Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kanada Dituding Tunda Pemberian Visa untuk Imigran Palestina

Ilustrasi bendera Kanada. (pexels.com/Social Soup Social Media)
Ilustrasi bendera Kanada. (pexels.com/Social Soup Social Media)
Intinya sih...
  • Hanya 15% dari 5 ribu warga Palestina berhasil ke Kanada melalui program imigrasi khusus.
  • Beberapa warga Palestina membayar suap ribuan dolar untuk memasuki Mesir demi mendapatkan visa ke Kanada.
  • Pemerintah Kanada dikecam karena menunda permohonan, sementara situasi kemanusiaan di Gaza tetap kritis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Kanada dituduh dengan sengaja menunda pemberian visa ke warga Palestina yang telah mengambil bagian dalam program khusus Ottawa, guna membantu mereka melarikan diri dari Gaza yang dilanda perang. Tercatat, hanya 15 persen dari total pendaftar atau 620 warga Palestina yang berhasil melakukan perjalanan ke Kanada.

Pengacara imigrasi Kanada, Warda Shazadi, menyuarakan tuduhan tersebut. Menurutnya, sekarang adalah kesempatan untuk membawa warga Palestina ke Kanada. Sebab, saat ini ada gencatan senjata antara Israel-Hamas dan penyeberangan Rafah pun terbuka.

"Bagi mereka yang masih mencari relokasi, khususnya mereka yang memiliki keluarga di Kanada, momen ini menghadirkan kesempatan penting untuk memenuhi kewajiban kemanusiaan kami," ujarnya kepada surat kabar Globe and Mail, dikutip dari Anadolu Agency pada Jumat (7/2/2025).

1. Warga Palestina berada dalam ketidakpastian terkait program Kanada

Sekitar 5 ribu warga Palestina memanfaatkan program imigrasi sementara khusus yang memungkinkan mereka datang ke Kanada, jika mereka memiliki saudara yang tinggal di negara tersebut. Akan tetapi, hanya 15 persen yang disetujui dan berhasil melakukan perjalanan ke Kanada.

Pengacara imigrasi mengungkapkan bahwa beberapa warga Palestina telah membayar suap ribuan dolar guna memasuki Mesir, sehingga mereka dapat menyelesaikan pemeriksaan yang dianggap perlu untuk disetujui oleh pemerintah Kanada. Mereka berada dalam ketidakpastian bersama dengan orang lainnya di Gaza, menunggu kabar bahwa visa mereka telah diterima.

Koordinator Jaringan Hak Pengungsian Pedesaan, Matthew Behrens, mengatakan bahwa tidak dapat dimaafkan bagi Kanada untuk menunda permohonan ketika perbatasan dapat ditutup lagi sewaktu-waktu.

2. Imigran Palestina dapat tinggal selama 3 tahun di Kanada dengan program tersebut

Puluhan ribu rumah dan infrastruktur hancur sejak serangan brutal Israel yang membombardir wilayah Palestina pada 7 Oktober 2023. (twitter.com/UNRWA)
Puluhan ribu rumah dan infrastruktur hancur sejak serangan brutal Israel yang membombardir wilayah Palestina pada 7 Oktober 2023. (twitter.com/UNRWA)

Dalam program Imigrasi, Pengungsi, dan Kewarganegaraan Kanada (IRCC) yang telah dimulai sejak tahun 2023, memungkinkan warga Palestina yang memiliki keluarga dengan status penduduk tetap atau kewarganegaraan Kanada untuk membawa anggota keluarga mereka ke Kanada. Mereka dapat tinggal di Kanada selama tiga tahun.

Dilaporkan, terdapat 4.831 aplikasi telah diselesaikan hingga 11 Januari 2025. Namun, seorang pejabat pemerintah mengatakan Ottawa hanya dapat melakukannya untuk mempercepat prosesnya.

Nancy Caron, juru bicara IRCC, mengatakan bahwa pihaknya telah mengajukan nama-nama orang yang lulus uji kelayakan dan kelayakan awal kepada otoritas lokal untuk mendapatkan persetujuan keluar dari Gaza. Namun, Kanada tidak mengontrol siapa atau kapan seseorang dapat keluar dari Gaza.

3. Kondisi di Gaza saat ini

Musim dingin di Gaza tidak hanya memperparah krisis kemanusiaan, tetapi juga lebih banyak orang yang akan mati kedinginan terutama mereka yang rentan, orang tua dan anak-anak. (x.com/UNRWA)
Musim dingin di Gaza tidak hanya memperparah krisis kemanusiaan, tetapi juga lebih banyak orang yang akan mati kedinginan terutama mereka yang rentan, orang tua dan anak-anak. (x.com/UNRWA)

Al Jazeera melaporkan, warga Palestina di Gaza harus menghadapi angin kencang, hujan, dan musim dingin di tenda-tenda usang, setelah rumah mereka hancur akibat pemboman Israel di daerah kantong tersebut.

Ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke Gaza utara sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 19 Januari, yang menghentikan serangan Israel selama 15 bulan di wilayah tersebut. Sekembalinya, sebagian besar warga mendapati rumah mereka hancur atau rusak parah. Sejak itu, keluarga-keluarga berjuang untuk mencari perlindungan di tengah tumpukan puing dan kehancuran di Gaza.

Dalam laporan terbarunya pada Rabu (5/2/2025), kantor urusan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan dengan lebih dari 500 ribu orang kembali ke Gaza, kebutuhan terhadap makanan, air, tenda, dan bahan tempat tinggal daerah itu tetap kritis.

Meskipun pengiriman bantuan kemanusiaan meningkat sejak gencatan senjata berlaku pada bulan lalu, bantuan tempat tinggal masih terbatas. Awal pekan ini, Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel membatasi aliran bantuan dan tempat berlindung ke wilayah tersebut.

Di wilayah Gaza selatan, pemerintah kota Rafah telah meminta 40 ribu tenda tambahan dan unit tempat penampungan darurat bagi penduduk. Pihaknya juga mengatakan tidak memiliki cukup alat berat, sehingga menghambat pembukaan kembali jalan dan pembersihan puing-puing.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, perang Israel di wilayah kantong tersebut telah menewaskan 48.181 warga Palestina, sementara 111.638 orang mengalami luka-luka. Kantor media pemerintah telah memperbarui jumlah korban tewas menjadi setidaknya 61.709 orang, dan mengatakan bahwa ribuan orang hilang di bawah reruntuhan kini diperkirakan telah tewas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us