Kapal China Lakukan Survei Ilegal di ZEE Filipina

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Filipina menuduh kapal penelitian China, Tan Suo San Hao, melakukan survei ilegal di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina. Kapal tersebut terdeteksi beroperasi tanpa izin di perairan utara Filipina, bertepatan dengan latihan militer gabungan Filipina dan Amerika Serikat (AS).
Philippine Coast Guard (PCG) segera menurunkan kapal dan pesawat patroli untuk menegur dan mengusir kapal China itu.
Insiden ini menambah ketegangan di Laut China Selatan, wilayah yang diklaim China secara sepihak, meski telah dibatalkan oleh putusan arbitrase internasional pada 2016. PCG menyatakan bahwa aktivitas survei tersebut melanggar Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan hukum nasional Filipina. Pemerintah menilai kehadiran kapal China sebagai bentuk provokasi di tengah latihan militer aktif.
“Ini bukan sekadar pelanggaran teknis. Ini adalah pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan hukum laut internasional,” kata Juru Bicara PCG, Komodor Jay Tarriela.
1. Deteksi dan tindakan PCG
PCG pertama kali mendeteksi kapal Tan Suo San Hao pada Jumat (29/4/2025) di dekat perairan provinsi utara Filipina. Kapal riset laut dalam milik China ini dilengkapi peralatan canggih untuk survei geologi dan oseanografi. Namun, kapal tersebut tidak memberikan respons terhadap tantangan radio dari PCG.
Untuk menghadapi pelanggaran ini, PCG mengerahkan kapal BRP Teresa Magbanua dan pesawat patroli maritim pada Senin (5/5/2025). Kedua unit tersebut terus menyampaikan peringatan radio agar kapal China segera meninggalkan wilayah ZEE Filipina.
“Kami sudah menghubungi mereka berulang kali, tetapi tidak ada balasan. Kami tidak akan membiarkan aktivitas semacam ini berlangsung tanpa konsekuensi." kata Komodor Tarriela.
Tarriela mengatakan, langkah ini adalah bentuk penegakan hukum internasional oleh Filipina.
“Kami tidak hanya melindungi batas maritim, tapi juga prinsip hukum internasional yang sah,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.
2. Pelanggaran terhadap UNCLOS
Di bawah UNCLOS, negara pantai memiliki hak eksklusif untuk mengelola sumber daya dan kegiatan ilmiah di wilayah ZEE-nya. Kapal China diduga melakukan pemetaan dasar laut tanpa izin, yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan strategis. Hal ini dianggap sebagai pelanggaran langsung terhadap hukum laut.
PCG juga mengaitkan insiden ini dengan pola aktivitas serupa oleh kapal penelitian China lainnya. Pada Kamis (23/4/2025), kapal Zhong Shan Da Xue terdeteksi melakukan survei ilegal di dekat Selat Bashi. Kapal itu bahkan beroperasi selama tiga minggu meski telah mendapat peringatan berkali-kali dari PCG.
“China terus mengabaikan aturan internasional dengan dalih riset ilmiah. Kami akan memperkuat pengawasan laut dan bekerja sama lebih erat dengan sekutu seperti AS demi keamanan wilayah kami,” ujar Menteri Pertahanan Filipina, Gilberto Teodoro Jr., dikutip Al Jazeera.
3. Ketegangan saat Latihan Balikatan
Insiden ini terjadi di tengah berlangsungnya latihan militer Balikatan 2025, yang dimulai pada Senin (21/4/2025). Latihan ini melibatkan ribuan pasukan Filipina dan AS, dengan fokus pada pertahanan maritim di Laut China Selatan. Kehadiran kapal Tan Suo San Hao dianggap sebagai reaksi strategis China terhadap latihan tersebut.
PCG melaporkan bahwa kapal China beroperasi di wilayah dekat jalur pelayaran internasional dan dekat pangkalan militer Filipina. Analis maritim Ray Powell dari SeaLight menyebut tindakan China sebagai taktik zona abu-abu untuk memperkuat klaimnya tanpa memancing konflik langsung.
“Survei ini kemungkinan digunakan untuk keperluan militer atau perencanaan strategis di wilayah sengketa,” kata Powell, dikutip dari Newsweek.