Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pertama sejak Gencatan Senjata, Israel Kembali Serang Beirut

bendera Lebanon. (unsplash.com/Charbel Karam)
bendera Lebanon. (unsplash.com/Charbel Karam)
Intinya sih...
  • Israel melakukan serangan udara ke Beirut selatan untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata dengan Hizbullah pada November 2024.
  • Target serangan adalah fasilitas penyimpanan drone milik Unit Udara Hizbullah di area Dahiyeh, Israel mengeluarkan peringatan evakuasi sebelum menyerang.
  • Israel menuduh Hizbullah menempatkan infrastruktur mereka di tengah-tengah populasi sipil Lebanon, dan mempertahankan kehadiran militer di lima lokasi di Lebanon selatan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Israel melakukan serangan udara ke Beirut selatan pada Jumat (28/3/2025) untuk pertama kalinya sejak gencatan senjata dengan Hizbullah pada November 2024. Serangan ini terjadi setelah Israel mengklaim ada dua roket yang ditembakkan dari Lebanon menuju wilayah utara Israel.

Militer Israel mengumumkan target serangan adalah fasilitas penyimpanan drone milik Unit Udara Hizbullah (Unit 127) di area Dahiyeh. Sebelum serangan, Israel mengeluarkan peringatan evakuasi kepada penduduk di kawasan tersebut.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pihaknya tidak akan membiarkan Lebanon menyerang wilayahnya. 

"Kami akan terus menegakkan gencatan senjata dengan tegas. Kami siap menyerang seluruh wilayah Lebanon jika ada ancaman terhadap Israel dan memastikan warga kami di utara bisa pulang dengan aman," ujar Netanyahu dilansir The Guardian. 

1. Israel keluarkan peringatan evakuasi sebelum serangan

Israel mengeluarkan peringatan evakuasi beberapa saat sebelum menyerang Beirut selatan. Militer Israel mengunggah peta di media sosial dengan menandai bangunan target dan meminta penduduk untuk mengevakuasi diri minimal 300 meter dari lokasi.

Peringatan ini membuat warga setempat panik dan berusaha melarikan diri dari kawasan tersebut. Pemerintah Lebanon bahkan menghentikan kegiatan belajar pada Jumat itu setelah perintah evakuasi dari Israel.

Israel menuduh Hizbullah secara sengaja menempatkan infrastruktur mereka di tengah-tengah populasi sipil Lebanon. Selain serangan di Beirut, Israel juga menyerang beberapa lokasi di Lebanon selatan pada hari yang sama.

Serangan di Kota Kfar Tebnit di Provinsi Nabatiyeh menewaskan tiga orang, termasuk seorang perempuan. Selain korban tewas, 18 orang lainnya, termasuk 6 anak-anak dan 8 perempuan mengalami luka-luka.

2. Israel-Lebanon saling tuduh melanggar gencatan senjata

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan tidak akan membiarkan Lebanon mengganggu keamanan wilayahnya.

"Jika tidak ada kedamaian di Kiryat Shmona dan komunitas Galilea, tidak akan ada kedamaian di Beirut," ujar Katz, dikutip dari CNN.

Presiden Lebanon Joseph Aoun, yang saat itu berada di Paris, mengecam serangan Israel.

"Serangan Israel di wilayah selatan dan ancaman mereka adalah bukti bahwa Israel melanggar perjanjian damai yang difasilitasi Prancis dan AS," kata Aoun dikutip Al Jazeera

Tentara Lebanon mengklaim telah menemukan lokasi peluncuran roket yang bisa ditembakkan ke Israel dan mulai melakukan investigasi. Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memerintahkan tentara untuk segera mengidentifikasi dan menangkap pelaku penembakan roket tersebut.

Sementara itu, Hizbullah membantah bahwa mereka menembak roket ke wilayah Israel. Menurut mereka, Israel hanya mencari alasan untuk menyerang Lebanon.

3. Prancis turut kecam serangan Israel

Presiden Prancis Emmanuel Macron turut mengecam serangan Israel ke Beirut selatan. Macron berjanji akan membahas hal ini dengan PM Israel dan Presiden AS Donald Trump.

Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada 27 November 2024 telah mengakhiri lebih dari 13 bulan konflik. Perjanjian ini berhasil mengurangi kekerasan di perbatasan kedua negara.

Namun, Israel tetap melakukan serangan hampir setiap hari di Lebanon selatan. Mereka beralasan serangan bertujuan untuk mencegah Hizbullah mempersenjatai kembali pasukan mereka.

Menurut kesepakatan yang dimediasi AS dan Prancis, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan. Namun faktanya, Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima lokasi di Lebanon selatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us