Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Crayon Shinchan Batal Tayang di China karena Konflik dengan Jepang

ilustrasi mainan karakter Sin-chan
ilustrasi mainan karakter Sin-chan (pexels.com/Bảo Minh)
Intinya sih...
  • PM Jepang menyebut ancaman China ke Taiwan, memicu ketegangan diplomatik.
  • Penjualan tiket film Jepang di China anjlok, dampak ke sektor ekonomi Jepang.
  • Tensi diplomatik meningkat, China keluarkan peringatan perjalanan dan kirim kapal perang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Distributor film di China menahan penayangan dua film Jepang akibat suasana politik yang makin panas terkait isu Taiwan. Dua judul yang terdampak ialah animasi komedi Crayon Shin-chan the Movie: Super Hot! The Spicy Kasukabe Dancers dan film live-action Cells at Work! yang sebelumnya dijadwalkan tayang dalam beberapa pekan ke depan.

Media penyiaran negara, CCTV, menggambarkan langkah tersebut sebagai keputusan yang bijaksana usai menilai ulang performa pasar film Jepang serta respons publik di China. Sikap itu muncul setelah pernyataan dari Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi yang dianggap memicu reaksi negatif dan membuat citra perfilman Jepang rentan terpukul di mata penonton China.

1. Pernyataan PM Jepang memicu respons keras China

Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)
Bendera Jepang (Toshihiro Oimatsu from Tokyo, Japan, CC BY 2.0, via Wikimedia Commons)

Hubungan kedua negara mulai memanas ketika Takaichi berbicara di parlemen Jepang mengenai potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup jika ada kapal perang dan penggunaan kekuatan dalam konflik Taiwan. Ucapannya dibaca sebagai sinyal bahwa Jepang bersiap mengambil langkah militer apabila serangan China ke Taiwan dirasa membahayakan eksistensi Jepang.

Seorang pakar pemaksaan ekonomi dari Universitas Edith Cowan di Australia Barat, Naoise McDonagh, memberikan analisis terkait situasi itu.

“China biasanya berhati-hati memilih perdagangan yang tak esensial bagi China, tetapi akan berdampak pada perusahaan Jepang, sehingga menciptakan biaya finansial sekaligus tekanan simbolis,” kata McDonagh kepada Al Jazeera.

Langkah semacam ini memperlihatkan bagaimana Beijing dapat menggunakan tekanan ekonomi untuk mengirim pesan keras bagi pihak yang dianggap menentang kepentingannya.

2. Dampak ke box office dan sektor ekonomi Jepang

visual utama Demon Slayer: Infinity Castle (dok. Ufotable/Demon Slayer: Infinity Castle)
visual utama Demon Slayer: Infinity Castle (dok. Ufotable/Demon Slayer: Infinity Castle)

Dilansir dari BBC, penjualan tiket Demon Slayer: Infinity Castle yang semula meroket di China kini anjlok tajam. Tiket memang masih tersedia, namun pembelian terus menurun seiring ketegangan diplomatik yang mempengaruhi minat penonton.

Gejolak ini ikut menyeret saham perusahaan Jepang di sektor pariwisata, penerbangan, dan ritel yang langsung melemah. China selama sembilan bulan pertama tahun ini menjadi sumber wisatawan terbesar Jepang dengan hampir 7,5 juta kunjungan.

3. Tensi diplomatik meningkat lewat serangkaian langkah balasan

ilustrasi pesawat terbang (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pesawat terbang (pexels.com/Pixabay)

China merespons perselisihan tersebut dengan mengeluarkan peringatan perjalanan, meminta warganya menghindari Jepang, menyarankan pelajar menunda studi, dan mengirim kapal perang ke sekitar Kepulauan Senkaku. Jepang kemudian mengeluarkan imbauan serupa agar warganya di China tetap berhati-hati, menjauhi keramaian, dan lebih waspada saat berinteraksi.

Juru Bicara Kabinet Jepang, Minoru Kihara, menyampaikan bahwa imbauan itu disusun berdasarkan kondisi sosial dan laporan meningkatnya ketegangan kedua negara sambil menambahkan bahwa Jepang tetap membuka ruang dialog, meski Beijing menyatakan PM China, Li Qiang, tak akan bertemu Takaichi saat KTT G20. Pada hari yang sama, pejabat Asia-Pasifik Jepang Masaaki Kanai duduk bersama mitranya dari China, Liu Jinsong, di Beijing untuk mencari celah meredakan krisis.

China mempertahankan bahwa Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri adalah bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan berkomitmen melakukan penyatuan, termasuk dengan kekuatan apabila diperlukan. Hampir semua negara, termasuk Jepang, tak mengakui Taiwan secara resmi namun tetap menjalin hubungan ekonomi dan diplomasi tidak resmi karena posisi strategis pulau itu dalam jalur perdagangan dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Perekrut Anak ke Jaringan Terorisme Ditangkap, Ada Pemain Lama ISIS

19 Nov 2025, 18:14 WIBNews