Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kemlu Siapkan Skema Kontijensi Jika Krisis Rusia-Ukraina Memburuk

Personel militer dari Divisi Lintas Udara ke-82 dan Korps Lintas Udara ke-18 menaiki pesawat angkut C-17 untuk dikirim ke Eropa Timur, di tengah meningkatnya ketegangan antara Ukraina dan Rusia, di Fort Bragg, Carolina Utara, AS, Kamis (3/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolston/WSJ.
Personel militer dari Divisi Lintas Udara ke-82 dan Korps Lintas Udara ke-18 menaiki pesawat angkut C-17 untuk dikirim ke Eropa Timur, di tengah meningkatnya ketegangan antara Ukraina dan Rusia, di Fort Bragg, Carolina Utara, AS, Kamis (3/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolston/WSJ.

Jakarta, IDN Times – Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, meminta semua pihak yang bersitegang di perbatasan Ukraina dan Rusia untuk menahan diri. Dia juga meminta agar peluang dialog dan diplomasi tetap dibuka. 

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP) Kementerian Luar Negeri, Achmad Rizal Purnama, dalam press briefing, Kamis (10/2/2022).

“Pada Senin yang lalu, Kementerian Luar Negeri telah menyampaikan statement mengenai situasi di perbatasan Ukraina dan Rusia. Saya hanya ingin menegaskan bahwasanya Indonesia mengikuti dengan penuh keprihatinan perkembangan situasi di perbatasan Ukraina dan Rusia,” katanya.

“Indonesia meminta semua pihak dapat menahan diri dan memberikan kesempatan bagi dialog dan diplomasi untuk bekerja, karena dalam situasi sulit saat ini semua negara bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan perdamaian. Inilah yang selalu disampaikan oleh ibu (Retno) di komunikasi-komunikasi beliau dengan beberapa menlu bahwasanya konflik benefits no one,” tambah Rizal.

1. Fokus ke pemulihan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam acara pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) ke-14 di Bali, Kamis (9/12/2021). (dok. Kemenlu)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam acara pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) ke-14 di Bali, Kamis (9/12/2021). (dok. Kemenlu)

Rizal juga menyatakan, Menlu Retno selalu menekankan pentingnya untuk menghindari konflik dan lebih fokus pada upaya pemulihan dari pandemik COVID-19, yang telah menjadi permasalahan utama dunia dalam dua tahun terakhir.

“Energi dunia saat ini harus diarahkan untuk mengatasi pandemik dan pemulihan ekonomi dunia,” katanya.

“Dunia dan rakyat dunia tidak ingin melihat adanya konflik dan disabilitas yang pasti akan berpengaruh pada upaya global untuk mengatasi pandemik dan pemulihan ekonomi,” sambung Rizal.

2. Kondisi WNI di Ukraina

Seorang veteran batalion Tentara Nasional Ukraina melakukan latihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman serangan Rusia di Kyiv, Rusia, Minggu (30/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich/WSJ.
Seorang veteran batalion Tentara Nasional Ukraina melakukan latihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman serangan Rusia di Kyiv, Rusia, Minggu (30/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich/WSJ.

Terkait kondisi warga negara Indonesia (WNI) di Ukraina, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI), Judha Nugraha, mengatakan bahwa mereka berada dalam kondisi yang aman.

“Dapat kami sampaikan bahwa kondisi di Ukraina berdasarkan laporan dari KBRI Kiev saat ini aman dan dalam kondisi yang normal. KBRI Kiev selalu melakukan proses pendataan, melakukan update dan pemutakhiran data WNI,” katanya.

Judha menjelaskan, berdasarkan data terakhir yang dicatat oleh KBRI Kiev, ada 145 warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah Ukraina. Mayoritas tinggal di wilayah Kiev dan juga pedesaan serta menyebar di beberapa daerah lain.

“Kondisi mereka saat ini dalam keadaan sehat, aman dan juga tenang. KBRI Kiev telah membangun komunikasi melalui Whatsapp group kepada seluruh WNI kita dan juga menyampaikan update informasi terakhir terkait dengan situasi yang ada,” tegasnya.

3. Rencana kontijensi

Prajurit Ukraina di Wilayah Donetsk, Ukraina Timur. twitter.com/inside_over
Prajurit Ukraina di Wilayah Donetsk, Ukraina Timur. twitter.com/inside_over

Lebih lanjut, Judha menyatakan bahwa kementerian luar negeri juga bekerja sama dengan KBRI Kiev, KBRI Warsawa, KBRI Moskow dan bersama lembaga terkait di dalam negeri, untuk membangun rencana kontijensi sebagai langkah antisipasi jika terjadi eskalasi krisis.

Judha menegaskan, rencana kontijensi ini merupakan prosedur operasi standar (SOP) yang dimiliki oleh seluruh perwakilan.

“Sesuai SOP kami juga harus membangun sebuah rencana kontijensi untuk mengantisipasi berbagai macam situasi yang mungkin terjadi,” jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Vanny El Rahman
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us