Presiden Bulgaria Sebut Ukraina Tidak Bisa Menang Melawan Rusia

Jakarta, IDN Times - Presiden Bulgaria, Rumen Radev, pada Senin (20/5/2024), menyebut bahwa Ukraina tidak akan mampu menang melawan Rusia. Ia menambahkan bahwa situasi perang antara kedua negara yang berkepanjangan dapat membahayakan seluruh Benua Eropa.
Radev selama ini dipandang sebagai sosok pemimpin pro-Rusia karena menolak pengiriman bantuan militer ke Ukraina di awal perang. Meskipun demikian, Bulgaria akhirnya bersedia mengirimkan bantuan militer dan bersiap mengirimkan bantuan tambahan.
1. Sebut kelanjutan perang Rusia-Ukraina sangat berbahaya
Radev mengklaim bahwa keberlanjutan perang antara Ukraina dan Rusia sangat berbahaya bagi seluruh pihak di Eropa. Ia menyebut tidak ada pihak yang diuntungkan dari perang tersebut.
"Setiap hari, kelanjutan perang ini sudah merusak Ukraina, Rusia, dan kami semua. Ini tidak tidak bisa dipungkiri akan berdampak pada semua pemilu di Eropa, Amerika Serikat (AS), dan seluruh dunia. Kami akan memilih ini dan pemilu ke depan berada di antara perang dan perdamaian. Semua warga wajib paham ini," terang Radev, dilansir Euractiv.
"Ini tidak dapat diterima melihat situasi keberlanjutan perang dan melihat tidak mungkinnya Ukraina memenangkan perang melawan Rusia adalah satu-satunya solusi dalam mengatasi semua ini," sambungnya.
Ia menambahkan bahwa sangat berbahaya jika seseorang punya ambisi terus memperpanjang jalannya perang Rusia-Ukraina yang berpotensi menyeret seluruh negara di Eropa.
2. Klaim semua pihak rugi dalam perang di Ukraina

Radev mengungkapkan bahwa banyak politikus, partai, dan media yang malah memperburuk kebencian dengan melabeli seseorang sebagai pro-Rusia. Ia menilai praktik tersebut tidak adil.
"Saya menyerukan agar diadakannya diskusi dan upaya diplomatik dalam mencapai perdamaian. Saya mendesak segera diselesaikan perang di Ukraina dan menolak lanjutan pengiriman senjata ke Ukraina. Pemberian senjata tetap akan memberikan hasil yang sama, yakni kerusakan di Ukraina dan kerugian dana pemulihan bagi Eropa," ujarnya, dikutip Novinite.
"Tanpa upaya penyelesaian konflik, Ukraina akan menghadapi kerusakan demografi dan kehancuran infrastruktur, industri, produksi yang akut dan ini akan berdampak besar kepada seluruh negara-negara Eropa," sambungnya.
Radev menambahkan soal penembakan kepada Perdana Menteri (PM) Slovakia Robert Fico adalah bukti meningkatnya radikalisasi di Eropa. Ia menyebut Fico adalah sosok yang mendukung perdamaian, tapi ia justru diserang karena pandangannya.
3. Bulgaria punya kapasitas untuk memfasilitasi negosiasi perdamaian di Ukraina

Kandidat anggota parlemen dari Partai Sosialis Bulgaria (BSP), Hristo Prodanov mengungkapkan bahwa Bulgaria punya kapasitas untuk menginisiasi dan memfasilitasi negosiasi perdamaian antara Uni Eropa (UE), Rusia, dan Ukraina.
Ia mengungkapkan bahwa BSP menginginkan perdamaian di kawasan dan menyudahi perang di Ukraina. Dalam kampanyenya, ia mengungkapkan langkah untuk mengurangi harga listrik yang disebabkan pengalihan bahan bakar nuklir dari Rusia.
Pada hari yang sama, PM Bulgaria Dimitar Glavchev mengungkapkan bahwa personel militer Bulgaria tidak akan dikirimkan ke Ukraina. Ia menekankan Bulgaria tidak akan terlibat dalam konflik tersebut dan isu soal pengiriman pemuda ke Ukraina adalah hoaks.
"Upaya untuk memanipulasi opini publik soal partisipasi dalam perang tidak ditemukan. Penangkapan pemuda di Pegunungan Vitosha untuk dikirim ke Ukraina tidak benar. Seluruh warga Bulgaria tidak akan dikirimkan tanpa persetujuan dari Parlemen Bulgaria," ujarnya.