Pakar PBB Desak Badan Bantuan Gaza Bikinan AS-Israel Ditutup

- Lebih dari 1.000 warga Palestina terbunuh sejak GHF beroperasi
- GHF mendapat kritik keras karena gagal menyediakan bantuan yang memadai dan buruknya situasi keamanan di lokasi distribusi bantuannya.
- Jumlah warga Palestina yang meninggal akibat kelaparan atau kekurangan gizi kini telah mencapai 188 orang, termasuk 94 anak-anak.
Jakarta, IDN Times - Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Selasa (5/8/2025), menyerukan agar Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) segera dibubarkan. Mereka mengatakan bahwa bantuan yang disalurkan oleh lembaga swasta yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat (AS) ini dieksploitasi untuk agenda militer dan geopolitik yang terselubung.
“GHF adalah contoh yang sangat mengkhawatirkan tentang bagaimana bantuan kemanusiaan dapat dieksploitasi untuk agenda militer dan geopolitik terselubung, yang merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” kata para ahli dalam sebuah pernyataan bersama, seraya mendesak pengawasan internasional yang ketat dan tindakan segera di bawah naungan PBB.
“Menyebutnya ‘kemanusiaan’ hanya memperkuat kamuflase kemanusiaan Israel dan merupakan penghinaan terhadap misi dan standar kemanusiaan," tambah mereka, dikutip dari France24.
1. Lebih dari 1.000 warga Palestina terbunuh sejak GHF beroperasi
GHF mulai mendistribusikan bantuan makanan di Jalur Gaza pada Mei 2025, hampir tiga bulan setelah Israel menerapkan blokade bantuan di wilayah Palestina tersebut. Namun, lembaga ini mendapat kritik keras dari PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya karena gagal menyediakan bantuan yang memadai serta buruknya situasi keamanan di dan sekitar lokasi distribusi bantuannya.
Menurut PBB, sejak GHF mulai beroperasi, lebih dari 1.000 warga Palestina terbunuh saat mengantre bantuan. Sebagian besar dari mereka ditembak oleh pasukan Israel yang beroperasi di dekat lokasi distribusi GHF.
“Reputasi dan efektivitas bantuan kemanusiaan harus dipulihkan dengan membubarkan GHF, meminta pertanggungjawaban lembaga tersebut beserta para eksekutifnya, serta mengembalikan kendali pengelolaan dan distribusi bantuan penyelamat nyawa kepada aktor-aktor kemanusiaan yang berpengalaman dari PBB maupun masyarakat sipil," kata pelapor khusus tersebut.
2. GHF telah bagikan 1,76 juta kotak makanan
Pernyataan bersama ini ditandatangani oleh Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki sejak 1967, bersama 18 pelapor khusus lainnya, sejumlah pakar PBB dan anggota kelompok kerja PBB.
Pelapor khusus adalah pakar independen yang diberi mandat oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk melaporkan temuan mereka. Oleh karena itu, mereka tidak berbicara mewakili PBB.
Sementara itu, GHF menyatakan telah mendistribusikan lebih dari 1,76 juta kotak bahan makanan hingga saat ini.
“Kami terus meningkatkan operasi kami. Kami mendesak komunitas kemanusiaan internasional untuk bergabung dengan kami – kami memiliki skala dan kapasitas untuk memberikan lebih banyak bantuan kepada masyarakat Gaza," kata direktur eksekutif GHF John Acree, pada Senin.
3. 188 orang telah meninggal akibat kelaparan
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah warga Palestina yang meninggal akibat kelaparan atau kekurangan gizi kini telah mencapai 188 orang, termasuk 94 anak-anak, sejak perang meletus pada Oktober 2023. Sementara itu, rata-rata harian truk bantuan yang masuk ke Gaza hanya mencapai 85 truk. Padahal, menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), dibutuhkan minimal 600 truk per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar lebih dari 2 juta penduduk di wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Media Pemerintah Gaza mengungkapkan bahwa sebagian besar truk bantuan telah dijarah akibat kekacauan keamanan yang sengaja diciptakan oleh Israel.
Sejauh ini, upaya mediasi antara Israel dan Hamas untuk mencapai gencatan senjata di Gaza masih belum membuahkan hasil. Malah, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dilaporkan akan segera mengumumkan rencana untuk menduduki Jalur Gaza sepenuhnya.
Dalam pernyataan yang dirilis oleh kantornya pada Selasa, Netanyahu disebut telah menggelar pembahasan keamanan terbatas selama sekitar 3 jam. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Staf Militer Eyal Zamir memaparkan sejumlah opsi untuk melanjutkan kampanye militer di Gaza, dilansir dari Al Jazeera.