Listrik Padam Total, Kuba Gelap Gulita

- Pemerintah Kuba kerahkan tim darurat untuk pulihkan jaringan listrik yang terputus.
- Aktivitas warga Havana lumpuh akibat pemadaman.
- Infrastruktur tua dan sanksi AS memperburuk krisis energi di Kuba.
Jakarta, IDN Times – Kuba mengalami pemadaman listrik total pada Rabu (10/9/2025) setelah jaringan nasional mengalami gangguan besar. Perusahaan listrik negara, Unión Eléctrica Nacional (UNE), menyebut terputusnya aliran listrik terjadi akibat masalah di pembangkit termoelektrik Antonio Guiteras (CTE Guiteras), salah satu yang terbesar di pulau itu. Kementerian Energi dan Pertambangan mengumumkan lewat platform X bahwa penyebab pasti masih dalam penyelidikan, sementara proses pemulihan sudah dimulai.
Di Havana, kota berpenduduk sekitar dua juta jiwa, warga resah atas dampak pemadaman yang melumpuhkan aktivitas. Seorang pemilik usaha kecil mengungkapkan kekhawatirannya.
“Negara ini tidak tahan lagi. Kami hanya mengalami satu kemalangan demi kemalangan lainnya. Mari kita lihat berapa lama ini berlangsung dan bagaimana ini akan memengaruhi kami,” ujarnya, dikutip dari NBC News. Krisis ini memperburuk kelangkaan makanan dan obat-obatan, dengan risiko tambahan berupa pasokan air terganggu serta bahan pangan yang membusuk.
1. Pemerintah kerahkan tim darurat untuk pulihkan jaringan

Perdana Menteri Manuel Marrero meninjau langsung kantor perusahaan listrik negara dan menyampaikan rencana pemulihan bertahap melalui siaran televisi nasional. Tim darurat segera dikerahkan untuk memulihkan aliran listrik bagi sekitar 10 juta penduduk, dengan prioritas khusus diberikan pada layanan vital seperti rumah sakit dan industri makanan. Pemerintah berharap langkah darurat ini bisa mencegah dampak yang lebih luas terhadap kebutuhan pokok masyarakat.
Dilansir dari The Independent, Wakil Menteri Energi dan Pertambangan, Argelio Abad, menjelaskan di televisi nasional bahwa pemadaman listrik dipicu oleh sinyal peringatan panas berlebih yang keliru, sehingga memutuskan sambungan pembangkit termoelektrik.
Ia menambahkan bahwa pemerintah sedang membangun sistem mikro untuk menopang infrastruktur krusial, agar fasilitas medis dan produksi makanan tetap bisa beroperasi meski listrik utama padam.
2. Aktivitas warga Havana lumpuh akibat pemadaman

Kehidupan sehari-hari warga Havana terganggu parah, mulai dari lampu lalu lintas yang mati hingga tertundanya berbagai kegiatan sosial dan budaya. Koneksi internet juga melambat di sejumlah kawasan, sementara pompa bensin terpaksa menggunakan pompa manual agar tetap bisa beroperasi. Situasi ini membuat aktivitas masyarakat berjalan jauh lebih lambat dari biasanya. Seorang pegawai negara bernama Danai Hernández menceritakan rasa frustasinya.
“Saya pulang ke rumah untuk mengatur segala sesuatu di rumah tangga dan … sekarang kami harus menunggu. Kami tidak punya pilihan lain,” ujarnya, dikutip dari The Guardian. Ungkapan ini menggambarkan ketidakpastian yang dirasakan banyak warga dalam menghadapi krisis energi.
Adaptasi juga mulai terlihat di kalangan masyarakat yang lebih mampu. Aurelio Chacón, warga berusia 65 tahun, mengungkap pengalamannya.
“Saya punya pembangkit listrik kecil… tapi banyak orang mengeluh karena mereka akan terdampak,” katanya. Sebagian warga dengan dukungan dana keluarga dari luar negeri beralih ke panel surya atau perangkat isi ulang untuk bertahan di tengah pemadaman berulang.
3. Infrastruktur tua dan sanksi AS perburuk krisis energi

Pemadaman total ini menjadi yang kelima dalam kurun kurang dari setahun, menambah daftar panjang gangguan jaringan listrik di Kuba. Sebelumnya, pada Oktober 2024, seluruh pulau sempat gelap beberapa hari setelah pembangkit Antonio Guiteras berhenti beroperasi. Badai Ian pada 2022 juga pernah memicu pemadaman besar yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk dipulihkan.
Masalah listrik di Kuba sudah berlangsung lama akibat infrastruktur tua dan meningkatnya kebutuhan energi. Pemerintah menilai kelangkaan bahan bakar serta embargo Amerika Serikat (AS) menjadi penghambat utama dalam menjaga stabilitas jaringan. Pada pekan ini, wilayah timur Kuba dari Las Tunas hingga Guantánamo juga sempat mengalami pemadaman regional selama beberapa jam.
Kondisi ini memperparah krisis ekonomi dan energi yang menekan warga Kuba. Sanksi AS membatasi akses mata uang asing, membuat negara kesulitan membeli bahan bakar atau memperbaiki pembangkit termoelektrik yang rata-rata berusia lebih dari 30 tahun. The Guardian mencatat bahwa pemadaman listrik berulang juga memicu protes langka terhadap pemerintah, termasuk penghentian sekolah dan pekerjaan selama dua hari pada Februari 2025.