Netanyahu Tolak Perluas Mandat Tim Negosiasi Sandera dengan Hamas

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, menolak permintaan tim negosiasi untuk memperluas mandatnya dalam kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.
Disebutkan, selama berbulan-bulan, negosiator Israel telah menyatakan frustrasi atas mandat terbatas yang diberikan oleh Netanyahu. Pembatasan itu dikatakan telah menghambat negosiasi tidak langsung dengan Hamas.
Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa Netanyahu bertemu dengan tim negosiasi awal pekan ini. Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz menolak usulan dari para pemimpin tim untuk memperluas mandat mereka dalam merundingkan kesepakatan untuk membebaskan sandera Israel di Gaza.
Tim tersebut berusaha memperluas kriteria untuk melakukan negosiasi dan menjembatani isu untuk mengakhiri perang, dilansir dari Anadolu Agency.
1. Tim negosiasi meminta banyak ruang kepada Netanyahu
Di sisi lain, Netanyahu bersikeras mempertahankan kendali atas wilayah strategis di Gaza. Ini termasuk Koridor Nitzarim dan Philadelphia, penyeberangan Rafah, dan menentang penghentian operasi militer sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan. Sementara itu, Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel.
Selama pertemuan tersebut, Kepala Mossad David Barnea dan perwakilan militer dalam negosiasi tersebut, Nitzan Alon, meminta lebih banyak ruang untuk melakukan negosiasi. Mereka memperingatkan, tanpa ruang tambahan untuk bermanuver dalam ketentuan tersebut, maka kemajuan tidak mungkin akan tercapai.
Sumber tanpa nama yang dikutip oleh surat kabar tersebut mengungkapkan bahwa Netanyahu dengan dukungan Katz, menolak perluasan mandat itu. Tidak ada negosiasi, tidak ada kemajuan, semuanya hancur.
Menanggapi permintaan komentar, kantor PM Israel menolak laporan tersebut sebagai kebocoran yang salah dan bias. Pihaknya menuduh bahwa tujuannya adalah memaksa Israel memenuhi tuntutan Hamas.
2. Netanyahu tawarkan Rp79,5 M bagi tawanan yang dibebaskan dari Gaza
Netanyahu juga mengumumkan tawaran sebesar 5 juta dolar AS (sekitar Rp79,5 miliar) sebagai hadiah untuk setiap tawanan yang dibebaskan dari Gaza, dan mereka yang membantu membebaskan warga Israel yang ditahan Hamas akan diberikan jalan keluar dari wilayah Palestina yang dilanda perang.
"Pilihan ada di tangan anda, tetapi hasilnya akan sama, kami akan membawa mereka semua kembali," ujarnya pada Selasa (20/11/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Tawaran tersebut muncul di tengah protes massal yang terus berlanjut di Israel, di saat keluarga tawanan dan pendukung mereka yang menuntut agar Netanyahu mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
3. Genosida Israel di Gaza tewaskan hampir 44 ribu warga Palestina

Genosida Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 43.972 warga Palestina dan melukai 104.008 orang sejak serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023. Diperkirakan, 1.139 orang tewas di Israel selama serangan Hamas pada hari itu, dan lebih dari 200 orang disandera.
Israel memperkirakan sekitar 101 tawanan masih ditahan oleh Hamas di Gaza, yang beberapa di antaranya diyakini telah tewas dalam serangan udara Israel yang brutal di daerah kantong tersebut.
Sejauh ini, upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar gagal mencapai gencatan senjata. Kesepakatan pertukaran tahanan pun, menemui jalan buntu selama berbulan-bulan.