Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Joe Biden Bahas Krisis Ukraina saat Menjamu Kanselir Jerman

Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden AS Joe Biden (Twitter.com/President Biden)

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman Olaf Scholz melakukan kunjungan ke Washington pada Senin (7/2/22). Ini adalah kunjungan pertama Kanselir Scholz yang meneruskan jabatan Angela Merkel setelah 16 tahun berkuasa.

Dalam kunjungan itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melakukan pembicaraan hubungan bilateral dengan timpalannya tersebut, termasuk membicarakan krisis Ukraina. AS dan Jerman berusaha bersatu di halaman yang sama dalam memberikan sanksi ke Rusia jika menyerang Ukraina.

Saat ini situasi di sekitar perbatasan Ukraina mengalami ketegangan. Rusia telah menumpuk lebih dari 100 ribu pasukan yang terkonsentrasi di beberapa titik dekat perbatasan Ukraina. Negara-negara Barat dan NATO menuduh Rusia merencanakan invasi, tapi Moskow menyangkalnya.

Dikutip Associated Press, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) mengingatkan penumpukan pasukan Rusia tersebut dengan mengatakan "140.000 tentara berkumpul di perbatasan bukanlah untuk pergi minum teh."

1. Jerman sepakat untuk bertindak bersama AS jika Rusia menginvasi Ukraina

Ilustrasi pasukan militer Jerman-AS. (Instagram.com/german.armed.forces)

Krisis Ukraina telah terjadi sejak tahun lalu, tapi mulai memuncak pada bulan Desember. Langkah diplomasi untuk meredakan situasi yang memanas telah dilakukan tetapi mengalami kebuntuan.

Kali ini, para pemimpin negara-negara Eropa telah melakukan berbagai manuver politik untuk mencari cara pencegahan perang karena Rusia diyakini kemungkinan bisa menginvasi Ukraina dalam waktu kapan saja.

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Senin, melakukan kunjungan ke Gedung Putih untuk membicarakan hubungan bilateral AS-Jerman, termasuk masalah krisis Ukraina.

Dalam kunjungan itu, dilansir Deutsche Welle, Scholz mengatakan bahwa telah disepakati langkah-langkah luas dengan sekutu dan mitra, termasuk AS, untuk menjatuhkan sanksi ke Rusia jika mereka menginvasi Ukraina.

"Kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan. Anda dapat yakin tidak akan ada tindakan di mana kami memiliki pendekatan yang berbeda. Kami akan bertindak bersama-sama."

Jerman adalah negara dengan ekonomi paling stabil di Eropa. Jerman juga donatur terbesar kedua di aliansi NATO yang dipimpin AS. Tapi sikap Berlin sejauh ini dalam krisis Ukraina mendapatkan banyak kritik karena tidak mau membantu mengirim senjata pertahanan untuk Kiev.

2. Masalah pasokan energi

Jerman memiliki kebijakan ekspor senjata yang lumayan ketat, khususnya ke wilayah konflik. Ini terkait sejarah perang masa lalu yang kelam negara tersebut. Sampai saat ini, Jerman tetap tidak mau mengirim senjata ke Ukraina meski telah dapat banyak kritik.

Selain ekspor senjata yang membuat Jerman memiliki keputusan berbeda dalam masalah krisis Ukraina, Jerman adalah negara yang memiliki hubungan bisnis erat dengan Rusia.

Berlin membutuhkan pasokan gas yang murah ketika Eropa mengalami krisis energi. Rusia adalah negara yang dapat diandalkan sebagai pemasok dengan harga lebih murah. Dua negara telah kerja sama membangun pipa Nord Stream 2, yang mengalirkan gas langsung dari Rusia ke Jerman.

Pembangunan pipa selama lima tahun dengan investasi miliaran dolar telah selesai. Tapi sampai saat ini gas belum mengalir dari Rusia karena Berlin belum memberi lampu hijau.

Dalam pertemuan antara Biden dan Scholz, mereka berdua juga membicarakan masalah tersebut. Nord Stream 2 dijadikan sebagai bagian sanksi ekonomi jika Rusia menginvasi Ukraina.

Dilansir Reuters, "jika Rusia menyerang, itu berarti tank atau pasukan melintasi perbatasan Ukraina, maka tidak akan ada lagi Nord Stream 2. Saya berjanji, kami akan dapat melakukannya."

Sejak usai Perang Dunia Kedua, Jerman dan AS memiliki hubungan dekat. Sampai saat ini mereka tetap bersekutu. Kanselir Scholz mengatakan AS dan Jerman memiliki pendekatan yang sama dalam krisis Ukraina, yakni menjatuhkan sanksi untuk Rusia. Tapi dia tidak mengonfirmasi perihal Nord Stream 2 secara terbuka.

Proyek Nord Stream 2 sejak awal telah banyak mendapatkan kritik, termasuk dari Joe Biden. Jerman dituduh terlalu bergantung pasokan energi dari Rusia.

3. Politik pipa yang mengganjal

ilustrasi (Pexels.com/Kateryna Babaieva)

Sebagai seorang Kanselir, Scholz telah mendapatkan kritik dalam sikapnya terhadap sekutu utama AS. Dua kanselir pendahulunya, Angela Merkel dan Gerhard Schroder, dengan cepat melakukan kunjungan ke AS usai secara resmi menjabat.

Tapi Scholz telah menunda berkunjung ke Washington. Lebih dari dua bulan setelah ia resmi jadi pemimpin Jerman, baru kali ini secara resmi berkunjung ke Washington. Penundaan kunjungan itulah yang membuatnya dilihat secara negatif.

Selain itu, pemerintahan Jerman juga telah semakin mendapatkan banyak kritik terkait sikapnya dalam masalah krisis Ukraina. Selain enggan mengirim bantuan senjata pertahanan, masalah pipa Nord Stream 2 telah jadi ganjalan utama.

Sikap Jerman, telah menimbulkan perdebatan yang ricuh di Ukraina. CNN menuliskan bahkan ada kelompok masyarkaat Kiev dan Eropa Timur yang menilai posisi Jerman saat ini lebih dilihat sebagai sekutu Rusia dari pada sekutu NATO-Eropa.

Pertemuan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kabarnya dibatalkan. Itu terjadi diduga karena Jerman menolak meninggalkan Nord Stream 2, meski Rusia menginvasi Ukraina.

Sementara ini, belum ada deklarasi penuh secara publik dari pejabat Jerman, atau dari Kanselir Scholz, yang secara terbuka mengatakan akan meninggalkan Nord Stream 2 jika Rusia menginvasi Ukraina.

Proyek senilai 11 miliar dolar (Rp158,2 triliun) Nord Stream 2 adalah proyek yang vital. Bahkan sebelum proyek itu disepakati, Jerman telah bergantung hampir separuh pasokan energinya terhadap Rusia.

Proyek itu menguntungkan Jerman-Eropa dan Rusia. Jerman dan Eropa secara khusus akan mendapatkan harga gas yang lebih murah, dan Rusia mendapatkan keuntungan karena pipa itu tidak transit di negara-negara seperti Ukraina.

Pipa tradisional pasokan energi dari Rusia ke Jerman atau Eropa, lewat Ukraina. Karena itu, Rusia harus membayar mahal untuk biaya transit tersebut. Jika Nord Stream 2 beroperasi, akan banyak biaya dari Rusia yang dipangkas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us