Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pelaku Pembunuhan atas Nama Gaza di Inggris Dipenjara Seumur Hidup

Ilustrasi Bendera Inggris. (pixabay.com/terimakasih0)
Ilustrasi Bendera Inggris. (pixabay.com/terimakasih0)
Intinya sih...
  • Ahmed Alid, pencari suaka asal Maroko, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan Terence Carney.
  • Alid terbukti bersalah melakukan serangan teror untuk menyebarkan ketakutan.
  • Alid membunuh sebagai balasan atas serangan Israel ke Gaza dan tidak setuju dengan konversi agama Nouri menjadi Kristen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ahmed Alid, seorang pencari suaka asal Maroko, telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan minimal 44 tahun atas kasus pembunuhan. Alid menikam Terence Carney, 70 tahun, hingga tewas pada 15 Oktober 2023 di Hartlepool, Inggris. Sebelumnya, ia juga sempat berupaya membunuh teman sekamarnya, Javed Nouri.

Melansir dari The Guardian pada Sabtu (18/5/2024), pengadilan memutuskan Alid terbukti bersalah melakukan serangan teror untuk menyebarkan ketakutan. 

"Anda berharap dapat menakut-nakuti rakyat Inggris dan merusak kebebasan yang mereka nikmati ketika membunuh Carney dalam serangan teroris," ucap hakim saat membacakan vonis.

1. Kronologi pembunuhan

Peristiwa bermula pada dini hari tanggal 15 Oktober, saat Alid membobol masuk ke kamar tidur Nouri, teman sekamarnya di asrama pencari suaka yang disediakan Kementerian Dalam Negeri. Alid berusaha membunuh Nouri yang sedang tidur, namun Nouri selamat dari serangan tersebut.

Setelah gagal membunuh Nouri, Alid pergi ke pusat kota Hartlepool. Di sana, dia kemudian menikam Carney, seorang pensiunan berusia 70 tahun yang sedang berjalan-jalan, hingga tewas.

Rekaman kamera pengawas menunjukkan Carney sempat berteriak meminta tolong saat Alid menyerangnya.

2. Motif balas dendam atas serangan Israel ke Gaza

Dalam wawancara dengan polisi, Alid mengaku melakukan pembunuhan sebagai balasan atas konflik antara Israel dan Hamas yang terjadi pada awal Oktober.

"Saya melakukan pembunuhan tersebut karena Israel telah membunuh anak-anak tak bersalah," ujar Alid kepada polisi.

Dia juga menyatakan tidak setuju dengan konversi agama Nouri menjadi Kristen. Setelah penangkapannya, Alid menyatakan bahwa menurutnya Tuhan tidak senang dengan orang yang murtad dan meninggalkan agamanya.

Patricia, istri Carney, mengatakan suaminya memang suka berjalan-jalan di pagi hari untuk menikmati suasana yang tenang. Sementara itu, Nouri mengaku sangat trauma dengan kejadian yang menimpanya. Dia merasa tidak lagi aman meskipun telah pindah ke Inggris yang dianggap sebagai negara yang lebih toleran.

"Saya memperkirakan akan ditangkap dan dibunuh di negara asal saya karena menjadi Kristen, tapi saya tidak menyangka akan diserang saat tidur di sini," ungkap Nouri, dilansir dari The Independent. 

3. Alid mengalami penyakit mental ringan

Atas perbuatannya, Alid didakwa dengan pasal terorisme. Semula dia berusaha menyangkal motif politik dan agama di balik serangannya, namun juri melihat adanya kebohongan dalam pernyataannya tersebut. Alid juga sempat mengancam akan membunuh lebih banyak orang jika memiliki senjata yang lebih banyak.

"Saya bersumpah demi Allah, jika saya memiliki senapan mesin dan lebih banyak senjata, saya akan membunuh lebih banyak korban," ujar Alid.

Laporan psikiatri menyebutkan Alid mengalami penyakit mental ringan yang memengaruhi penilaiannya karena berbagai tekanan yang dia alami. Namun hakim menilai hal tersebut hanya memberikan sedikit keringanan hukuman.

Pada akhirnya, Alid divonis penjara seumur hidup dengan minimal masa tahanan 44 tahun atas pembunuhan dan upaya pembunuhan yang dilakukannya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us