Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Klaim Sinterklas Tidak Ada, Keuskupan Italia Minta Maaf

Ilustrasi sinterklas (unsplash.com/@aka_opex)
Ilustrasi sinterklas (unsplash.com/@aka_opex)

Jakarta, IDN Times - PIhak Keuskupan Italia akhirnya meminta maaf kepada para orang tua terkait polemik Sinterklas dan pada Jumat (10/12), di mana salah seorang Uskup mengatakan bahwa Sinterklas tidak ada di dunia nyata sebelumnya. Mendengar pernyataan dari Uskup tersebut membuat sebagian besar orang tua saat itu merasa kecewa.

1. Menurut Direktur Komunikasi Keuskupan Noto, pernyataan tersebut mencobamenggarisbawahi arti sebenarnya perayaan Natal

Dilansir dari The Guardian, menurut Direktur Komunikasi Keuskupan Noto, Pendeta Alessandro Paolino, mengatakan seorang Uskup bernama Antonio Stagliano tidak bermaksud komentar dan mencoba menggarisbawahi arti sebenarnya dari perayaan Natal dan kisah Santo Nikolas, seorang Uskup yang memberikan hadiah kepada orang miskin dan dianiaya oleh seorang kaisar Romawi.

"Pertama-tama, atas nama Uskup, saya mengungkapkan kesedihan saya atas pernyataan ini, yang telah menciptakan kekecewaan pada anak-anak kecil serta ingin menegaskan bahwa niat Uskup Stagliano sangat berbeda," ungkap pernyataan dari Pendeta Alessandro
Paolino yang dilansir dari The Guardian.

Ia juga menambahkan imajinasi anak-anak tentu tidak boleh dihancurkan, tetapi ambil contoh yang baik dan positif bagi kehidupan sehari-hari.

Menurutnya, Sinterklas merupakan citra yang efektif untuk menyampaikan pentingnya
memberi, kemurahan hati, dan berbagi.

2. Pernyataan tersebut terjadi di depan anak-anak yang hadir ke gereja

Ilustrasi rumah ibadah gereja. (Pixabay.com/ddzphoto)
Ilustrasi rumah ibadah gereja. (Pixabay.com/ddzphoto)

Pernyataan tersebut terjadi di depan anak-anak yang hadir di gereja di Noto, Italia, yang menyebabkan keluhan dari sebagian besar orang tua dan reaksi keras di media sosial.

Para orang tua turun ke media sosial untuk melampiaskan frustrasi mereka, yang membuat pihak Gereja mengeluarkan permintaan maaf setelah istilah "Coca Cola" dan "Babo Natale", yang diterjemahkan menjadi "Bapa Natal" dalam bahasa Italia, menjadi trending di media sosial di Italia.

Istilah "Babo Natale" menjadi tren bersama perbandingan yang tidak baik antara Uskup dan Grinch, karakter fiksi yang mencuri Natal.

Di sisi lain, beberapa dari mereka menyambut upaya Uskup untuk fokus pada makna Natal
dalam Gereja Katolik, sedangkan yang lainnya fokus menyalahkan Stagliano karena mengganggu tradisi dan perayaan keluarga serta menghancurkan semangat anak-anak yang di mana tahun-tahun sebelumnya terganggu oleh pandemi COVID-19.

3. Sejarah mengenai Sinterklas dengan perayaan Natal

Ilustrasi sinterklas. (Pixabay.com/frankychoi)
Ilustrasi sinterklas. (Pixabay.com/frankychoi)

Sinterklas, dalam bahasa Inggris: Santa Claus, berasal dari seorang Uskup asal Turki
bernama Nicholas yang kemudian menjadi St. Nicholas.

Dalam cerita legenda tersebut mengatakan bahwa dia memberikan hadiah kepada orang yang membutuhkan dan entah bagaimana ini berkembang menjadi pemberian hadiah pada hari musim dingin tertentu.

Kemudian, hari itu dikaitkan dengan perayaan hari Natal bagi umat Kristiani di seluruh dunia.

Negara Belanda menetapkan kebiasaan merayakan St. Nicholas pada setiap tanggal 6
Desember dengan bertukar hadiah.

Mereka membawa kebiasaan itu ke dunia baru dan pemukim Inggris mulai melakukannya.
Anak-anak Inggris tidak bisa mengucapkan Sinterklaas (nama Belanda untuk St. Nicholas)
dengan benar, namun sebaliknya keluar sebagai Santa Claus.

Menariknya, St. Nicholas awalnya digambarkan dengan penampilan seperti seorang
bangsawan, mengenakan jubah Uskup dan menunggang kuda putih, tidak ada giring dan rusa.

Namun, pada tahun 1809 lalu, seorang penulis asal Amerika Serikat terkenal, Washington
Irving, menerbitkan sebuah buku yang mengubahnya dari tinggi dan kurus serta berpose
menjadi pendek, gagah, dan periang.

Perubahan itu sempat tersendat dan pada tahun 1823 lalu, sejak saat itu terukir dalam
tradisi ketika seorang penulis bernama Clement Moore menulis sebuah puisi yang berjudul "Twas the night before Christmas...".

Gambar Sinterklas yang kita kenal saat ini berasal dari era tahun 1863-1866 lalu ketika
seorang kartunis untuk majalah Harpers Weekly, Thomas Nast, membuat serangkaian gambar Sinterklas versi pendek dan gagah serta periang dengan janggut putih dan setelah merah.

Selama bertahun-tahun Nast menambahkan hiasan seperti bengkel dan mengilustrasikan
kereta luncur Clement Moore dan 8 ekor rusa kecil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Christ Bastian Waruwu
EditorChrist Bastian Waruwu
Follow Us