Polandia: 50 Persen Migran Ilegal Berkurang karena Zona Penyangga

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Polandia, pada Jumat (5/7/2024), mengklaim bahwa buffer zone atau zona penyangga di perbatasan Belarus ampuh dalam mengadang masuknya migran ilegal. Pihaknya menyebut xterdapat pengurangan upaya migran untuk masuk ke teritori Polandia.
Dalam beberapa bulan terakhir, Polandia tengah dihadapkan pada krisis migrasi imbas masuknya migran Timur Tengah lewat teritori Belarus. Warsawa pun sudah meminta bantuan Uni Eropa (UE) dan negara-negara lain untuk ikut mengamankan perbatasannya.
1. Sukses kurangi percobaan migran melintas hingga 50 persen
Juru Bicara Penjaga Perbatasan Polandia, Katarzyna Zdanowicz, mengumumkan bahwa implementasi zona penyangga di perbatasan Belarus sukses mengurangi 50 persen percobaan migran melintas secara ilegal.
"Zona penyangga di perbatasan ini sudah beroperasi selama 3 pekan dan kami sudah melihat hasil positif dari penerapannya. Terlihat sudah ada pengurangan dalam percobaan migran melintas perbatasan Polandia," tutur Zdanowicz, dikutip TVP World.
"Data menunjukkan bahwa dalam 3 pekan terakhir ada 1.700 percobaan untuk melintas perbatasan. Jumlah ini menurun signifikan dibanding sebelumnya yang mencapai 3.900 upaya dalam periode yang sama sebelum implementasi. Ini bukti bahwa ada pengurangan lebih dari 50 persen," tambahnya.
Ia menambahkan, awalnya ada sekitar 150 percobaan melintasi perbatasan ketika zona tersebut sedang dibangun. Namun, jumlah itu berkurang hingga hanya 20 percobaan dalam sehari.
2. Mendapat penolakan dari organisasi penegak HAM
Helsinki Foundation for Human Rights (HFPC) mempublikasikan surat terbuka bersama organisasi penegak hak asasi manusia (HAM) lainnya soal ilegalitas dari zona penyangga tersebut.
"Kami melihat tidak adanya hubungan antara keamanan dari petugas keamanan dan penduduk lokal dan zona penyangga. Maka, tidak mungkin kami menganggap pendirian zona penyangga sesuai dengan standar demokrasi dan sesuai dengan prinsip menguntungkan dan proporsional dalam membatasi kebebasan," ucapnya.
Mereka mengungkapkan bahwa pendirian zona penyangga bukanlah langkah pantas dalam mengontrol migrasi, karena ini membahayakan nyawa orang yang melintas perbatasan. Banyak di antara orang tersebut adalah pengungsi yang punya hak untuk mencari suaka di bawah hukum internasional.
3. Polandia minta bantuan Jerman, Yunani, dan Finlandia

Pada Kamis (4/7/2024), Polandia menyatakan harapannya agar Finlandia, Jerman, dan Yunani mengirimkan petugas penjaga perbatasan dan aparat kepolisian untuk membantu berpatroli di perbatasan Belarus.
"Persiapan sudah dilakukan dan negara-negara tersebut sangat berpengalaman dalam menjaga perbatasan, terutama, contohnya Yunani yang punya segudang pengalaman yang dapat berguna bagi kami," ungkapnya, dilansir Reuters.
Namun, dalam konfirmasinya, Polandia belum meminta bantuan secara resmi kepadanya untuk berpatroli di perbatasan Belarus.
Sementara itu, Badan Penjaga Perbatasan Uni Eropa (Frontex) mengatakan jumlah orang yang berusaha melintas masuk ke Uni Eropa di perbatasan sisi timur naik dua kali lipat dalam 5 bulan terakhir di tahun 2024.