Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemimpin Anti-Taliban: Kami Maunya Dialog, tapi Siap Juga buat Perang!

Mantan Mujahidin memegang senjata untuk mendukung pasukan Afghanistan dalam perang mereka melawan Taliban, di pinggiran provinsi Herat, Afghanistan, Sabtu (10/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Jalil Ahmad.

Jakarta, IDN Times – Pemimpin salah satu gerakan perlawanan anti-Taliban, Ahmad Massoud, berharap bisa duduk bersama dan menggelar dialog damai dengan militan Islam yang telah menguasai Afghanistan. Walau begitu, Massoud mengklaim memiliki pasukan yang siap memerangi Taliban.

"Kami ingin membuat Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi," kata Massoud pada Minggu (22/8/2021), dikutip dari Reuters.

Adapun pasukan yang diklaim Massoud terdiri dari sisa-sisa tentara reguler dan mantan pasukan khusus dan milisi lokal. “Kami tidak ingin terjadi peperangan,” ujar dia, memperingatkan Taliban.

1. Tidak ingin Taliban dikuasai rezim totaliter

Ilustrasi Taliban (ANTARA FOTO/AFP/Noorullah Shirzada)

Komentar itu disampaikan Massoud setelah Taliban, melalui akun Twitter @alemara_ar, menyampaikan ratusan pejuang telah diberangkatkan menuju Panjshir, karena pejabat setempat menolak untuk menyerahkannya secara damai.

Massoud merupakan putra Ahmad Shah Massoud, salah satu pemimpin utama perlawanan anti-Soviet di Afghanistan pada 1980-an. Dia juga memperingatkan Taliban tentang kekuatan pasukannya jika mereka datang untuk menaklukkan wilayah lembah itu.

"Mereka ingin membela, mereka ingin bertarung, mereka ingin melawan rezim totaliter mana pun," ujar Massoud.

2. Simpang siur kabar konflik di Panjshir

Cuplikan suasana di wilayah yang dikuasai Taliban. twitter.com/pagossman

Ada beberapa ketidakpastian apakah operasi Taliban sudah dimulai atau belum. Seorang pejabat Taliban mengatakan, serangan telah diluncurkan di Panjshir.

Namun, ajudan Massoud mengatakan, tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan itu benar-benar memasuki kota dan tidak ada laporan pertempuran.

Satu-satunya konflik yang dikonfirmasi, sejak jatuh Kabul ke tangan Taliban pada Minggu (15/8/2021), yaitu pertempuran dengan pasukan anti-Taliban di tiga distrik di provinsi utara Baghlan, yang berbatasan dengan Panjshir.

Walau begitu, Massoud mengaku tidak mengorganisir operasi tersebut dan menilai tindakan yang dilakukan oleh milisi lokal sebagai reaksi yang bar-bar dan brutal.

3. Mengharapkan dukungan internasional jika terjadi konflik

Mantan Mujahidin memegang senjata untuk mendukung pasukan Afghanistan dalam perang mereka melawan Taliban, di pinggiran provinsi Herat, Afghanistan, Sabtu (10/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Jalil Ahmad.

Massoud berharap Taliban bisa membentuk pemerintahan yang inklusif dan mewakili semua kelompok etnis di Afghanistan. Dia juga mewanti-wanti masyarakat internasional agar tidak mengakui rezim totaliter, merujuk kepada Taliban.

Puing-puing kendaraan lapis baja Soviet yang masih memenuhi lembah menunjukkan betapa sulitnya Panjshir dikalahkan di masa lalu. Tetapi, pengamat mulai mempertanyakan apakah pasukan Massoud mampu bertahan lama tanpa dukungan dari luar.

Ajudan Massoud mengklaim berhasil mengumpulkan lebih dari 6.000 pasukan dari berbagai daerah, tidak hanya Panjshir. Mereka juga mengharapkan bantuan internasional jika situasi memaksa terjadinya kontak senjata.

"Ada banyak orang lain dari banyak provinsi lain yang mencari perlindungan di lembah Panjshir yang berdiri bersama kami dan yang tidak mau menerima identitas lain untuk Afghanistan," katanya, dikutip dari The Straits Times.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
Jihad Akbar
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us