PM Yunani Bertemu Erdogan, Upaya Selesaikan Masalah Bilateral

Jakarta, IDN Times - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjamu Perdana Menteri (PM) Yunani Kyriakos Mitsotakis di Ankara pada Senin (13/5/2024). Keduanya terlihat saling berjabat tangan dan berfoto di depan bendera kedua negara.
Turki dan Yunani telah terlibat ketegangan terkait beberapa masalah. Di antaranya adalah perbatasan maritim, sumber daya energi di Mediterania timur, penerbangan di atas Laut Aegea serta imigrasi.
Kedua negara meski sama-sama anggota NATO, juga disebut merupakan musuh bersejarah. Namun dalam pertemuan tersebut, Erdogan mengatakan bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, ujarnya, dikutip Reuters.
1. Membangun kerja sama ekonomi untuk meningkatkan hubungan bilateral

Dalam pernyataan bersama, kedua pemimpin itu mengatakan bertemu dalam semangat niat baik dan kerja sama. Erdogan menilai bahwa keharmonisan hubungan bilateral dapat memberi kontribusi signifikan terhadap peningkatan stabilitas di kawasan.
Dilansir Anadolu, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, kedua pemimpin itu meninjau kemajuan hasil kerja sama pada Desember 2023 untuk meningkatkan langkah positif membangun kepercayaan.
Kementerian juga mengatakan, para pemimpin menyambut baik kemajuan tersebut dan menggarisbawahi pentingnya membangun kerja sama ekonomi sebagai bagian penting hubungan bilateral.
"Dalam konteks ini, kedua belah pihak juga menyambut baik pembentukan Dewan Bisnis Turki-Yunani, yang akan mendorong kerja sama bisnis berdasarkan sektor-sektor yang spesifik dan tepat sasaran, serta menegaskan kembali komitmen mereka untuk melipatgandakan volume perdagangan kedua negara," jelas Kementerian.
2. Dialog dan saling pengertian
Turki dan Yunani telah bertahun-tahun mengalami ketegangan, bahkan berada diambang konflik. Tapi langkah-langkah diambil untuk memperbaiki hubungan, terutama sejak Erdogan dan Mitsotakis terpilih kembali tahun lalu.
"Meskipun ada perbedaan pendapat, kami fokus pada agenda positif dengan menjaga saluran dialog tetap terbuka," kata Erdogan, dikutip Reuters.
Di sisi lain, Mitsotakis mengatakan pertemuan yang sering dilakukan dalam beberapa bulan terakhir telah membuktikan dapat membangun pendekatan saling pengertian dalam kehidupan bertetangga.
"Hari ini kami menunjukkan bahwa di samping ketidaksepakatan kami yang terbukti, kami dapat memetakan halaman kesepakatan yang paralel," ujarnya.
3. Membahas perang di Gaza, berbeda penilaian soal Hamas

Selain upaya untuk memperbaiki hubungan, kedua pemimpin tersebut juga membicarakan masalah perang di Gaza. Keduanya sepakat bahwa gencatan senjata jangka panjang diperlukan.
Dilansir Al Jazeera, tapi kedua pemimpin tersebut berbeda pendapat mengenai status kelompok Hamas yang memerintah Gaza.
Presiden Turki mengaku sedih dengan sikap Athena yang menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Dia menjelaskan bahwa Hamas adalah gerakan perlawanan.
"Mari kita setuju untuk tidak setuju," kata Mitsotakis menanggapi.
Hamas secara keseluruhan atau sayap militernya, Brigade al-Qassam, ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Mesir dan Jepang.