Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pilpres AS 2020, 5 Negara Bagian Ini Jadi Penentu Siapa Presiden

Joe Biden saat menyampaikan jawaban dalam Debat Calon Presiden Amerika Serikat pada Kamis, 22 Oktober 2020 (Twitter.com/JoeBiden)

Jakarta, IDN Times – Sebelum hari pemilihan umum AS digelar, pada tanggal 3 November 2020, Joe Biden unggul di berbagai jajak pendapat. Kandidat calon presiden dari Partai Demokrat itu melaju di depan perolehan suara petahana, kandidat capres Partai Republik, Donald J. Trump.

Meningkatnya dukungan kepada Biden akibat naiknya minat warga AS untuk menggunakan hal pilihnya. Diperkirakan ada 150-160 juta warga menggunakan hak pilih dalam pemilu yang juga memilih presiden AS untuk periode empat tahun ke depan.

Jajak pendapat yang dilakukan New York Times dan Siena College, misalnya, menunjukkan Biden mengungguli Trump di negara bagian Wisconsin, Pennsylvania dan juga Florida dan Arizona. Dua negara bagian terakhir sebelumnya selalu dimenangi kandidat Republik. Biden unggul lumayan di Wisconsin, dengan 52 persen suara melawan 41 persen untuk Trump.

Harap diingat, memenangi suara populer belum tentu jadi presiden AS. Yang menentukan adalah perolehan suara elektoral, minimal 270 dari 538 suara elektoral yang diperebutkan.
Lima negara bagian akan menentukan siapa yang melaju ke Gedung Putih pada Januari 2021, yaitu Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Georgia dan Florida.

Meskipun unggul dalam jajak pendapat sebelum hari-H, pihak Demokrat masih khawatir terjadi pengulangan pilpres 2016 ketika Trump yang kalah suara populer dibandingkan dengan Hillary Clinton, malah unggul di suara elektoral.

Saat itu Trump berhasil membalikkan negara bagian kunci yang biasanya memilih kandidat Demokrat, alias “negara bagian biru” menjadi “negara bagian merah”, atau memilih Trump yang dari Partai Republik. Ini terjadi di Michigan, Wisconsin dan Pennsylvania, yang masing-masing memiliki 16, 10 dan 20 suara elektoral.

Bagaimana peta politik di lima negara bagian yang dianggap jadi kunci di Pilpres AS 2020?

1. Pennsylvania

Pennsylvania (Brand USA Photo, Website/https://kr.usembassy.gov/)

Kandidat capres Joe Biden lahir di Scranton, di wilayah negara bagian ini. Pemilih yang tinggal di Philadelphia dan Pittsburgh, dua kota besar di Penn, cenderung mendukung Partai Demokrat, terutama dari pemilih di kelas pekerja berkulit putih. Mereka yang tinggal di area pedesaan atau pinggiran kota cenderung ke Republik.

Pada tahun 1984, Ronald Reagan menang di 49 negara bagian, termasuk di sini. Sebuah fenomena yang disebut “Reagan Democrat”. Situasi ini diteruskan oleh George H.W Bush Sr, yang berkuasa selama satu periode.

Namun, sejak era Presiden Bill Clinton pada tahun 1992 sampai Barack Obama tahun 2012, Demokrat menang cukup banyak, lagi-lagi didukung kelas pekerja kulit putih.

Trump mengubah situasi, dengan menang banyak di pinggiran yang banyak dihuni masyarakat yang konservatif. “Di pinggiran juga banyak warga kulit putih yang kurang berpendidikan, mereka memilih Trump,” kata Didi Prambadi, kepada IDN Times (4/11/2020). Didi adalah jurnalis senior yang sejak 20 tahun terakhir tinggal di Philadelphia, mendirikan laman IndonesiaLantern.com.

Kemenangan Trump juga didukung oleh kekesalan banyak warga yang kehilangan penghasilan akibat menurunnya kegiatan industri menurun, bahkan banyak yang ditutup.
Arah pilihan suara elektoral dari Pennsylvania dianggap bisa menentukan siapa yang jadi presiden.

LamanFiveThirtyEight membuat analisa bahwa Penn memiliki 31 persen faktor penentu bagi kedua kandidat di Pilpres 2020. “Begitu pentingnya Penn, sehingga jika Trump berhasil menang di sini, dia punya kans 84 persen untuk jadi presiden, sementara jika Biden yang menang, dia punya kans 96 persen jadi presiden,” demikian analisa tim laman itu.

2. Michigan

Michigan (Website/https://www.michigan.gov/)

Negara bagian ini memiliki dinamika yang sama seperti Pennsylvania, terutama peran dari kelas pekerja kulit putih pendukung Reagan pindah haluan dari Republik ke Demokrat.

Parpol yang cenderung ke liberal ini menguasai Michigan dari Pilpres 1992 sampai 2012, kemudian kembali ke pangkuan Republik tahun 2016.

3. Wisconsin

Wisconsin (Website/https://www.britannica.com/)

Tahun 2016, Trump menjadi kandidat presiden dari Republik yang untuk pertama kalinya berhasil menang di Wisconsin, sejak kemenangan telak Presiden Ronald Reagan tahun 1984. Lagi-lagi, kelas menengah, pekerja, kulit putih yang sebelumnya memilih Demokrat, pindah hati ke Trump.

Bisa dikatakan, secara umum di AS, basis pemilih Republik ada di daerah pedesaan, sedangkan Demokrat punya basis kuat di perkotaan, termasuk di Milwaukee yang dikenal sebagai kota pendidikan yang liberal, serta ibu kota Madison.

4. Georgia

Georgia (Website/https://www.govtech.com/)

Belum ada kandidat Partai Demokrat yang menang pilpres di negara bagian ini sejak kemenangan Bill Clinton tahun 1992.

Tapi, dominasi Partai Republik, yang juga disebut Grand Old Party (GOP), menurun. Kandidat dari Partai Demokrat menyalip dalam laga merebut kursi kongres dalam pemilu sela tahun 2018.

Jumlah pemilih muda dan minoritas di Georgia bertambah pesat dalam dekade terakhir. “Pergerakan demografi tidak menguntungkan kami,” kata senator dari Partai Repulik, yang saat ini mewakili Georgia, David Perdue, bulan April 2020. Georgia memiliki 16 suara elektoral.

5. Florida

Florida (Website/https://convergegov.com/florida/)

Negara bagian ini memiliki populasi ketiga terbesar di AS, dengan 29 suara elektoral. Florida menjadi penentu pemenang pilpres sejak 1996. Namun, status ini sempat terganggu pada pilpres 2000, saat itu Florida memegang 25 suara elektoral. Sempat ada sengketa suara yang akhirnya harus diputuskan di Mahkamah Agung, untuk kemenangan George W. Bush.

Populasi Florida bertambah pesat dalam dekade terakhir, dengan datangnya pensiunan kulit putih dan imigran Amerika Latin ke negara bagian yang disebut “Sunshine State” itu. Pada pilpres 2016, hasil jajak pendapat setelah memilih (exit poll), dua pertiga pemilih kulit putih mengatakan kepada kantor berita AP, bahwa mereka memilih Trump.

Saat itu Trump juga dapat suara banyak dari populasi imigran Kuba yang melarikan diri dari negaranya untuk hindari rezim komunisnya Fidel Castro.

Trump dan Biden berjuang keras meyakinkan pemilih di negara bagian kunci ini, dengan datang langsung berkampanye di sana.

Didi Prambadi mengatakan, rakyat AS saat ini dikepung kekhawatiran akan munculnya kerusuhan dengan kekerasan, siapa pun yang menang pilpres. “Kedua kubu pendukung membentuk milisi, dan siap dengan senjata. Saya belum pernah melihat situasi separah ini selama tinggal di AS,” ujar Didi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
Jumawan Syahrudin
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us