Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Microsoft Peringatkan Ancaman Serangan Siber Peretas China

Ilustrasi hacker. (pexels.com/Sora Shimazaki)
Ilustrasi hacker. (pexels.com/Sora Shimazaki)

Jakarta, IDN Times - Para peretas China yang aktif sejak pertengahan 2021, dinilai telah menargetkan infrastruktur penting dan kritis di wilayah Guam dan bagian lain di Amerika Serikat (AS). Tindakan itu dinilai sebagai bagian dari kampanye mata-mata.

Pada Rabu (24/5/2023), Microsoft melaporkan para peretas itu didukung pemerintah Beijing. Mereka kemungkinan memiliki kemampuan untuk mengganggu komunikasi antara AS dan kawasan Asia Pasifik. Target serangan mencakup sektor maritim, transportasi, komunikasi, utilitas dan pemerintah.

Laporan terbaru dari Microsoft adalah hasil kerja sama dengan aliansi Five Eyes, yang terdiri dari intelijen AS, Australia, Inggris, Selandia Baru dan Kanada. Usia aliansi itu telah puluhan tahun. Aliansi itu bekerja dengan mitra bertujuan melakukan edukasi bagi penyedia infrastruktur penting dan pengguna sistem tentang cara mendeteksi dan menghapus penyusup.

1. Kemungkinan mempersiapkan serangan di masa depan

ilustrasi (Unsplash.com/ThisisEngineering RAEng)
ilustrasi (Unsplash.com/ThisisEngineering RAEng)

Secara terpisah, FBI, Badan Keamanan Nasional dan badan keamanan AS lain mengatakan percaya peretas China dapat menerapkan teknik sembunyi dengan target penting di seluruh dunia.

Dalam analisis mereka, Microsoft menyebut ada kemungkinan peretas China sedang mempersiapkan untuk mengganggu di masa depan, khususnya sengketa teritorial di Pasifik. Dilansir CNN, Microsoft menolak berkomentar tentang informasi spesifik yang mendukung kesimpulan perusahaan teknologi tersebut. 

China sendiri telah tumbuh dan dilihat semakin agresif di kawasan tersebut. Beijing memiliterisasi pulau-pulau untuk menegaskan klaimnya di Laut China Selatan. Tindakan China itu telah mengkhawatirkan banyak negara Barat, termasuk sekutu mereka di Asia Timur dan Asia Tenggara.

2. Mengganggu infrastruktur penting di Guam

Dalam salah satu laporannya, Microsoft mengatakan menemukan aktivitas jahat oleh peretas yang sponsornya kemungkinan berbasis di China. Tujuannya menargetkan infrastruktur penting di Guam dan AS. Kelompok peretas disebut bernama Volt Typhoon.

Dilansir VOA News, kelompok itu disebut telah menargetkan organisasi infrastruktur penting di Guam. Guam sendiri merupakan rumah bagi fasilitas militer utama AS, termasuk Pangkalan Angkatan Udara Andersen. Wilayah itu telah menjadi kunci bagi Washington untuk melakukan pergerakan pada setiap konflik yang terjadi di kawasan Asia Pasifik.

Kedutaan Besar China di AS membantah tuduhan tersebut dan tidak menanggapi permintaan komentar atas laporan yang disajikan.

3. Berbaur dengan sistem sehingga terlihat jinak

ilustrasi (Unsplash.com/Mohammad Rahmani)
ilustrasi (Unsplash.com/Mohammad Rahmani)

Dalam analisa Badan Keamanan Nasional AS, para peretas China berusaha untuk dapat melakukan serangan sambil tetap tak terdeteksi selama mungkin. Dilansir The Guardian, para peretas disebut melakukan aksi dengan taktik hidup bawah tanah, yakni memanfaatkan alat jaringan bawaan untuk berbaur dengan sistem Windows normal.

Para peretas kemudian dapat menyelinap dan menggabungkan perintah administrasi sistem yang sah, yang tampaknya terlihat jinak.

Juru bicara kedutaan besar China di AS, Liu Pengyu, mengatakan tuduhan AS bahwa pemerintah Beijing mendukung peretasan itu dinilai memutarbalikkan kebenaran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us