Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemberontak Suriah Serang Kota Hama Usai Rebut Aleppo 

Sudut kota Daraa, Suriah. (unsplash.com/Mahmoud Sulaiman)

Jakarta, IDN Times - Kelompok pemberontak Suriah semakin memperkuat posisinya di provinsi Hama setelah berhasil merebut empat kota strategis pada Selasa (3/12/2024). Mereka kini membangun kekuatan hanya 10 kilometer dari pusat kota Hama. Kantor berita pemerintah Suriah melaporkan pertempuran sengit tengah berlangsung di kawasan tersebut.

Pasukan pemberontak, yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menguasai desa dan kota penting seperti Halfaya, Taybat al-Imam, Maardis, dan Soran.

Hama menjadi target strategis karena posisinya sebagai kota terbesar keempat di Suriah. Kota ini berada di jalur vital yang menghubungkan ibu kota Damaskus dengan wilayah-wilayah utara negara tersebut dan pelabuhan-pelabuhan penting, dilansir dari The Guardian.

1. Serangan udara Suriah-Rusia berusaha menghadang pemberontak

Pasukan gabungan Suriah dan Rusia melancarkan serangkaian serangan udara ke wilayah yang dikuasai pemberontak. Suriah juga mengerahkan armada tank dan kendaraan militer dalam jumlah masif ke arah Hama. Deretan panjang tank dan kendaraan tempur pemerintah dilaporkan terparkir di sepanjang jalan menuju kota tersebut.

Pasukan pemerintah Suriah mencatat satu keberhasilan dengan merebut kembali desa Khanaser yang sempat jatuh beberapa hari lalu. Desa ini memiliki nilai strategis karena berada di salah satu rute utama menuju Aleppo.

"Setelah Hama, kami akan menuju Homs, lalu ke Damaskus hingga seluruh Suriah akan dibebaskan kembali dengan izin Allah," ujar anggota HTS Abu Abdo al Hamawi, dilansir dari Associated Press.

Perkembangan ini menjadi tantangan terbesar bagi Presiden Bashar al-Assad dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2020, konflik relatif stabil setelah Assad berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah dengan dukungan Rusia dan Iran. Namun, kini ancaman meletusnya perang saudara kembali mencuat.

2. Iran dan Irak siap kirim bantuan militer ke Suriah

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan negaranya siap mengirim pasukan jika pemerintah Suriah meminta bantuan. Iran melihat meluasnya aktivitas kelompok bersenjata di Suriah bisa semakin mendestabilisasi kawasan.

Melansir Reuters, ratusan pejuang milisi pro-Iran dari Irak telah memasuki wilayah Suriah untuk mendukung pasukan pemerintah. Perdana Menteri Irak, Shia al-Sudani, menyatakan negaranya tidak akan berdiam diri melihat perkembangan di Suriah. Ia menilai serangan militer Israel terhadap pemerintah Suriah berkontribusi pada kemajuan pemberontak.

Turki, sebagai pendukung utama kelompok oposisi mendesak pemerintah Suriah, telah mengambil langkah diplomatis. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa pemerintah Suriah harus berunding dengan oposisi untuk mencegah situasi memburuk.

PBB menyuarakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kekerasan di Suriah barat laut. Badan tersebut melaporkan banyak insiden yang mengakibatkan korban sipil, terutama perempuan dan anak-anak dari serangan kedua belah pihak.

3. Rumah sakit Aleppo kewalahan tangani korban pertempuran

Hampir 50 ribu warga terpaksa mengungsi akibat pertempuran yang telah menewaskan ratusan orang sejak akhir November. Data Pertahanan Sipil Suriah menunjukkan serangan pasukan pemerintah di Idlib menewaskan 81 warga sipil, termasuk 34 anak-anak dan 12 perempuan, dilansir Al Jazeera.

WHO melaporkan sistem kesehatan Aleppo berada di ambang kolaps. Christina Bethke, perwakilan WHO di Suriah, menjelaskan rumah sakit rujukan dipenuhi pasien trauma dengan ribuan korban luka dalam empat hari terakhir. Tim medis bekerja tanpa henti menyelamatkan nyawa di tengah keterbatasan.

Norwegian Refugee Council (NRC) melaporkan beberapa wilayah di Suriah utara mengalami kekurangan makanan.

"Eskalasi terbaru di Suriah berisiko menyeret negara ini kembali ke masa-masa terkelam konflik yang berlangsung hampir 14 tahun," kata Direktur Regional Timur Tengah dan Afrika Utara NRC, Angelita Caredda.

Pertempuran juga merusak infrastruktur vital seperti fasilitas kesehatan, sekolah, dan pasar. Dari 42 rumah sakit yang beroperasi di Aleppo sebelum eskalasi, kini kurang dari delapan yang masih berfungsi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us