Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pekerja Kemanusiaan di Gaza Terancam Malnutrisi

ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • Masyarakat hidup dengan rasa lapar dan ketakutan.
  • IFRC menyatakan bahwa Gaza berada dalam situasi darurat.
  • Bantuan tidak sampai kepada masyarakat dengan aman ataupun dalam skala yang dibutuhkan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), pada Jumat (29/8/2025), memperingatkan bahwa malnutrisi turut menimpa pekerja kemanusiaan di Gaza, sehingga berisiko menghambat upaya penyelamatan nyawa di sana.

Organisasi kemanusiaan itu mengatakan bahwa para staf dan relawannya rela mempertaruhkan nyawa demi orang lain, meski mereka sendiri mengalami kelaparan dan berjuang untuk mendapatkan makanan.

“Banyak rekan kami yang kekurangan gizi dan lemah, hanya bertahan hidup dengan satu kali makan sehari. Kekurangan makanan memang membunuh lebih lambat, tetapi sama pastinya seperti bom. Pekerja kemanusiaan membutuhkan perlindungan dari segala ancaman terhadap mereka,” kata IFRC.

1. Masyarakat hidup dengan rasa lapar dan ketakutan

Saking tidak adanya makanan, seorang ibu tiga anak di Gaza bercerita bahwa dirinya terpaksa merebus air dengan dedaunan dan memberi tahu anak-anaknya bahwa itu adalah jus agar mereka mau meminumnya.

Sementara itu, seorang anggota staf Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengungkapkan bahwa di Gaza tidak ada perbedaan antara siang dan malam. Masyarakat terus-menerus hidup dalam ketakutan lantaran kematian dapat datang kapan saja.

“Tahukah kamu apa artinya terbiasa dengan rasa lapar? Bahwa makanan berubah menjadi sebuah mimpi. Kamu belajar untuk menghemat sepotong roti agar bisa bertahan sepanjang hari. Kamu meminta maaf kepada anak-anakmu karena satu-satunya yang bisa kamu berikan hanyalah: ‘Bersabarlah," tuturnya.

2. IFRC serukan tindakan segera untuk hentikan kelaparan

IFRC menyatakan bahwa Gaza berada dalam situasi darurat, sementara bantuan tidak sampai kepada masyarakat dengan aman ataupun dalam skala yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, mereka menyerukan tindakan segera guna mencegah kelaparan yang semakin parah.

“Deklarasi kelaparan bukan sekadar cerminan dari situasi mendesak—melainkan seruan tegas untuk bertindak. Setiap jam keterlambatan berarti lebih banyak nyawa yang hilang. Bencana ini harus dihentikan agar tidak semakin memburuk. Ini adalah bencana buatan manusia dan kegagalan kemanusiaan. Bantuan harus sampai ke Gaza. SEKARANG,” demikian bunyi pernyataan itu.

3. Malnutrisi di Gaza telah merenggut 332 nyawa

Dilansir dari Anadolu, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, pada Sabtu (30/8/2025), melaporkan bahwa 10 warga Palestina, termasuk tiga anak-anak, kembali meninggal akibat malnutrisi. Dengan demikian, jumlah korban jiwa akibat kelaparan dan malnutrisi di Gaza bertambah menjadi 332 orang, termasuk 124 anak-anak, sejak perang pecah pada Oktober 2023.

Menurut pemantau kelaparan global Integrated Food Security Phase Classification (IPC), kelaparan telah dikonfirmasi melanda wilayah administratif Gaza dan diperkirakan akan meluas hingga ke Deir al-Balah serta Khan Younis pada akhir September 2025.

IPC juga menyebutkan bahwa lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza mengalami kelaparan, keterpurukan, dan ancaman kematian. Sementara itu, sekitar 1,07 juta orang lainnya, lebih dari separuh populasi, menghadapi tingkat darurat kerawanan pangan akut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us