Kisah Warga China yang Terjebak 132 Jam di Bawah Reruntuhan Bangunan

Jakarta, IDN Times - Sebuah bangunan perumahan komersial di ibu kota Changsha, provinsi Hunan, China, rubuh pada 29 April 2022. Bangunan itu terdiri dari enam lantai dan telah ditambahi sendiri bangunan di atasnya, yang membuat konstruksinya tidak mampu menahan beban.
Puluhan orang yang tinggal di bangunan tersebut terjebak di bawah puing-puing. Ratusan petugas tanggap darurat telah bekerja habis-habisan untuk mencari para korban yang kemungkinan selamat. Pada Jumat (6/5/22), pengumuman operasi penyelamatan dihentikan dengan total korban tewas sebanyak 53 orang.
Presiden China, Xi Jinping, pada awal bulan telah memberikan instruksi langsung untuk melakukan semua upaya demi menyelamatkan para korban. Pihak berwenang mengumumkan telah menangkap sembilan orang atas insiden tersebut, termasuk pemilik bangunan.
1. Sedikitnya 10 orang berhasil diselamatkan
Pada Jumat sore pekan lalu, sebuah bangunan perumahan komersial di Changsha secara mengejutkan runtuh tiba-tiba. Operasi penyelamatan segera dilangsungkan dengan keterlibatan ratusan petugas.
Pada hari keempat operasi penyelamatan, dua korban tewas berhasil diketahui, kutip Al Jazeera.
Liang Buge, seorang pakar tanggap darurat mengatakan, "kami mencoba mengeluarkannya dari lokasi, tetapi menemukan bahwa mereka terjepit oleh benda berat, dan tidak ada cara untuk memindahkannya."
Ketika operasi penyelamatan diumumkan berakhir pada Jumat pekan ini, total mereka yang tewas adalah 53 orang dan yang berhasil diselamatkan ada 10 orang. Korban terakhir ditarik keluar pada Kamis setelah tengah malam. Dia adalah korban yang masih mampu bertahan hidup ketika terjebak selama lima hari di bawah puing reruntuhan bangunan.
2. Kisah dari korban yang berhasil selamat
Operasi penyelamatan dilakukan dengan berbagai cara, termasuk menggunakan peralatan konvensional, anjing pelajak, pendeteksi kehidupan elektronik, serta pesawat nirawak. Ratusan petugas terlibat dalam operasi tersebut.
Korban terakhir yang mampu diselamatkan terjebak di reruntuhan sekitar 132 jam. Dia adalah seorang pria berusia 21 tahun yang tidak disebutkan identitasnya.
Menurut BBC, lelaki tersebut sedang berada di tempat tidur ketika bagian belakang gedung ambruk tiba-tiba. Dia kemudian jatuh, tetapi dinding yang tidak sepenuhnya runtuh membentuk segitiga dan melindungi dirinya.
Dalam pengakuannya, dia bertahan dengan setengah panci air yang hanya diminum satu teguk pada satu waktu. Dia membungkus tubuhnya dengan selimut agar tetap hangat dan menjaga ponselnya menyala, hanya untuk melihat tanggal dan waktu demi menghemat masa pakai baterai.
Lelaki tersebut menggunakan benda keras untuk mengetuk dinding sebelahnya sebagai tanda minta tolong.
"Saya tidak mengetuk ketika mendengar suara di luar, tetapi saya mengetuk secara teratur ketika saya merasa penyelamat sudah dekat atau di luar sunyi dan saya segera mendapat tanggapan," katanya.
3. Sedikitnya sembilan orang ditangkap atas insiden tersebut

China telah mengalami beberapa kali bencana bangunan yang runtuh. Itu karena standar keselamatan dan konstruksi yang lemah, serta korupsi di kalangan pejabat lokal. Otoritas China telah melakukan penangkapan terhadap sembilan orang terkait runtuhnya gedung di Changsa.
Dikutip dari Associated Press, mereka yang ditangkap termasuk pemilik gedung, tiga orang yang bertanggung jawab atas desain dan konstruksi, dan lima orang lainnya yang diduga memberikan penilaian keamanan palsu. Selain sebagai tempat tinggal, bangunan itu juga diketahui memiliki kafe dan restoran.
Media CCTV milik China mengabarkan, Presiden Xi pada awal Mei telah memerintahkan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas penyebab insiden tersebut. Dia juga meminta dilakukan pemeriksaan secara nasional untuk mengurangi risiko bangunan yang dibangun sendiri demi melindungi nyawa, properti, serta keselamatan masyarakat.