Kishida Akan Temui Yoon untuk Pulihkan Hubungan Jepang-Korsel

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada Selasa (3/9/2024) bahwa Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida, akan mengunjungi Seoul dan berunding dengan Presiden Yoon Suk Yeol.
"Setelah tiba pada Jumat untuk kunjungan dua hari, Kishida akan mengadakan pembicaraan dengan Yoon, di mana kedua pemimpin akan meninjau kembali pencapaian kerja sama antara kedua negara dan membahas langkah-langkah untuk lebih memajukan kerja sama bilateral, regional, dan global," kata kantor tersebut, dikutip dari Yonhap.
Nantinya, ini akan menjadi pertemuan puncak ke-12 antara Kishida-Yoon hanya dalam waktu sekitar dua tahun. Ini juga akan menjadi pertemuan puncak terakhir mereka, karena Kishida telah mengumumkan keputusannya untuk tidak mencalonkan diri kembali sebagai PM dan pemimpin Partai Demokrat Liberal yang berkuasa setelah tiga tahun menjabat.
1. Kishida-Yoon telah memulihkan kembali diplomasi ulang alik kedua negara
Kishida bersiap meninggalkan jabatannya dengan warisan memperbaiki hubungan yang telah lama tegang antara Tokyo dan Seoul.
Para pemimpin juga telah mengembangkan ikatan erat, setelah Yoon memutuskan pada Maret 2023 bahwa yayasan yang didukung oleh pemerintah Korsel akan memberikan kompensasi kepada para penggugat yang memenangkan tuntutan hukum terhadap perusahaan-perusaan Jepang atas kerja paksa selama masa penjajahan Jepang (1910-1945) di Semenanjung Korea.
Kedua pemimpin tersebut telah memulihkan 'diplomasi ulang-alik' yang telah lama ditangguhkan, yakni saling mengunjungi kapan pun diperlukan. Serta, mengadakan serangkaian pertemuan di sela-sela konferensi internasional.
2. Kedua pemimpin akan membahas mekanisme evakuasi warga di zona konflik

Pertemuan Yoon dan Kishida akan membahas mekanisme kerja sama bilateral untuk keadaan darurat di negara ketiga. Nantinya, kesepakatan tersebut akan tertuang dalam nota kesepahaman yang akan ditandatangani setelah pertemuan puncak.
Perjanjian itu bertujuan memfasilitasi upaya bersama dalam mengevakuasi warga negara dari zona konflik. Ini termasuk penggunaan bersama penerbangangan carteran dan kendaraan, juga memperluas pembagian informasi antara layanan konsuler dan otoritas pemerintah Korsel-Jepang.
Kedua negara telah bekerja sama dalam evakuasi warga negara mereka dari zona konflik sejak tahun lalu. Pada April 2023, beberapa warga negara Jepang dievakuasi bersama warga Korea menggunakan bus yang diatur oleh pemerintah Negeri Ginseng selama perang saudara di Sudan.
Lalu, ketika perang meletus antara Hamas-Israel pada Oktober tahun lalu, sebuah pesawat angkut militer Korsel mengevakuasi 163 warga negaranya bersama dengan 45 warga negara Jepang ke Korea Selatan tanpa biaya. Sebagai balasan, pesawat militer Jepang mengangkut warganya dan 33 warga negara Korea dari Israel ke Jepang pada bulan yang sama.
3. Pergantian kepemimpinan tidak mengubah kerja kerja sama trilateral dengan AS-Jepang

Hubungan yang dipulihkan oleh para pemimpin Korsel-Jepang tersebut juga telah secara signifikan memperkuat kerja sama keamanan trilateral dengan Amerika Serikat (AS).
Pekan lalu, Yoon menekankan bahwa ia berharap untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Tokyo, bahkan setelah PM Kishida mengundurkan diri.
"Siapa pun yang terpilih untuk memimpin pemerintahan Jepang, Korsel tetap berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama bilateral dan menjaga sinergi antara kedua negara," ujarnya, dikutip dari NHK News.
Saat ditanya mengenai perubahan kepemimpinan yang akan datang di AS, Yoon mengatakan kerangka kerja sama trilateral sangat penting bagi kawasan Indo-Pasifik dan keamanan ekonomi global, serta sangat bermanfaat bagi Seoul, Tokyo, dan Washington. Ia menekankan bahwa perubahan kepemimpinan tidak akan mengubah kerangka kerja sama.