Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Negosiasi Damai AS-Rusia Berlangsung 5 Jam, Tapi Gak Ada Hasil

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Perbedaan terbesar pada isu wilayah
  • Rusia tuding Eropa hambat upaya perdamaian
  • Ukraina tunggu hasil negosiasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Rusia dan Amerika Serikat mengadakan pembicaraan selama lima jam di Kremlin untuk membahas inisiatif perdamaian Presiden Donald Trump terkait perang Ukraina. Pertemuan yang dipimpin Presiden Rusia, Vladimir Putin, bersama utusan Trump, Steve Witkoff dan Jared Kushner, itu disebut berlangsung konstruktif, namun tetap menyisakan perbedaan besar.

Baik AS maupun Rusia setuju untuk tidak mengungkap isi rinci pembicaraan. Penasihat senior Putin, Yuri Ushakov, menyampaikan diskusi berjalan berguna, konstruktif, dan cukup substantif. Meski demikian, dia menegaskan pembahasan masih berada di tingkat kerangka proposal, bukan rumusan final yang bisa diterapkan segera.

Menurutnya, kedua pihak sepakat, upaya akan dilanjutkan di Moskow dan Washington. Salah satu isu paling krusial adalah soal wilayah, yang menurut Ushakov, belum mencapai kompromi apa pun. Moskow menyatakan, tanpa kesepakatan teritorial, tidak mungkin ada penyelesaian konflik. Beberapa usulan AS, menurut Ushakov, dapat diterima namun sejumlah redaksi dalam proposal tidak cocok bagi Rusia.

Pertemuan ini berlangsung setelah diskusi antara AS dan Ukraina di Florida beberapa hari sebelumnya. Pembicaraan itu digambarkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, sebagai pertemuan yang cukup optimistis, namun masih memerlukan banyak pekerjaan lanjutan. Situasi itulah yang membuat pembicaraan di Kremlin menjadi momentum penting dalam upaya diplomatik terbaru Washington.

1. Perbedaan terbesar pada isu wilayah

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Ushakov menjelaskan, kerangka proposal perdamaian Trump masih mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menurut Ushakov, ada beberapa versi dokumen yang dibahas, tanpa memerinci isi atau urutan perubahannya.

Versi awal, dijelaskan Ushakov, telah direvisi dan kini terdapat beberapa dokumen yang menjadi bahan pembahasan. Dalam pernyataannya, Ushakov mengatakan Presiden Putin menyampaikan langsung poin-poin yang bisa disetujui hingga tidak dapat diterima.

Beberapa bagian proposal, dijelaskannya, memicu kritik dan penolakan dari Kremlin. Meski begitu, Rusia tetap menilai pembicaraan ini tidak membawa kondisi menjadi lebih jauh dari perdamaian.

Salah satu ganjalan utama adalah posisi Rusia yang menilai tidak ada jalan keluar tanpa menentukan status wilayah, khususnya terkait Donbas. Proposal awal Trump yang bocor bulan lalu disebut memberi konsesi signifikan kepada Moskow, termasuk penyerahan seluruh Donbas dan penghentian upaya Ukraina bergabung dengan NATO. Namun, Kiev dengan tegas menolak poin tersebut.

Ushakov menekankan, pembicaraan akan berlanjut sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Dia menyebut masih diperlukan sejumlah pekerjaan baik di Kremlin maupun Gedung Putih untuk mencapai titik temu. Diskusi berikutnya sedang dijadwalkan, bergantung perkembangan pembahasan teknis.

2. Rusia tuding Eropa hambat upaya perdamaian

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Putin dalam komentarnya menuduh negara-negara Eropa justru menghalangi proses yang dipimpin AS. Dia mengatakan sekutu-sekutu Kiev di Eropa tidak memiliki agenda perdamaian dan justru berada di sisi perang.

Menurutnya, sejumlah negara Eropa menambahkan tuntutan yang tidak dapat diterima bagi Rusia, sehingga mempersulit proses. Komentar itu dipandang sebagai upaya terbaru Moskow menekan Eropa serta membebaskan dirinya dari potensi kesalahan bila proses negosiasi tidak bergerak maju. Putin menuding, tuntutan tambahan Eropa menghalangi seluruh proses perdamaian, kemudian menyalahkan Moskow atas kegagalan progres.

Putin kembali menegaskan, pihaknya tidak berniat menyerang Eropa, menanggapi kekhawatiran sejumlah negara Eropa akan ekspansi Rusia. Namun, dia juga menyatakan Rusia siap jika terjadi konflik.

"Jika Eropa memulai perang, kami siap langsung," katanya, dilansir dari France24, Rabu (3/12/2025).

Sementara itu, negara-negara Eropa tetap khawatir kemenangan Rusia akan membuka jalan bagi ancaman lebih besar. Mereka telah menyediakan bantuan finansial dan militer bernilai miliaran euro sejak invasi penuh Rusia pada 2022, sekaligus memperkuat pertahanan sendiri untuk mencegah ekspansi lebih lanjut.

3. Ukraina tunggu hasil negosiasi

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS, Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS, Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang sedang berada di Irlandia dalam rangkaian kunjungan ke Eropa, menantikan laporan cepat dari delegasi AS di Moskow. Dia menyatakan perkembangan diplomatik dapat berubah setiap jamnya dan Ukraina membutuhkan hasil konkret karena banyak warga yang tewas.

Zelenskyy menuturkan, Ukraina dan AS telah menyelesaikan dokumen kerja dalam pertemuan sebelumnya di Jenewa, meski tidak menjelaskan lebih lanjut isi dokumen tersebut. Para diplomat Ukraina, dijelaskan Zelenskyy, terus memastikan negara-negara Eropa tetap terlibat dalam proses pengambilan keputusan demi keamanan jangka panjang.

Dalam kunjungan tersebut, Zelenskyy juga memperingatkan ancaman kampanye disinformasi Rusia yang bertujuan memengaruhi jalannya pembicaraan. Ukraina menyebut bahwa Moskow berupaya menggoyahkan solidaritas internasional melalui propaganda dan klaim sepihak.

Di medan perang, Rusia mengklaim telah merebut kota kunci Pokrovsk di Donetsk. Namun, Zelenskyy dan militer Ukraina membantah klaim itu, menyebut pertempuran masih berlangsung. Pihak Ukraina menyatakan, mereka menyiapkan jalur logistik tambahan untuk mempertahankan posisi dan memastikan suplai bagi pasukan di garis depan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us

Latest in News

See More

KSAL: 7 Kapal Perang TNI AL Dikerahkan Bantu Korban Bencana Sumatra

03 Des 2025, 15:30 WIBNews