Pilpres AS 2020, Sejumlah Warga Dibombardir Telepon Misterius

Jakarta, IDN Times – Pemilih di sejumlah negara bagian di AS mengaku menerima telepon misterius yang disuarakan oleh mesin, yang mendesak agar mereka tidak memilih dalam pemilihan umum yang digelar Selasa, 3 November 2020. Telepon itu menyarankan warga untuk tetap di rumah saja. Alasan yang disampaikan beragam, dan menurut laporan yang masuk alasan itu palsu.
Saat tempat pemungutan suara dibuka, pada Selasa pagi Pukul 07.00 waktu setempat, puluhan juta warga AS menjalankan hak pilihnya secara langsung. Sebelum hari pemilu, diperkirakan 100 juta pemilih sudah mengirimkan suara lewat surat.
Pemilu 2020 yang juga akan memilih Presiden dan Wakil Presiden, diperkirakan diikuti oleh lebih dari 150 juta pemilih, dari sekitar 230 juta orang yang memiliki hak pilih. Jumlah ini rekor terbanyak sejak pemilu 1908 di negeri itu.
1. Pengawas pemilu AS dapat laporan soal telepon misterius dari pejabat parpol

Para pejabat yang mengawasi jalannya pemilu AS mendapatkan laporan soal adanya telepon misterius itu dari perwakilan partai politik. Secara tradisional, dalam Pilpres AS, yang bertarung adalah kandidat dari Partai Republik dan Partai Demokrat.
Pada Pilpres AS 2020, petahana Presiden Donald J. Trump mewakili Partai Republik, melawan Joe Biden kandidat dari Partai Demokrat.
Laman Global News memuat pernyataan Christopher Krebs, juru bicara di departemen dalam negeri AS yang mengawasi jalannya keamanan dalam pemilu ini. Dalam jumpa pers, Krebs mengatakan proses masih berjalan. “Mungkin saja ada aktivitas yang mencoba untuk mencampuri atau merusak kepercayaan terhadap pemilu ini.”
2. Pilpres AS sejak awal rawan dicampuri oleh negara asing

Kekhawatiran akan campur tangan pihak asing yang mengganggu integritas pemilu di AS menguat berdasarkan pengalaman pilpres 2016. Saat itu, sejumlah peretas internet dari Rusia membobol alamat puluhan ribu surat elektronik pemilih AS, untuk mengarahkan warga memilih Trump.
Melihat antusiasme pemilih, yang ditunjukkan oleh jumlah kertas suara yang sudah dikirimkan sebelum hari pemilu (early voting), tampaknya upaya membujuk warga agar tidak memilih, kali ini kurang berhasil.
Kubu Joe Biden-Kamala Harris yang didukung oleh Presiden Barack Obama dan Michele Obama serta sejumlah figur publik, gencar mengajak warga AS untuk memilih, termasuk memilih sesegera mungkin sebelum hari-H.
Sementara Trump, sejak awal melontarkan keraguannya akan pengiriman suara lewat surat.
Pejabat keamanan dalam negeri AS, Chad Wolf, mengatakan, “Kami belum mendapatkan indikasi bahwa pihak asing berhasil mempengaruhi dan memanipulasi data suara pemilih di pemilu kali ini.”
3. Telepon misterius meningkat jumlahnya di sejumlah swing states

Laporan yang masuk ke petugas partai menunjukkan kenaikan jumlah telepon misterius di swing states, negara bagian yang biasanya baru menentukan pilihannya saat hari pemilu, termasuk di Iowa, Pennsylvania, Michigan dan Florida.
“Kami menerima laporan bahwa sejumlah telepon robot menyasar warga Flint, yang mengatakan bahwa karena antrean yang panjang, mereka sebaiknya menggunakan hak suara besok,” kata jaksa negara bagian Michigan, Dana Nessel, lewat akun Twitter-nya (3/11/2020). “Tentu saja itu salah dan ini upaya untuk menghalangi penggunaan hak pilih,” katanya.
4. Pemilu AS juga alami masalah teknis, sistem terganggu

Sistem pemilu di Spalding County, Georgia, dikabarkan alami gangguan, tidak berfungsi. Reuters melaporkan, pengawas pemilu setempat, Marcia Ridley menyampaikan hal itu kepada media lokal.
Media melaporkan bahwa tambahan surat suara juga dikirimkan ke TPS-TPS yang kekurangan kertas suara sehingga warga bisa menjalankan hak pilihnya.
Soal sistem yang alami gangguan, Krebs mengatakan, "Tampaknya terjadi masalah tipikal dalam teknologi. Malfungsi.”
Menurutnya, masalah teknis sudah diperkirakan sebelumnya. Dia membantah beredarnya rumor berkaitan dengan gangguan sistem itu. “Ingat, kadang-kadang teknologi alami kegagalan, dan bisa rusak,” kata dia.
5. Joe Biden ancam pihak-pihak yang ingin intervensi Pilpres AS

Dalam debat capres, Joe Biden melontarkan ancamannya. “Saya ingin menyampaikan secara jelas bahwa negara mana pun, tidak peduli negara mana pun, yang intervensi pemilu di AS akan membayar mahal,” ancam Biden.
Dia menggarisbawahi akan memberikan sanksi kepada pihak yang mengintervensi pemilu AS jika dirinya terpilih sebagai presiden pada pemilu 3 November 2020.
Biden secara spesifik merujuk kepada intervensi oleh pihak Tiongkok, Rusia dan Iran. "Mereka intervensi kedaulatan Amerika. Itu yang terjadi,” kata Biden.