Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden Prancis Tolak Pengunduran Diri Perdana Menteri

Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal. (dok X @Lagarde)
Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal. (dok X @Lagarde)
Intinya sih...
  • Macron menolak pengunduran diri Perdana Menteri Gabriel Attal setelah koalisi partainya kalah dalam pemilu parlemen Prancis.
  • Koalisi Front Populer Baru (FPB) berhaluan kiri memenangkan pemilu dengan 182 kursi, namun tidak meraih mayoritas absolut.
  • Koalisi FPB terdiri dari beberapa partai yang dipimpin oleh France Unbowed dan berjanji menghapus kebijakan reformasi pensiun Macron.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis, Emmanuel Macron menolak pengunduran diri Perdana Menteri, Gabriel Attal setelah hasil pemilu parlemen negara tersebut menjerumuskan politik Prancis dalam ketidakpastian.

Dilansir dari Sky News, Selasa (9/7/2024), Macron meminta Attal untuk tetap menjabat sementara guna menjamin stabilitas negara.

Attal sendiri telah menyatakan akan mengundurkan diri lantaran koalisi partainya bersama Macron kalah dalam pemilu.

1. Koalisi NFP sayap kiri menang pemilu parlemen Prancis

Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai La France Insoumise (France Unbowed) di koalisi NFP, yang menang dalam pemilu parlemen Prancis. (dok. X @
Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai La France Insoumise (France Unbowed) di koalisi NFP, yang menang dalam pemilu parlemen Prancis. (dok. X @

Koalisi Front Populer Baru (New Popular Front) berhaluan kiri memenangkan pemilu parlemen Prancis dengan meraup 182 kursi. Kemenangan ini tidak meraup suara mayoritas.

Partai berhaluan tengah pimpinan Presiden Prancis, Emmanuel Macron meraup 163 kursi, sementara posisi ketiga ditempati oleh Partai Nasional berhaluan kanan dengan 143 kursi.

Hasil ini menunjukkan, tidak ada partai yang berhasil memenangkan 289 kursi yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas absolut. Hal ini berarti akan membuat politik Prancis dalam ketidakpastian dalam beberapa hari ke depan.

Dengan tidak adanya partai yang mampu meraih suara mayoritas, parlemen Prancis kemungkinan besar akan lumpuh dan terpecah menjadi tiga blok.

2. Partai apa saja di dalam koalisi NFP?

Koalisi sayap kiri ini terdiri dari beberapa partai, yakni France Unbowed, Partai Sosialis, Ecologist Party, Partai Komunis Prancis, Place Publique, dan sejumlah partai kecil lainnya. Menariknya, koalisi ini terbentuk beberapa hari setelah Macron menyerukan pemilu parlemen digelar lebih cepat pada Juni kemarin.

Sampai saat ini, belum ditentukan siapa yang akan menjadi perdana menteri Prancis usai hasil resmi pemilu diumumkan. Pasalnya, tidak ada yang memimpin koalisi ‘dadakan’ ini sejak awal.

Namun yang paling memungkinkan adalah pemimpin dari Partai France Unbowed, Jean-Luc Melenchon, meski koalisi Macron sudah menolak bekerja sama dengan Unbowed karena berhaluan ekstrem dan dianggap radikal. Ia mendirikan France Unbowed pada 2016 dan menilai bahwa partai tradisional dan organisasi politik tidak lagi mendukung demokrasi.

3. Apa janji NFP kepada rakyat Prancis?

Meskipun terdiri dari berbagai partai dan ada partai kecil, koalisi NFP sangat dipengaruhi France Unbowed.

Koalisi ini berjanji menghapus semua kebijakan Macron soal reformasi pensiun dan mengembalikan batas usia pensiun ke 60 tahun.

NFP juga berjanji bakal menaikkan gaji pekerjaan sektor publik, meningkatkan tunjangan perumahan dan anak muda, serta pemotongan pajak penghasilan dan jaminan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan orang kaya dikenai pajak kekayaan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us