Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Sistem Iron Dome hingga Arrow yang Melindungi Langit Israel

Iron Dome milik Israel. (commons.wikimedia.org/IDF)
Iron Dome milik Israel. (commons.wikimedia.org/IDF)
Intinya sih...
  • Iron Dome, pencegat ancaman jarak dekat yang mampu mencegat ancaman udara jarak pendek hingga 70 km.
  • Biaya operasional setiap misil mencapai Rp652 juta hingga Rp815 juta.
  • Menggunakan teknologi hit-to-kill dengan biaya per misil mencapai Rp16,3 milia dan dikembangkan bersama oleh perusahaan Israel raksasa pertahanan.

Jakarta, IDN Times - Saling serang antara Iran dan Israel baru-baru ini kembali menyorot kecanggihan sistem pertahanan udara Israel. Negara ini telah lama dikenal memiliki perisai yang sangat sulit ditembus. 

Jaringan pertahanan udara Israel dibangun dari beberapa komponen utama, meliputi Iron Dome, David's Sling, dan sistem Arrow. Berbagai unit ini memiliki fungsinya masing-masing untuk mencegat serangan ke Israel dalam berbagai ketinggian.

Berikut penjelasan lapisan pertahanan yang melindungi langit Israel ini.

1. Iron Dome, pencegat ancaman jarak dekat

Iron Dome milik Israel. (commons.wikimedia.org/IDF)
Iron Dome milik Israel. (commons.wikimedia.org/IDF)

Melansir BBC, fungsi utama Iron Dome adalah mencegat ancaman udara jarak pendek, seperti roket, artileri, dan mortir, pada jarak 4 hingga 70 kilometer. Sistem ini mulai dikembangkan setelah perang antara Israel dan Hizbullah pada 2006 dan pertama kali dioperasikan secara penuh pada 2011.

Cara kerja Iron Dome terbilang efisien dan selektif. Radar pada setiap unit akan mendeteksi proyektil yang masuk, lalu pusat komando secara cepat menghitung lintasan dan potensi dampaknya.

 Sistem hanya akan meluncurkan misil pencegat jika ancaman tersebut teridentifikasi menuju wilayah padat penduduk atau infrastruktur vital. Sementara, proyektil yang diperkirakan jatuh di area terbuka akan diabaikan.

Sistem ini diklaim memiliki tingkat keberhasilan hingga lebih dari 90 persen. Namun, biaya operasinya tidak murah, setiap misil pencegat "Tamir" diperkirakan menelan biaya antara 40 ribu hingga 50 ribu dolar AS (sekitar Rp652 juta hingga Rp815 juta).

2. David’s Sling, penangkal ancaman jarak menengah

uji coba David's Sling pada 2012. (commons.wikimedia.org/United States Missile Defense Agency)
uji coba David's Sling pada 2012. (commons.wikimedia.org/United States Missile Defense Agency)

David's Sling berperan sebagai lapisan pertahanan udara tingkat menengah, dirancang untuk mengisi celah antara jangkauan Iron Dome dan sistem Arrow. Sistem ini mampu melumpuhkan ancaman yang lebih besar dan lebih cepat, seperti roket kaliber besar, rudal jelajah, dan rudal balistik jarak menengah, pada jarak hingga 300 kilometer.

Keunikan sistem ini terletak pada teknologi pencegatnya yang bernama "Stunner". Misil ini menggunakan metode hit-to-kill. Artinya, sistem ini menghancurkan target dengan energi kinetik dari tabrakan langsung, alih-alih meledak di dekatnya menggunakan hulu ledak konvensional, dilansir CNN.

David's Sling mulai beroperasi pada 2017 dan merupakan hasil pengembangan bersama antara perusahaan Israel, Rafael Advanced Defense Systems, dengan raksasa pertahanan AS, Raytheon. Kehadirannya menggantikan peran sistem Patriot yang lebih tua, dengan biaya per misil pencegatnya diperkirakan mencapai 1 juta dolar AS (sekitar Rp16,3 miliar).

3. Sistem Arrow untuk menangkis rudal balistik

uji coba Arrow pada 2004. (commons.wikimedia.org/US MIssile Defense Agency)
uji coba Arrow pada 2004. (commons.wikimedia.org/US MIssile Defense Agency)

Sistem Arrow adalah payung pertahanan tingkat teratas yang dirancang untuk melawan ancaman rudal balistik jarak jauh. Proyek pengembangannya dimulai setelah Perang Teluk 1991 sebagai respons atas serangan rudal Scud dari Irak dan kini telah berevolusi menjadi dua varian utama, yaitu Arrow 2 dan Arrow 3.

Arrow 2 bertugas mencegat rudal balistik saat berada pada fase terminal atau fase akhir penerbangan ketika menukik menuju target, dengan intersepsi terjadi di lapisan atmosfer atas. Sistem ini menggunakan hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan target dan memiliki jangkauan operasional hingga 100 kilometer dengan ketinggian maksimum 50 kilometer.

Di sisi lain, Arrow 3 merupakan versi yang jauh lebih canggih dengan kemampuan untuk mencegat rudal balistik di luar atmosfer bumi atau di luar angkasa (exo-atmospheric). Dengan jangkauan impresif hingga 2.400 kilometer, Arrow 3 menggunakan teknologi hit-to-kill yang lebih presisi untuk melumpuhkan ancaman sebelum memasuki atmosfer, dilansir Missile Defense Advocacy Alliance.

Sistem canggih ini juga merupakan hasil kolaborasi antara Israel dan AS. Pengembangannya dipimpin oleh Israel Aerospace Industries (IAI) dengan bantuan dari Boeing.

4. THAAD dari Amerika Serikat

sistem rudal THAAD milik AS. (commons.wikimedia.org/US Missile Defense Agency)
sistem rudal THAAD milik AS. (commons.wikimedia.org/US Missile Defense Agency)

Selain sistem pertahanan sendiri, Israel juga mendapat bantuan dari THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) buatan AS. Sistem ini dioperasikan oleh pasukan AS dan dikirim untuk memperkuat jaringan pertahanan Israel, terutama setelah eskalasi serangan dari Iran tahun lalu. 

THAAD juga dirancang untuk mencegat rudal balistik pada fase akhir penerbangannya di ketinggian yang sangat tinggi, dengan jangkauan antara 150 hingga 200 kilometer. Mirip dengan Arrow 3, sistem ini menggunakan teknologi hit-to-kill untuk menghancurkan target dengan tumbukan langsung dan dapat beroperasi baik di dalam maupun di luar atmosfer bumi.

Satu unit THAAD biasanya terdiri dari enam peluncur yang masing-masing memuat delapan misil pencegat, sebuah radar pengawas, serta unit kontrol dan komunikasi. Diperlukan sekitar 95-100 personel AS untuk mengoperasikan satu unit sistem pertahanan ini. 

5. Patriot, jet F-35 dan Iron Beam

jet F-35I milik Israel. (commons.wikimedia.org/U.S Air Force)
jet F-35I milik Israel. (commons.wikimedia.org/U.S Air Force)

Israel juga masih didukung oleh sistem Patriot buatan AS, yang merupakan komponen pertahanan udara paling senior. Sistem ini pertama kali digunakan secara masif selama Perang Teluk 1991 untuk mencegat rudal Irak. Saat ini, Patriot difokuskan untuk menembak jatuh pesawat atau drone, dilansir Euronews.

Patriot dikenal sebagai sistem yang sangat mahal untuk dioperasikan. Diperkirakan harga satu unit lengkapnya mencapai 1,1 miliar dolar AS (sekitar Rp17,9 triliun), dengan harga per misilnya sekitar 4,1 juta dolar AS (sekitar Rp66,8 miliar).

Selain sistem pertahanan berbasis darat, Israel juga memanfaatkan aset udaranya seperti jet tempur siluman F-35I. Jet tempur canggih ini mampu mencegat dan menghancurkan ancaman seperti drone dan rudal jelajah sebelum sempat memasuki wilayah udara Israel.

Israel juga sedang dalam proses pengembangan sistem pertahanan baru berbasis laser yang dikenal sebagai Iron Beam Meskipun belum sepenuhnya operasional, Iron Beam diharapkan akan menjadi solusi yang jauh lebih murah untuk dioperasikan, dilansir Sky News

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us