Prancis Akhirnya Hubungkan Reaktor Nuklir ke Jaringan Listrik

Jakarta, IDN Times - Prancis menghubungkan reaktor tenaga nuklir terbesarnya Flamanville 3 ke jaringan listriknya pada Sabtu (21/12/2024). Kehadiran reaktor tersebut telah lama dinanti yang pembangunannya mengalami berbagai hambatan.
Saat ini, pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan sekitar tiga perlima dari produksi listrik Prancis. Pemerintah telah berencana menambah pembangkit listrik serupa.
1. Reaktor pertama yang terhubung listrik sejak 1999
.jpg)
Reaktor Flamanville 3 dibuat dengan desain European Pressurised Reactor (ERP), dan merupakan reaktor terbesar di Prancis dengan kapasitas 1,6 gigawatt. Flamanville 3 juga salah satu reaktor terbesar di dunia, bersama dengan Taishan di China dengan kapasitas 1,75 gigawatt dan Olkiluoto di Finlandia.
"Tim EDF telah berhasil menghubungkan EPR Flamanville ke jaringan listrik nasional pada pukul 11.48 pagi. Reaktor tersebut kini menghasilkan listrik," kata EDF, perusahaan listrik negara dikutip dari Reuters.
Reaktor tersebut adalah yang pertama yang terhubung ke jaringan listrik sejak Civaux 2 pada 1999. Kehadiran pembangkit listrik baru ini diharapkan dapat membantu mengatasi negara yang mengekspor listrik dalam jumlah terbesar tahun ini.
2. Anggaran pembangunan reaktor melonjak

Pembangunan reaktor Flamanville dimulai pada 2007, tapi penyelesaiannya tertunda 12 tahun dari jadwal karena mengalami sejumlah kendala teknis. Hambatan itu mengakibatkan biaya proyek melonjak menjadi sekitar 13,2 miliar euro (Rp222,5 triliun), empat kali lipat dari estimasi awal sebesar 3,3 miliar euro (Rp55,6 triliun), dilansir dari France 24.
Pengaktifan operasi dimulai pada 3 September, tetapi harus dihentikan pada hari berikutnya karena penutupan otomatis. Pengaktifan dilanjutkan beberapa hari kemudian. Pembangkitan listrik perlu ditingkatkan secara bertahap agar dapat dihubungkan ke jaringan listrik.
EDF menyampaikan pengoperasian reaktor merupakan hal yang rumit, dan daya yang dihasilkan akan ditandai dengan tingkat berbeda hingga musim panas 2025, yang merupakan fase pengujian selama berbulan-bulan.
Pembangkit listrik itu akan ditutup selama pemeriksaan lengkap sekitar 250 hari, yang diperkirakan pada musim semi 2026.
3. Prancis ingin tambah reaktor nuklir

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengapresiasi pengoperasian reaktor tersebut, yang dianggapnya akan membantu melindungi iklim karena menghasilkan energi rendah karbon.
Macron telah memutuskan untuk meningkatkan listrik dari tenaga nuklir guna memperkuat keberlanjutan energi dengan rencana membangun enam reaktor generasi baru dan mengajukan opsi untuk delapan reaktor lagi. Pendanaan dan jadwal proyek tersebut masih belum disampaikan.
Pada 2022, ia menyerukan kebangkitan bagi industri nuklir negara itu untuk beralih dari bahan bakar fosil.
"Apa yang harus kita bangun hari ini adalah kebangkitan industri nuklir Prancis karena ini adalah momen yang tepat, karena ini adalah hal yang tepat bagi negara kita, karena semuanya sudah siap," kata Macron saat itu.