namibia menggambarkan penerimaan pemerintah Jerman sebagai langkah pertama yang penting, tetapi tokoh lain telah menyuarakan penolakan. Seorang Kepala Tertinggi Herero, Vekuii Rukoro, mengatakan kesepakatan itu tidak cukup untuk menutupi kerugian yang tidak dapat diperbaiki yang diderita di tangan pasukan kolonial. Menurutnya, pihaknya memiliki masalah dengan kesepakatan semacam itu, yang merupakan penjualan habis-habisan di pihak pemerintah Namibia.

Namun, Maas mengatakan negosiasi itu berjalan untuk menemukan jalan bersama menuju rekonsiliasi sejati untuk mengenang para korban dengan anggota komunitas Herero dan Nama yang terlibat erat dalam pembicaraan. Sejumlah pemimpin adat yang berpartisipasi dalam negosiasi sejauh ini menolak untuk mendukung kesepakatan tersebut. Seorang Profesor Sejarah Global dari University of Hamburg mengatakan bahwa sejumlah besar korban genosida merasa dikucilkan.

Ia menambahkan ini menjadi masalah jika tujuan rekonsiliasi serta bagaimana bisa berdamai dengan para korban jika para korban merasa tersisih dari keseluruhan proses.

3. Pernyataan tersebut muncul setelah negosiasi berlangsung selama 5 tahunterakhir ini

Peristiwa genosida di Namibia yang dilakukan oleh pasukan Jerman pada awal abad ke-20 lalu. (Twitter.com/EagleFMNam)

Pernyataan yang disampaikan oleh Maas sendiri muncul setelah 5 tahun terakhir proses negosiasi dengan Namibia dan kekejaman yang dilakukan telah digambarkan oleh para sejarawan sebagai genosida yang terlupakan di awal abad ke-20. PBB mendefinisikan genosida sebagai sejumlah tindakan, termasuk pembunuhan, yang dimaksud untuk menghancurkan secara keseluruhan atau sebagian suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau agama. Peristiwa genosida itu sendiri dimulai sejak tahun 1904 lalu setelah adanya pemberontakan Herero dan Nama atas penyitaan tanah dan ternak oleh Jerman.

Sebagian besar yang tewas karena penyakit, kelelahan, dan kelaparan dengan beberapa subjek eksploitasi seksual dan eksperimen medis. Diperkirakan hingga 80 persen dari populasi asli tewas selama peristiwa genosida, dengan korban tewas mencapai puluhan ribu orang pada saat itu. Jerman sebelumnya mengakui kekejaman itu tetapi mengesampingkan reparasi dan pada tahun 2018 lalu, mereka memulangkan beberapa jenazah manusia ke Namibia yang telah digunakan sebagai bagian dari penelitian yang sekarang didiskreditkan untuk membuktikan keunggulan ras orang kulit putih Eropa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us