Pelindung Reaktor Nuklir Chernobyl Dihantam Drone Rusia

- Pesawat tak berawak Rusia menghantam pelindung radiasi di Chernobyl, Ukraina.
- Kerusakan signifikan terjadi pada fasilitas nuklir lama Chernobyl, tetapi tingkat radiasi tidak meningkat.
- Serangan Rusia di Chernobyl menyulitkan rencana perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh AS.
Jakarta, IDN Times – Sebuah pesawat tak berawak Rusia menghantam pelindung radiasi fasilitas nuklir lama Chernoby di Ukraina. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan, serangan itu membuat tempat itu terbakar, namun berhasil dipadamkan.
Zelenskyy mengunggah rekaman di X yang memperlihatkan kerusakan pada perisai raksasa yang terbuat dari beton dan baja. Perisai itu menutupi sisa-sisa reaktor yang kehilangan atapnya akibat ledakan.
"Jika kita bergerak 15 meter ke samping, maka akan terjadi kecelakaan radiasi," kata Hryhoriy Ishchenko, kepala badan pengelola zona terlarang Chernobyl pada Sabtu (15/2/2025), dilansir BBC.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) atau pengawas nuklir PBB, mengatakan bahwa timnya di lokasi tersebut mendengar ledakan besar sesaat sebelum pukul 2 pagi waktu setempat pada hari Jumat. Tak ada korban jiwa yang ditimbulkan.
Kecelakaan nuklir Chernobyl terjadi pada 1986 di perbatasan Ukraina dan Belarus. Ledakan reaktor nuklir ini memicu salah satu bencana radioaktif terbesar yang mengancam Eropa hingga saat ini.
1. Kondisi sudah kembali terkendali
Meskipun terjadi kerusakan yang signifikan di tempat tersebut, Zelensky mengatakan tingkat radiasi tidak meningkat. Layanan Darurat Ukraina juga mengatakan tingkat radiasi di area tersebut masih dalam batas normal.
Pada Jumat sore, kepala teknisi Chernobyl Oleksandr Tytarchuk mengatakan, tempat penampungan tersebut tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya setelah terjadinya kerusakan.
“Ada potensi risiko pelepasan zat radioaktif akibat tindakan tertentu yang mungkin terjadi di fasilitas penampungan lama,” kata Tytarchuk, dilansir CNN.
Namun, ia mengatakan bahwa situasi saat ini sudah terkendali. Ia menambahkan bahwa perbaikan mungkin memerlukan waktu dan upaya yang signifikan.
2. Putin dikecam atas tindakan gegabah Rusia

Simon Evans dari Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) sekaligus Kepala Dana Penampungan Chernobyl mengatakan bahwa serangan Rusia tersebut adalah tindakan yang gegabah. Fungsi pelindung untuk menampung radiasi nuklir membuat serangan terhadap fasilitas itu sangat rentan menimbulkan malapetaka.
”Perisai tersebut tidak pernah dibangun untuk menahan serangan pesawat tak berawak eksternal," katanya.
Evans menambahkan misi membangun tempat perlindungan tersebut merupakan kolaborasi terbesar di dunia dalam bidang keselamatan nuklir. Ada lebih dari 40 negara bekerja sama di dalamnya. Karena itu, Evans menyayangkan jika ada negara yang berusaha merusak kerja sama tersebut.
"Sejak dimulainya perang, sungguh tragis melihat kerja sama internasional dirusak oleh tindakan-tindakan yang gegabah," tambahnya.
Serangan itu juga mendapatkan kecaman dari Ukraina. Zelenskyy mengatakan, serangan tersebut menandai bahwa Rusia sama sekali tak berniat untuk memulai negosiasi damai dengan Ukraina yang dibantu oleh Amerika Serikat (AS).
3. Rusia klaim tak serang Chernobyl

Rusia mengklaim bahwa pihaknya sama sekali tak melancarkan serangan ke wilayah Chernobyl. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa serangan tersebut kemungkinan provokasi pihak lain di mana Moskow sama sekali tak berada di balik serangan itu.
"Kemungkinan besar, ini adalah provokasi lain. Ini adalah hal yang diketahui oleh rezim Kiev dan terkadang tidak ragu untuk melakukannya," kata Peskov kepada wartawan.
Rusia telah berulang kali dituduh oleh pejabat Ukraina dan IAEA karena mempertaruhkan insiden nuklir besar selama konflik. Selama pertempuran di dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia (ZNPP) pada awal 2022, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan setiap prinsip keselamatan nuklir telah dilanggar.
Serangan pada Jumat juga terjadi di tengah rencana perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi oleh AS. Pemerintah AS dijadwalkan bertemu dengan delegasi Rusia di Arab Saudi dalam waktu dekat.