Kecam Pernyataan Senator Fraser Anning, Menlu Panggil Dubes Australia

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terlihat geram ketika membaca pernyataan senator dari negara bagian Queensland, Australia, Fraser Anning yang mengaitkan Islam dengan peristiwa teror yang terjadi di Selandia Baru. Dalam pernyataannya yang dibagikan oleh jurnalis Australia, Anning menulis penyebab penembakan yang terjadi di dua masjid di area Christchurch bukan disebabkan longgarnya aturan kepemilikan senjata api.
"Tetapi, penyebab sebenarnya mengapa terjadi pertumpahan darah di sana karena program imigrasi mereka yang membiarkan orang-orang fanatik Muslim untuk pindah ke Selandia Baru," kata Anning lagi.
Seolah mendapat karma, pada Sabtu kemarin ia dilempari telur oleh seorang remaja berusia 17 tahun atas komentarnya itu. Di sisi lain, sebagai bentuk protes Indonesia kepada Australia, Retno kemudian memanggil Duta Besar Australia, Gary Quinlan ke kantor Kementerian Luar Negeri pada Senin (18/3).
Lalu, apa yang disampaikan oleh Retno kepada Quinlan?
1. Retno mengecam keras pernyataan senator Fraser Anning

Juru bicara Kemenlu, Arrmanatha Nasir mengatakan Menlu Retno menyampaikan kecaman keras Indonesia atas pernyataan yang disampaikan oleh Senator Fraser Anning. Arrmanatha mengatakan pemikiran yang disampaikan oleh Anning sama sekali tidak layak mendapatkan tempat di dunia modern.
"Kedua, Bu Menlu juga menyampaikan bahwa pernyataan senator tersebut menunjukkan ketidak mengertiannya soal Islam dan damainya Islam sebagai agama," kata Arrmanatha ketika memberikan keterangan pers pada hari ini.
2. Anggota DPR Charles Honoris meminta Pemerintah Indonesia larang masuk Fraser Anning

Selanjutnya, Arrmanatha menyebut pemikiran yang mengaitkan Islam dengan tindak terorisme adalah sesuatu yang picik. Sebab, tindakan terorisme tidak mengenal agama mana pun.
"Jadi, sangat salah untuk mengaitkan Islam dengan tindak terorisme tersebut," kata Arrmanatha.
Sementara, anggota Komisi I DPR Charles Honoris menilai kalimat yang disampaikan Anning melukai perasaan umat Muslim dan non Muslim. Malah, pernyataan tersebut tidak berkontribusi dalam upaya untuk membangun perdamaian dan rasa saling pengertian.
Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah melarang Anning untuk masuk ke Indonesia apabila ia ingin berkunjung kemari. Dia tidak mau cara berpikir Anning menular hingga ke Tanah Air.
"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai dan dibangun di atas fondasi saling pengertian antar agama dan kepercayaan yang berbeda. Karena itu, atas nama seluruh Bangsa Indonesia yang mencintai perdamaian, saya meminta Pemerintah Indonesia melarang Fraser Anning untuk memasuki wilayah Indonesia untuk alasan apapun, agar tidak menularkan cara pandang yang dapat memecah belah umat beragama tersebut," kata politikus PDI Perjuangan tersebut.
3. Hak untuk masuk ke Indonesia sesungguhnya ada di tangan pemerintah

Lalu, apa tanggapan Kemlu soal permintaan dari anggota DPR tersebut? Menurut Arrmanatha soal pemberian izin bagi warga asing yang ingin ke Tanah Air memang bergantung sepenuhnya kepada pemerintah.
"Jadi, memang pemerintah lah yang menentukan apakah orang asing ini bisa masuk ke Indonesia atau tidak," kata pria yang sudah dilantik sebagai Duta Besar Indonesia untuk Prancis itu.
4. Pelaku penembakan di Selandia Baru adalah warga Australia

Sementara, Pemerintah Negeri Kanguru sudah membenarkan pelaku penembakan di Selandia Baru yakni Brenton Harrison Tarrant adalah warga mereka. Pada Sabtu kemarin, ia sudah mulai menjalani persidangan di Selandia Baru.Ia masuk ke ruang sidang dengan mengenakan seragam berwarna putih khas terdakwa.
Pria berusia 28 tahun itu masuk ke ruang sidang dengan tenang dan tidak membuat pengakuan apa pun. Namun, menurut laporan stasiun berita CNN, ia membuat kode yang bisa diasosiasikan "white supremacist" (supremasi kulit putih).
Jaksa mendakwa Tarrant dengan satu dakwaan melakukan pembunuhan. Namun, menurut Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dakwaan lain akan kembali ditambah bagi Tarrant.
Dalam manifesto yang ia unggah di dunia maya dan dikutip oleh kantor berita Reuters, Selandia Baru tidak ia pilih untuk melakukan aksinya. Tetapi, hal tersebut menunjukkan tidak ada satu pun tempat di dunia ini yang aman dari tindak terorisme.
Peristiwa penembakan massal di Selandia Baru yang menimpa umat Muslim turut menunjukkan gerakan nasionalis kaum kulit putih sudah semakin mendunia. Bahkan, mereka kerap menyebar ancaman melalui dunia maya.