Cerita dari Osaka: Modern yang Tetap Memanusiakan Manusia

- Osaka adalah prefektur di Jepang yang lekat dengan modernisasi di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
- Modernisasi yang diwujudkan bertujuan untuk mempermudah aktivitas masyarakat sehari-hari.
- Modernisasi di Osaka salah satunya diwujudkan dengan otomatisasi, yang tetap memanusiakan manusia.
- Bagi Osaka, keamanan dan kenyamanan masyarakatnya adalah nomor satu.
Osaka, IDN Times - Prefektur Osaka, Jepang merupakan salah satu wilayah yang lekat dengan modernisasi. Inovasi dirasakan di segala aspek yang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari penduduknya.
Saya, Vadhia Lidyana, jurnalis IDN Times, merasakan bagaimana modernisasi di Osaka diwujudkan untuk memanjakan penduduknya. Kecanggihan teknologi di Osaka dihadirkan untuk memanusiakan manusia.
Bagaimana inovasi diterapkan untuk menjaga kota tetap aman, bersih, rapi, yang pada akhirnya melahirkan kenyamanan untuk penduduknya, dan orang-orang yang datang ke Osaka.
1. Upaya Osaka meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Saat berbagai negara mendorong penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) untuk mengurangi polusi, Jepang justru memangkas jalan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Salah satu jalan utama di Osaka, yakni Midosuji Boulevard adalah bukti nyatanya. Jalanan dengan enam lajur untuk kendaraan itu telah dipangkas sebagian untuk menambah lebar trotoar.
Bahkan, Osaka berencana untuk menyulap jalan sepanjang 4 kilometer (km) itu sepenuhnya untuk pejalan kaki, sehingga tak ada lagi kendaraan yang lewat di masa depan.
Lalu, bagaimana warganya melakukan aktivitas sehari-hari? Jawabannya dengan menggunakan sepeda atau moda transportasi yang canggih.
Di Prefektur Osaka, masyarakat memiliki akses ke berbagai moda transportasi umum, terutama kereta, baik untuk perjalanan di dalam kota, maupun antarkota.
Direktur Traffic Planning Division/Traffic Strategy Office, Department of Urban and Public Works, Osaka Prefectural Government, ETO Ryosuke mengatakan, saat ini, Pemerintah Prefektur Osaka juga sedang mengembangkan jalur monorail untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di lingkar luar Osaka.
"Jadi bagaimana membuat transportasi baru dengan menggunakan area jalan yang sudah ada, alternatifnya adalah monorail. Memang monorail tidak bisa mengangkut orang banyak, tapi dengan cara seperti itu paling tidak bisa mengurangi kemacetan dan mengurangi pengguna kendaraan pribadi," ucap ETO.
Di kawasan Umekita dekat Stasiun Osaka, sebanyak sembilan perusahaan membentuk konsorsium untuk membangun Umekita Park. Konsorsium itu terdiri dari perusahaan-perusahaan yang memiliki properti di sekitar Stasiun Osaka, salah satunya Hankyu Hanshin Holdings.
Menurut perwakilan Hanyu Hanshin, proyek itu dibangun bukan untuk mengejar profit, tapi untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH) untuk masyarakat.
Saat berkunjung ke Umekita Park, saya melihat banyak orang tua yang mengajak anaknya bermain dan berpiknik. Berbagai fasilitas di Umekita Park sangat ramah untuk anak-anak, sehingga memikat perhatian penduduk yang sudah berkeluarga.
Saya terpana bagaimana fasilitas yang begitu indah dan modern itu bisa diakses masyarakat selama 24 jam tanpa dikenakan biaya apa pun. Terlebih, pengelola taman juga menyediakan mainan, buku, tikar, dan kursi yang bisa dipinjam untuk beraktivitas di Umekita Park. Untuk meminjamnya juga tak dikenakan biaya alias gratis.
2. Keamanan dan kenyamanan masyarakat nomor satu

Delapan hari di Osaka memberikan kesan orang Jepang sangat bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sebagai contoh, setiap proyek yang dikerjakan dilakukan dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Di area yang sedang ada proyek, kontraktor wajib mengerahkan petugas untuk menjaga masyarakat yang berlalu-lalang di dekat area konstruksi. Misalnya di perempatan besar di jalan Miyakojima-dori, saya melihat banyak petugas yang bersiaga di setiap zebra cross di area tersebut.
Para petugas mengawal masyarakat yang hendak menyeberang. Petugas-petugas itu dipekerjakan oleh kontraktor proyek untuk meminimalisir insiden di area konstruksi.
3. Modernisasi yang memanusiakan manusia

Hebatnya lagi, semua nilai plus itu bisa terwujud saat Jepang mengalami penurunan populasi yang tajam. Krisis demografi itu diatasi dengan mendorong otomatisasi, seperti yang dilakukan JR West di Stasiun Osaka.
Solution Sales Planning Department WEST LABO Business Co-creation team JR WEST, Mizuki Shimomura mengatakan, perusahaan menyediakan mesin AI Information di stasiun-stasiun yang dikelola, seperti di Stasiun Osaka untuk memudahkan penumpang mencari informasi saat tak ada petugas.
Mesin yang menerapkan teknologi artificial intelligence atau akal imitasi (AI) itu bisa memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan terkait stasiun. Mesin itu juga dibuat untuk memudahkan pekerjaan petugas di stasiun, mengingat jumlah tenaga kerja yang terbatas akibat penurunan populasi yang tajam.
"Satu hari mesin ini digunakan sekitar 100 penumpang. Jadi, paling tidak mengurangi pekerjaan petugas stasiun untuk menjawab pertanyaan penumpang," tutur Mizuki.
JR West juga menyediakan layar informasi di depan toilet-toilet di stasiun kereta yang dikelolanya. Layar itu menampilkan jumlah bilik toilet yang tersedia. Gunanya untuk memudahkan penumpang saat terburu-buru, atau ingin menghindari antrean di toilet, sehingga bisa mencari toilet lain yang kosong.
Tak hanya itu, tujuan JR West menyediakan layar tersebut untuk memudahkan petugas kebersihan yang ingin membersihkan bilik toilet yang sudah tak digunakan.
"Jadi dengan sistem manajemen toilet itu bisa menghemat tenaga manusia," ucap Mizuki.
Bukti otomatisasi lainnya yang memanusiakan manusia adalah gerbang masuk peron dengan teknologi pemindaian wajah atau face recognition. Mizuki mengatakan, saat penumpang membawa banyak barang di tangan, dan tak bisa menempelkan kartu ke gerbang maka bisa menggunakan gerbang tersebut.
"Jadi kalau tangan kita penuh dengan barang bawaan kita hanya pindai wajah di situ," ujar Mizuki.
Masyarakat perlu mendaftarkan wajah dan data dirinya di situs web JR West untuk menggunakan gerbang tersebut. Untuk menjaga keamanan data penumpang, JR West langsung menghapus gambar penumpang yang melalui gerbang face recognition.
"Data wajah penumpang yang sudah lewat itu langsung dihapus segera," katanya.
4. Tetap menjaga budaya

Sebagai negara yang modern dan menawarkan berbagai kemudahan, Jepang menjadi salah satu tujuan wisata pilihan masyarakat dari negara-negara lain, termasuk Warga Negara Indonesia (WNI). Hal itu diakui oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia di Osaka, John Tjahjanto Boestami.
"Jepang mungkin merupakan salah satu negara yang menjadi favorit untuk dikunjungi oleh wisatawan asal Indonesia. Banyak sekali orang Indonesia yang datang ke Jepang untuk berwisata," tutur John di kantor KJRI Osaka, yang terletak di Nakanoshima, Osaka.
Meski begitu, masyarakat Jepang tetap menghormati budayanya, dan tidak melupakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana menjaga kedisiplinan soal waktu, aturan dalam bekerja, etika saat berbicara, makan, saat berkendara, menggunakan transportasi, menjaga kebersihan, dan sebagainya.
Budaya yang melekat itu otomatis membuat saya memperhatikan segala hal yang saya lakukan selama di Jepang. Saat membuang sampah, mencari tempat duduk untuk beristirahat sejenak, menaiki tangga di stasiun, dan lain-lain, saya lakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Untuk masyarakat Indonesia yang ingin berkunjung ke Jepang, John juga mengingatkan agar tetap menghormati budaya di negara itu.
"Pesan kami hanya satu, yaitu silakan datang ke Jepang untuk berwisata, tetapi dari waktu ke waktu tentunya kita patuhi hukum, aturan, ketentuan yang berlaku di Jepang. Kita tentunya juga perlu hormat akan budaya yang ada di Jepang, sama seperti kita juga ingin diperlakukan demikian ketika ada turis atau wisatawan asing datang ke Indonesia," tutur John.


















