Korsel-AS Sepakat Denuklirisasi Semenanjung Korea Harus Tercapai

- Korsel dan AS sepakat denuklirisasi Semenanjung Korea adalah tujuan akhir, meskipun Korut menolak tawaran perdamaian dari Presiden Lee Jae Myung.
- Hubungan militer Korut-Rusia semakin dalam, dengan Moskow diduga memasok reaktor nuklir ke Pyongyang untuk digunakan dalam kapal selam bertenaga nuklir.
- Korut berambisi memiliki kapal selam nuklir sebagai prioritas nasionalnya, dengan upaya mendapatkan teknologi reaktor dari Rusia sebagai bagian dari strategi perang Kremlin di Ukraina.
Jakarta, IDN Times - Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan (Korsel), Wi Sung-Iac, mengatakan negaranya dan Amerika Serikat (AS) telah menyepakati bahwa denuklirisasi Semenanjung Korea adalah tujuan akhir. Pihaknya menyebut target tersebut tetap tidak berubah, terlepas Korea Utara (Korut) suka atau tidak.
"Korsel akan menjalankan rencana tiga tahap untuk denuklirisasi Korut, meskipun Pyongyang telah menolak tawaran perdamaian dari Presiden Lee Jae Myung," kata Wi pada Rabu (17/9/2025), dikutip dari Yonhap.
Wi menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, penting untuk menghentikan program nuklir dan rudal Korut terlebih dahulu. Tahap tersebut meliputi pembekuan, pengurangan, dan akhirnya pembongkaran.
1. Meningkatnya hubungan Korut-Rusia hambat denuklirisasi di Semenanjung Korea
Wi juga menyebut pihaknya telah mengambil beberapa tindakan, guna meredakan ketegangan tanpa mengorbankan keamanan atau pencegahan. Seoul menyerukan untuk melanjutkan dialog dengan Pyongyang, dan akan berupaya membangun kepercayaan.
Di sisi lain, Wi menyuarakan kekhawatirannya atas semakin dalamnya hubungan militer Korut dengan Rusia. Ini menyusul perjanjian pertahanan bersama yang ditandatangani tahun lalu. Salah satu poinnya, yakni bantuan militer segera jika salah satu diserang.
Baru-baru ini, militer Korsel telah memperoleh informasi intelijen yang melaporkan bahwa Moskow memasok reaktor nuklir ke Pyongyang untuk digunakan dalam kapal selam bertenaga nuklir. Terkait hal itu, Wi mengatakan informasi tersebut belum diverifikasi.
Namun, saat ini militer Korsel sedang berupaya memverifikasi laporan itu. Jika terkonfirmasi, tindakan tersebut akan berdampak bagi hubungan Seoul-Moskow, serta tatanan keamanan global. Seoul juga telah melaporkan informasi intelijen yang diperoleh kepada Washington dan negara-negara sekutunya. Namun, beberapa pejabat mendesak agar berhati-hati.
"Kami sedang mempertimbangkan beberapa kemungkinan dan menilai kredibilitas informasi tersebut," kata salah satu sumber pemerintah pada Selasa (16/9/2025), dikutip dari Korea JoongAng Daily.
2. Militer Korsel sebut Rusia memasok reaktor nuklir ke Korut
Beberapa pejabat pemerintah Korsel mengatakan Moskow diyakini telah menyerahkan 2-3 modul kapal selam nuklir kepada Pyongyang pada paruh pertama tahun ini. Modul-modul tersebut mencakup reaktor, turbin, dan sistem pendingin komponen inti unit propulsi nuklir.
Hal ini memunculkan kemungkinan bahwa Korut menerima sistem propulsi yang lengkap, termasuk reaktor yang berfungsi. Modul-modul tersebut dilaporkan bukan baru diproduksi, melainkan diambil dari kapal selam Rusia yang telah dinonaktifkan.
Jika Moskow benar mentransfer modul-modul tersebut, ini berarti ia telah melewati garis merah yang secara fundamental merusak Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT). Tindakan tersebut dapat memicu sanksi internasional tambahan terhadap Korut-Rusia.
3. Ambisi Korut terhadap kapal selam bertenaga nuklir

Telah lama para ahli berpendapat bahwa Pyongyang tidak memiliki kemampuan teknis untuk membangun kapal selam nuklir dengan cepat. Alasannya, karena reaktor kapal selam merupakan komponen terpentingnya.
Hingga saat ini, Korut disebut belum mampu memproduksi reaktor skala kecil yang cocok untuk penggunaan kapal selam. Namun, penilaian itu dapat berubah jika negara tersebut telah memperoleh modul Rusia. Sebab, Pyongyang akan mendapatkan akses ke teknologi reaktor yang belum pernah dapat dikembangkannya sendiri.
Korut telah mendesak Rusia untuk teknologi tersebut dengan imbalan pengiriman personel, guna mendukung upaya perang Kremlin di Ukraina.
"Korut dapat merekayasa ulang reaktor Rusia, mengoperasikannya di darat untuk mendapatkan pengetahuan praktis," kata Lee Chun-geun, seorang peneliti emeritus di Science and Technology Policy Institute.
Korut telah menjadikan pembangunan kapal selam nuklir sebagai prioritas nasionalnya. Ini mengingat kepemilikan kapal selam nuklir strategis yang mampu menyerang AS merupakan penyempurnaan kekuatan nuklirnya.