Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penyakit Misterius di Kongo Tewaskan 143 Orang

ilustrasi bendera Republik Demokratik Kongo (Unsplash.com/aboodi vesakaran)
ilustrasi bendera Republik Demokratik Kongo (Unsplash.com/aboodi vesakaran)
Intinya sih...
  • Penyakit misterius di Kongo telah menewaskan 143 orang dan membuat 376 orang sakit, dengan gejala yang meliputi demam, sakit kepala, batuk dan pilek, kesulitan bernapas, dan anemia.
  • Ahli epidemiologi setempat mencatat bahwa perempuan dan anak-anak adalah yang paling serius terkena dampak penyakit misterius tersebut. Tim penyelidik dikerahkan untuk memberikan tanggapan yang cepat dan efektif.
  • Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengirim tim ke daerah terpencil untuk mengumpulkan sampel untuk penyelidikan laboratorium. Africa CDC juga ikut bekerja sama dengan pemerintah Kongo untuk melakukan penyelidikan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil gubernur provinsi Kwango di Republik Demokratik Kongo, Remy Saki, mengatakan bahwa penyakit misterius telah menewaskan 143 orang. Hingga Selasa (3/12/2024), Kementerian Kesehatan negara tersebut mengatakan penyakit itu juga membuat 376 orang sakit.

Menteri Kesehatan provinsi, Apollinaire Yumba, menjelaskan bahwa gejala penyakit misterius itu meliputi demam, sakit kepala, batuk dan pilek, kesulitan bernapas, dan anemia. Kematian yang dicatat, terjadi antara 10 November dan 25 November di zona kesehatan Panzi.

Penyelidikan telah dilakukan dan para ahli telah dikerahkan. Yumba mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan menghindari kontak dengan jenazah untuk menghindari kontaminasi.

1. Situasi yang sangat mengkhawatirkan

Ilustrasi penanganan pasien dalam ruang isolasi akibat virus menular. (Pixabay.com/bhossfeld)
Ilustrasi penanganan pasien dalam ruang isolasi akibat virus menular. (Pixabay.com/bhossfeld)

Ahli epidemiologi setempat mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak adalah yang paling serius terkena dampak penyakit misterius. Saat ini tim penyelidik telah dikerahkan untuk memberikan tanggapan yang cepat dan efektif.

Dilansir Sky News, tujuan tim tersebut akan mengumpulkan sampel dan melakukan analisis untuk mencoba mengidentifikasi penyakit.

Pemimpin masyarakat sipil Cephorien Manzanza, mengatakan situasi tersebut saat ini sangat mengkhawatirkan.

"Panzi adalah zona kesehatan pedesaan, jadi ada masalah dengan pasokan obat-obatan," ujarnya.

2. Masyarakat disarankan untuk menghindari pertemuan massal

Mereka yang sakit diperkirakan meninggal di rumah karena kurangnya perawatan. Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa jenazah tidak boleh ditangani tanpa keterlibatan pihak berwenang.

Dikutip NBC News, kementerian tersebut juga mengatakan bahwa penyakit itu masih belum diketahui asal-usulnya.

Selain itu, mereka juga meminta kepada masyarakat untuk melaporkan penyakit yang mencurigakan atau kematian yang tidak biasa. Masyarakat disarankan untuk menghindari pertemuan massal dan mematuhi aturan dasar kebersihan, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun.

3. WHO dan Africa CDC ikut turun ke lapangan untuk penyelidikan

ilustrasi (Unsplash.com/CDC)
ilustrasi (Unsplash.com/CDC)

Sementara ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengetahui laporan itu. Tim mereka juga sedang bekerja sama dengan otoritas setempat.

"Kami telah mengirim tim ke daerah terpencil untuk mengumpulkan sampel untuk penyelidikan laboratorium," kata juru bicara Tarik Jasarevic.

Dilansir Euronews, Africa Centres for Disease Control and Prevention (Africa CDC) juga ikut bekerja sama dengan pemerintah Kongo untuk melakukan penyelidikan.

Selain penyakit misterius saat ini, Kongo juga menjadi negara yang dilanda wabah cacar monyet atau Mpox. Negara itu telah menghadapi wabah Mpox selama lebih dari setahun. Pada 2024, diduga ada lebih dari 47 ribu kasus dan menyebabkan lebih dari 1.000 kematian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us