Oposisi Norwegia Menang Telak dalam Pemilu

Jakarta, IDN Times - Pada hari Senin (13/9), koalisi oposisi sayap kiri di Norwegia yang dipimpin Partai Buruh bernama Jonas Gahr Store menang telak dalam pemilu. Jonas Store dengan begitu berhasil mengalahkan Perdana Menteri (PM) Erna Solberg yang mendapat dukungan dari koalisi sayap kanan (konservatif)-tengah. Solberg telah memimpin Norwegia sejak tahun 2013 lalu.
Jonas Gahr Store yang memimpin koalisi oposisi sayap kiri juga ingin menyampaikan terima kasih kepada PM Solberg dari sayap konservatif karena telah menjadi "Perdana Menteri yang baik."
1. Perdana Menteri Solberg akui kekalahan

PM Norwegia, Erna Solberg saat ini telah berusia 60 tahun. Ia memimpin negara tersebut sejak tahun 2013 lalu, atau sekitar delapan tahun. Karena masa jabatannya yang panjang serta memiliki komitmen terhadap liberalisme ekonomi, dia mendapat julukan "Iron Erna."
Julukan itu terinspirasi dari Perdana Menteri Inggris yang bernama Margaret Thatcher yang dijuluki sebagai "Iron Lady" karena ketegasannya.
Menurut France24, PM Solberg yang didukung oleh partai konservatif, mengakui hasil pemilihan dan akan segera mundur setelah delapan tahun berkuasa.
Dia mengatakan "saya ingin mengucapkan selamat kepada Jonas Gahr Store, yang sekarang tampaknya mendapatkan mayoritas yang jelas untuk perubahan pemerintahan."
Dari 169 kursi di Stortinget, parlemen Norwegia, lima partai oposisi sayap kiri diproyeksikan akan mendapatkan 100 kursi. Angka tersebut naik dari yang sebelumnya hanya meraih 81 kursi.
2. Pemerintahan baru yang lebih adil
Kemenangan sayap kiri yang sosialis akan membuat Jonas Gahr Store dapat menggantikan kepemimpinan panjang PM Solberg. Dengan Partai Buruh yang disebut partai terbesar di Norwegia, Store akan segera membentuk pemerintahan koalisi lanjutan dengan menjanjikan pemerintahan baru yang lebih adil.
Dilansir dari Reuters, Store mengatakan dalam pidatonya "dalam beberapa hari mendatang, saya akan mengundang para pemimpin semua partai yang menginginkan perubahan." Para pemimpin partai tersebut kemungkinan adalah Partai Tengah dan Kiri Sosialis.
Pemimpin Partai Buruh itu juga berjanji akan mengatasi ketidaksetaraan dengan cara memotong pajak untuk mereka yang memiliki penghasilan rendah dan menengah. Sebaliknya, dia akan menaikan tarif pajak untuk orang yang kaya.
Dengan proyeksi kemenangan dari koalisinya itu, menurut Associated Press, Store pada hari Senin mengatakan bahwa dia ingin berterima kasih kepada Solberg karena telah menjadi "perdana menteri yang baik."
3. Dilema kekayaan Norwegia
.jpg)
Norwegia adalah salah satu negara di Skandinavia yang tidak masuk keanggotaan blok Uni Eropa (UE). Negara itu adalah salah satu negara terkaya di dunia, dan juga negara yang memiliki hasil minyak bumi dan gas terbesar di Eropa.
Selama kampanye pemilu, fokus utama yang jadi pembahasan adalah isu transisi energi menuju Norwegia yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi energi fosil.
Padahal, sektor minyak menyumbang 14 persen PDB Norwegia dan mengambil 40 persen dari total nilai ekspor. Sektor minyak juga secara langsung mengakomodir sekitar 5 persen tenaga kerja atau sekitar 160.000 pegawai.
Di sisi lain, masyarakat Norwegia adalah salah satu konsumen di dunia yang paling sadar iklim. Sebagian besar pembelian mobil baru masyarakat tersebut adalah mobil listrik.
Pada awal tahun 2021 ini, The Guardian mencatat bahwa penjualan mobil baru di Norwegia telah didominasi mobil listrik dan mobil bertenaga fosil seperti bensin dan diesel telah kalah jauh. Bahkan Norwegia mencatatkan diri sebagai negara pertama yang penjualan mobil listriknya jauh lebih besar dari pada mobil bertenaga fosil.
Menanggapi isu transisi energi, dilansir Al Jazeera, Gahr Store sendiri juga telah menyerukan transisi bertahap untuk mengakhiri eksplorasi dan eksploitasi minyak. Dia juga mengatakan pemerintahannya akan fokus pada pengurangan emisi karbon sesuai dengan Perjanjian Paris 2015.