Kapal China Terobos Laut Filipina, Diduga Penelitian Ilegal

- Kapal China Tan Suo 3 menerobos ZEE Filipina tanpa izin, terdeteksi 92 mil laut dari garis pantai.
- Filipina mengerahkan satu kapal dan satu pesawat untuk menghadang, menilai pergerakan kapal sebagai pelanggaran hak kedaulatan.
- China juga mengklaim gundukan pasir Sandy Cay di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, yang diperebutkan oleh beberapa negara.
Jakarta, IDN Times – Sebuah kapal China bernama Tan Suo 3 menerobos wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Filipina di perairan utara Provinsi Ilocos pada Kamis. Kapal China itu diduga melakukan aktivitas ilmiah tanpa izin.
Dalam pernyataan resminya yang diunggah di X pada Senin (5/5/2025), juru bicara Penjaga Pantai Filipina menyebut bahwa Tan Suo 3 terdeteksi sekitar 92 mil laut atau 170 kilometer dari garis pantai.
“Tindakan CRV (kapal penelitian China) ini menjadi bukti nyata bahwa Republik Rakyat China melakukan aktivitas penelitian ilmiah kelautan ilegal di ZEE Filipina,” bunyi pernyataan tersebut, dilansir dari Anadolu Agency.
Sebagai respons, Filipina pun segera mengerahkan satu kapal dan satu pesawat untuk mengadang.
1. Filipina sebut aktivitas kapal China melanggar kedaulatan
Penjaga Pantai Filipina menilai bahwa pergerakan kapal Tan Suo 3 menunjukkan pola tidak teratur yang mengindikasikan adanya aktivitas penelitian kelautan. Hal ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak kedaulatan Filipina.
"Pergerakan kapal yang tidak teratur tersebut mengindikasikan adanya penelitian kelautan, yang melanggar hak kedaulatan Filipina," tambahnya.
Hingga kini, pemerintah China belum memberikan tanggapan resmi atas insiden ini.
2. Bukan kali pertama terjadi
Ini bukan kali pertama China menerobos wilayah laut Filipina. Pada April, China juga mengklaim sebuah gundukan pasir kecil bernama Sandy Cay di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan.
Media pemerintah China, CCTV, merilis gambar empat petugas Penjaga Pantai China berdiri di atas terumbu karang yang disengketakan itu sambil mengibarkan bendera nasional, sebagai simbol kontrol maritim dan yurisdiksi kedaulatan yang mereka klaim telah diterapkan sejak awal April.
Sandy Cay terletak di dekat pos militer Filipina di Pulau Thitu (Pag-asa) dan berada di wilayah Kepulauan Spratly, kawasan strategis yang telah lama diperebutkan oleh beberapa negara. Filipina dan China sama-sama mengklaim kepemilikan atas sejumlah pulau dan terumbu karang di kawasan tersebut.
3. Filipina tolak klaim China dan pertegas kehadiran militer

Pemerintah Filipina merespons cepat klaim sepihak tersebut dengan memperkuat kehadiran di sejumlah gundukan pasir yang disengketakan. Pada Minggu (27/4/2025), Satuan Tugas Nasional Laut Filipina Barat (NTF-WPS) mengonfirmasi bahwa pasukannya telah mendarat di tiga gundukan pasir dan merilis gambar petugas Filipina yang mengibarkan bendera nasional mereka.
"Operasi ini mencerminkan dedikasi dan komitmen teguh Pemerintah Filipina untuk menegakkan kedaulatan, hak kedaulatan, dan yurisdiksi negara di Laut Filipina Barat," ujar NTF-WPS dalam pernyataan resmi, dilansir BBC.
NTF-WPS juga melaporkan keberadaan kapal Penjaga Pantai China hanya sejauh 1.000 yard dari salah satu gundukan pasir, bersama tujuh kapal milisi maritim China. Meski tidak dijelaskan apakah lokasi tersebut termasuk Sandy Cay, Filipina tetap mengecam apa yang disebutnya sebagai kehadiran ilegal.